Boleh mengambilnya apabila pemiliknya sudah tidak memperdulikannya lagi atau
meyakini bahwa pemilik merelakannya. Jika sebalikanya maka tidak boleh, seperti
halnya pemilik pohon pelit atau pohon buah tersebut dipagari, maka haram
mengambilnya
أسنى المطالب الجزء 1 صحـ : 574 مكتبة دار الكتاب الإسلامي
( وَالثِّمَارُ وَالزَّرْعُ فِي التَّحْرِيمِ ) عَلَى غَيْرِ
مَالِكِهَا وَالْحِلِّ لَهُ ( كَغَيْرِهَا ) فَلاَ يُبَاحُ لَهُ بِغَيْرِ إذْنِ
مَالِكِهَا إِلاَّ عِنْدَ اضْطِرَارِهِ فَيَأْكُلُ وَيَضْمَنُ ( فَلَوْ جَرَتِ
الْعَادَةُ بِأَكْلِ مَا تَسَاقَطَ ) مِنْهَا ( جَازَ ) إِجْرَاءً لَهَا مَجْرَى
اْلإِبَاحَةِ لِحُصُوْلِ الظَّنِّ بِهَا كَمَا يَحْصُلُ بِحَمْلِ الصَّبِيِّ
الْمُمَيِّزِ الْهَدِيَّةَ قَالَ الزَّرْكَشِيُّ وَيَنْبَغِيْ أَنْ يُسْتَثْنَى
مَا إِذَا كَانَ ذَلِكَ لِمَنْ لاَ يُعْتَبَرُ إذْنَهُ كَيَتِيمٍ وَأَوْقَافٍ
عَامَّةٍ ِلأَنَّ صَرِيحَ إِذْنِهِ لاَ يُؤَثِّرُ فَمَا يَقُوْمُ مَقَامَهُ
أَوْلَى قَالَ وَقَدْ ذَكَرَ ابْنُ عَبْدِ السَّلاَمِ مِثْلَ ذَلِكَ فِي الشُّرْبِ
مِنَ الْجَدَاوِلِ وَاْلأَنْهَارِ الْمَمْلُوْكَةِ وَهَذَا أَوْلَى مِنْهُ (
إِلاَّ إِنْ حُوِّطَ عَلَيْهِ ) أَيْ مَا ذُكِرَ مِنَ الثِّمَارِ وَالزُّرُوعِ (
أَوْ مَنَعَ ) مِنْهُ ( الْمَالِكُ ) ِلأَنَّ ذَلِكَ يَدُلُّ عَلَى شُحِّهِ
وَعَدَمِ مُسَامَحَتِهِ اهـ
Buah-buahan dan tanaman dalam hukum halal haramnya diambil selain pemiliknya
sama dengan barang-barang lainya dalam arti tidak halal mengambilnya tanpa
seizin pemiliknya kecuali dalam kondisi terpaksa maka boleh mengambil dan
memakannya namun harus mengganti.
Jika dalam masyarakat berkembang kebiasaan diperkenankan memungut
buah-buahan dan tanaman yang terjatuh maka secara agama juga diperlakukan hukum
yang sama karena artinya pemiliknya diduga juga memperbolehkannya sebagaimana
bolehnya memungut hadiah dari bocah yang sudah tamyiz.
Berkata az-Zarkasyi "Semestinya dalam hal ini diberi pengecualian pada
hal yang tidak bisa dipertimbangkan lagi pemberian izinnya seperti izin dari
anak yatim dan tempat-tempat wakaf umum karena meskipun perizinan dengan kata
jelaspun darinya tidak berpengaruh maka hal yang serupa kedudukannya dengannya
lebih baik dianalogkan juga dengannya".
Ibn Salam berkata "Serupa dengannya minum ditempat anak-anak sungai
atau kali yang dipunyai seseorang"Kecuali saat Buah-buahan dan tanaman
tersebut dipagari atau pemiliknya melarang mengambilnya karena yang demikian
menunjukkan sifat kikirnya pemilik dan tidaka adanya toleransi darinya. (Asnaa
al-Mathaalib I/574)
تحفة المحتاج في شرح المنهاج الجزء 9 صحـ : 337 مكتبة دار إحياء التراث العربي
وَيَحْرُمُ أَخْذُ ثَمَرٍ مُتَسَاقِطٍ إنْ حُوِّطَ عَلَيْهِ وَسَقَطَ دَاخِلَ
الْجِدَارِ وَكَذَا إِنْ لَمْ يُحَوَّطْ عَلَيْهِ أَوْ سَقَطَ خَارِجَهُ لَكِنْ
لَمْ تُعْتَدِ الْمُسَامَحَةُ بِأَخْذِهِ وَفِي الْمَجْمُوْعِ مَا سَقَطَ خَارِجَ
الْجِدَارِ إنْ لَمْ تُعْتَدْ إِبَاحَتُهُ حَرُمَ وَإِنِ اعْتِيدَتْ حَلَّ
Dan haram memungut buah-buahan yang telah jatuh bila dipagari dan jatuh
didalam tembok pagar atau jatuh diluar tembok pagar hanya saja tidak terjadi
kebiasaan masyarakat ditoleransi memungutnya.
Dalam kitab al-Majmu' dijelaskan "Benda yang jatuh diluar tembok pagar
bila tidak umum di masyarakat maka haram memungutnya bila umum maka halal
.Tuhfah al-Muhtaaj IX/337Wallaahu A'lamu Bis Showaab.
http://www.facebook.com/groups/piss.ktb/doc/286394041383411/
(Mbah Jenggot)
Posting Komentar