Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Spirit Kemandirian

Spirit Kemandirian

Mukmin bengkuk kasab nandur ketela, Iku luwih becik tinimbang bengkuk seba ing wong ala (Syeikh Ahmad Arrifa’i)

Subhanallah…………………

Sungguh mendalam isi dari nadlom tarjumah di di atas, sebuah nadlom yang gampang di ingat dan dulu sering di sampaikan sebagai petuah oleh para sesepuh dan juga mungkin bapak-bapak kita. saat belum mendalami isi petuah sederhana tersebut, dulu saya sering ngelah sambil bercanda, ngelahnya (membantah -red ) begini, itu kan untuk yang bungkuk, kalo yang masih lurus-lurus saja, tidak bungkuk, lebih baik gak nandur telo. Masih diterusin lagi ngelahnya, solanya kalo yang bungkuk itu mau cari kerjaan lain pasti gak diterima, ya yang bungkuk itu memang pas-nya ya nandur telo(ketela -red).

Untuk bisa memahami nadlom tarjumah sederhana “mukmin bengkuk “ di atas, ternyata butuh waktu yang panjang, baru saya bisa resapi kedalaman maknanya. Kadang di saat jeda dari kesibukan, berbekal pikiran positif, kedalaman suatu makna dari apa yang pernah kita ingat bisa dipahami. Saat delay nunggu pesawat dibandara, saya teringat nadhom ini, dan saya buat sedikit coretan di buku agar tidak lupa idenya, siapa tahu suatu saat dapat saya tulis.

Sudah lama saya ingin menulis makna batin yang saya tangkap dari nadlom mukmin bengkuk ini walau sedikit, tapi saya ingat nadhomnya hanya sepotong. saya coba cari lewat sms ke anak-anak santri tarjumah yang saya kenal , terus saya bertanya via Face book, belum juga ada jawaban. Akhirnya saya kirim email ke tanbihun com, Alhamdulillah saya mendapatkan komplet nadlomnya. Ada 4 baris pendek, yang katanya ada di kitab tarajumah Syarikhul iman.

Lengkap bunyi nadlomnya begini, Syarikhul Iman:

Mukmin bengkuk kasab nandur ketela, Iku luwih becik tinimbang bengkuk seba ing wong ala, Nanggung dosa gede tan bisa tobat katula, Ora patut wong duraka kede di pilala.

Terjemahan bebasnya

Mukmin bengkuk bekerja menanam ketela (ubi jalar), Lebih bagus daripada bongkok sebo (sebo: berjalan sambil jongkok, biasanya adat-adat di keraton) dihadapan orang dholim. Menanggung dosa besar tidak pernah bisa bertaubat, Tidak patut orang durhaka biasa melakukan besar itu dihormati .

Kesan mandalam yang saya tangkap dari nadlom tarjumah mukmin bengkuk itu adalah spirit kemandirian. Mandiri artinya tidak bergantung kepada manusia lain, karna memang seroang mukmin itu hanya menggantungkan dirinya kepada Allah SWT, dan itulah inti ajaran zuhud. Zuhud punya arti bebas atau tidak tergantung dari pengaruh-pengaruh dunia, makin tinggi tingkat kebebasan atau ketidak bergantungnya dari dunia materi, makin tinggi maqom zuhud seseorang.

Nadlom di atas mengajarkan walaupun sangat susah dan payah( ibarat kata sampai badan membungkuk – bungkuk karna saking capek dan susahnya ), berusaha sendiri – seperti nandur telo (telo adalah komoditas yang value-nya rendah), usaha sendiri tersbut lebih punya makna (luwih becik), dari pada bekerja bengkuk ikut orang lain. Kalau di nadlom tersebut dibilang bengkuk sebo ing wong olo- bekerja bengkuk ikut sama orang dholim.

Itulah salah satu makna mendalam yang diajarkan sebuah Kemandirian. Karna pribadi yang mandiri, dia akan punya Izzah, karna hidupnya ditentukan oleh dirinya sendiri, bukan ditentukan oleh orang lain, pribadi yang bisa subject yang menjalankan dunia, bukan object yang ditentukan oleh orang lain. Sekecil apapun tingkat kemandirian itu, akan terasa nikmat dan Indah hidup ini.

Bagi yang mendalami logika mukmin bengkuk ini, maka dapat difahami sekali bahwa para sesepuh dulu paling tidak mau menerima bantuan dari pihak luar, terutama dalam hal pembangunan sarana, bahkan bantuan-bantuan dari pihak pemerintah. Dan menurut logika saya saat ini ya harusnya seperti itu. Logikanya ya sangat sederhana sekali kita pasti akan memanfaatkan, merawat, menjaga semaksimal mungkin terhadap segala susuatu dari usaha jerih payaha kita sendiri, disamping mungkin ada efek bathiniah lain yang tidak bisa diungkapkan dalam tulisan ini.

Sekarang logika mukmin bengkuk perlu di segarkan kembali. Spirit kemandirian yang terkandung dalam nadlom “mukmin bengkuk nandur telo “ itu harus ditanamkan. Dalamnya pesan para sesepuh dengan nadlom sederhana itu perlu dihidupkan . kenapa? Dengan majunya pemikiran dan berkembangnya jaman, disana sini sudah mulai terasa lunturnya logika mukmin bengkuk. Gambaran sederhananaya, saat ada pembangun sarana tarajumah (seperti masjid, pesantren, musollah), dibuatlah proposal canggih untuk menarik dana dari pihak-pihak luar. Bukanya hal itu tidak boleh, tapi semangat mukmin bengkuk, semangat kemandirian, semangat berdiri di atas kaki sendiri itu lebih bernilai (luwih becik).

Untuk membangkitkan insnpirasi, mungkin nadlom “mukmin bengkuk nandur telo “ bisa di jadikan benner untuk di temple di dinding seperti kaligrafi, tentunya dibuat dengan disain yang indah, dibingkai seperti lukisan. Dibuat sebagai kaligrafi juga indah, memakai tulisan arab seperti aslinya dalam kitab. Dan bisa dipasang sebagai hiasan di dinding rumah ataupun bisa juga di langgar dan juga masjid. Dengan harapan inspirasi mukmin bengkuk ini bisa membangkitkan semangat kemandirian yang dirasa saat ini sudah mulai luntur gregetnya.

Bangsa yang mandiri adalah bangsa yang punya Izzah, yang zuhud, yang tidak bergantung pada bangsa lain. Mukmin bengkuk luwih mulyo nandur jagung…………



H. Zaenal Asikin
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger