ضِ وَمَنْ فِيهِنَّ وَلَكَ
الْحَمْدُ أَنْتَ مَلِكُ السَّمَوَاتِ
وَالْأَرْضِ وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ
الْحَقُّ وَوَعْدُكَ الْحَقُّ وَلِقَاؤُكَ حَقٌّ وَقَوْلُكَ حَقٌّ
وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ
وَالنَّبِيُّونَ حَقٌّ وَمُحَمَّدٌ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقٌّ وَالسَّاعَةُ حَقٌّ
اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ وَبِكَ
آمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ وَإِلَيْكَ
حَاكَمْتُ فَاغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ
وَمَا أَخَّرْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا
أَعْلَنْتُ أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ
الْمُؤَخِّرُ لَا إِلَهَ إِلَّا
أَنْتَ أَوْ لَا إِلَهَ
غَيْرُكَ
Bila Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam bangun di waktu malam untuk
sholat tahajjud beliau mengajukan doa berikut: “Ya Allah, bagimu segala puji,
Engkau Penegak langit dan bumi serta segala isinya. BagiMu segala puji, Engkau
Cahaya langit dan bumi serta segala isinya. BagiMu segala puji, milikMu
Kerajaan langit dan bumi serta segala isinya. BagiMu segala puji, Engkau Cahaya
langit dan bumi serta segala isinya. BagiMu segala puji, Engkau Raja langit dan
bumi. BagiMu segala puji, Engkaulah Yang Maha Benar, dan janjiMu benar,
perjumpaan denganMu benar, firmanMu benar, Surga itu benar, Neraka itu benar,
para NabiMu benar, dan Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam benar, Kiamat itu
benar adanya. Ya Allah, kepadaMu aku berserah diri dan beriman, kepadaMu aku
bertawakkal, kepadaMu aku kembali, kepadaMu aku mengadu, dan kepadaMu aku
berhukum. Maka ampunilah dosaku yang lalu dan yang akan datang, yang
tersembunyi dan tampak. Engkaulah Yang terdahulu dan Yang terakhir dan tidak
ada ilah selain Engkau.” (HR Bukhary 1053)
Dari doa di atas jelas terlihat betapa dalamnya perenungan Nabi shollallahu
’alaih wa sallam di tengah malam. Jika setiap muslim melakukan sholat malam
diiringi membaca doa di atas, niscaya ingatannya terhadap kehidupan akhirat
tentu akan menjadi sangat kuat. Coba perhatikan potongan doa di atas, terutama
bagian di bawah ini:
أَنْتَ الْحَقُّ وَوَعْدُكَ الْحَقُّ وَلِقَاؤُكَ حَقٌّ وَقَوْلُكَ حَقٌّ
وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ
”... Engkaulah Yang Maha Benar, dan janjiMu benar, perjumpaan denganMu benar,
firmanMu benar, Surga itu benar, Neraka itu benar...”
Kalimat di atas merupakan rangkaian pembaruan ungkapan komitmen, laksana
pembaruan bai’at seorang prajurit kepada komandannya. Jika seorang muslim
membaca kalimat di atas setiap malam dengan penghayatan penuh tentulah ia akan
menjadi seorang hamba Allah ta’aala yang berkeyakinan mantap akan kehidupan
setelah kematian. Ia akan menjadi bersemangat mengusahakan segala daya-upaya
untuk meraih kenikmatan surga. Demikian pula ia akan menjadi sangat
bersungguh-sungguh menghindari azab neraka Allah ta’aala yang amat menakutkan.
Ia tidak akan pernah menganggap surga dan neraka sekedar sebagai mitos
mengandung hiburan atau ancaman khayali.
Bila seorang muslim sudah yakin akan kehidupan akhirat,
niscaya ia akan menjadi sangat berbeda dengan orang yang pengetahuannya hanya
sebatas ruang lingkup dunia fana. Dan Allah ta’aala memerintahkan Nabi
shollallahu ’alaih wa sallam serta ummatnya untuk meninggalkan golongan manusia
seperti itu.
فَأَعْرِضْ عَنْ مَنْ تَوَلَّى
عَنْ ذِكْرِنَا وَلَمْ يُرِدْ إِلَّا
الْحَيَاةَ الدُّنْيَا ذَلِكَ مَبْلَغُهُمْ مِنَ
الْعِلْمِ
”Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan
Kami, dan hanya menginginkan kehidupan duniawi. Itulah batas pengetahuan
mereka.” (QS An-Najm ayat 29-30)
Sungguh sangat berbeda sikap dan prilaku seorang ahli dunia dengan ahli
akhirat. Seorang ahli dunia sangat berambisi mengejar keberhasilan jangka
pendek sehingga justru Allah ta’aala cerai-beraikan urusannya di dunia dan
akhirat dan Allah ta’aala jadikan ia selalu dihantui oleh bayang-bayang
kefakiran di dalam kehidupan dunia. Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam
bersabda:
مَنْ كَانَتْ الدُّنْيَا هَمَّهُ
فَرَّقَ اللَّهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ
وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَلَمْ
يَأْتِهِ مِنْ الدُّنْيَا إِلَّا
مَا كُتِبَ لَهُ
“Barangsiapa yang dunia adalah ambisinya, niscaya Allah cerai-beraikan
urusannya dan dijadikan kefakiran di hadapan kedua matanya dan Allah tidak
memberinya dari harta dunia ini, kecuali apa yang telah ditetapkan untuknya.”
(HR Ibnu Majah 4095)
Sebaliknya seorang beriman yang keinginan dan fokusnya sangat kuat akan kebahagiaan
akhirat malah Allah ta’aala janjikan untuk menata kehidupan dunianya dengan
baik, lalu hatinya senantiasa tenteram di dunia maupun di akhirat kemudian
dunia justru bakal mendekati dirinya dengan cara yang samasekali tidak
terfikirkan olehnya sama sekali. Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam
bersabda:
وَمَنْ كَانَتْ الْآخِرَةُ نِيَّتَهُ
جَمَعَ اللَّهُ لَهُ أَمْرَهُ
وَجَعَلَ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ
وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ
“Dan barangsiapa yang akhirat menjadi keinginannya, niscaya Allah ta’aala
kumpulkan baginya urusannya dan dijadikan kekayaan di dalam hatinya dan
didatangkan kepadanya dunia bagaimanapun keadaannya.” (HR Ibnu Majah 4095)
M. Syafi’i
Posting Komentar