Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » , » Jamaah Masjid Musiman di Bulan Ramadhan

Jamaah Masjid Musiman di Bulan Ramadhan

Pada bulan ramadhan masjid maupun musholla menjadi tempat favorit untuk menambah pahala amal ibadah seorang hamba.  Sehingga pada bulan tersebut kegiatan berjama’ah pun meningkat. Bahkan masjid menjadi magnet keramaian dadakan yang kondisinya menjadi sangat berbeda dibanding dengan bulan-bulan biasanya. Pada bulan ini masyarakat berduyun-duyun datang ke masjid untuk melakukan ritual ibadah maupun berbagai  rangka kegiatan sosial baik untuk melakukan sholat tarawih, tadarus al-Qur’an sampai buka bersama (BukBer).

Menjadikan masjid sebagai kegiatan ibadah di bulan ramadhan sendiri merupakan bentuk kegiatan yang bersifat positif. Beribadah di masjid terutama yang dilakukan di bulan-bulan ramadhan sendiri merupakan bentuk kesunatan seperti yang sering dilakukan oleh Rasullullah “Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa melakukan i’tikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadhan hingga beliau diwafatkan oleh Allah subhanahu wata’ala. Kemudian para istri beliaupun melakukan i’tikaf sepeninggal beliau”  (HR. Muttafaq ‘alaih)

Apalagi jika kegiatan beribadah maupun berbagai rangka kegiatan sosial ini dilakukan secara berjama’ah justru akan semakin memantapkan eksitensi persatuan islam. seperti harapan yang diinginkan Rasulullah yaitu “Seorang mu’min terhadap sesama mu’min bagaikan satu bangunan yang setengahnya menguatkan setengahnya, lalu Nabi SAW mengeramkan jari-jarinya.” (Bukhari, Muslim)

Kegiatan-kegiatan berjama’ah yang dilakukan baik yang berbentuk ritual ibadah maupun sosial di masjid menjadi kegiatan yang positif karna dapat memperkuat ukhuwah islamiyah. Akan tetapi yang menjadi permasalahan adalah konsistensi kekuatan jama’ah yang kadang sering sulit dipertahankan. kebiasaan penurunan jumlah kuantitas jama’ah seiring semakin bertambahnya perjalanan hari puasa menjadi cerita lama yang selalu terulang-ulang hingga sampai sekarang.

Kebanyakan masjid hanya ramai pada waktu awal bulan ramadhan dan setelah sampai di tengah perjalanan puasa pun kuantitas jama’ah akan semakin berkuang alias akan kembali kotong (kosong).  Modus penurunan jumlah kuantitas jama’ah pun beragam, dari sekedar memindah kegiatan ritual ibadah di rumah sampai memindah kegiatan di mall atau swalayan untuk berburu pernak-pernik lebaran.

Melihat peristiwa pasangnya kuantitas jama’ah di awal ramadlhan dan kembali surutnya kuantitas jama’ah di  tengah bulan menuju akhir menjadi sampel bentuk kekuatan berjama’ah umat. bahwasanya persatuan yang terbentuk hanya masih sekedar persatuan musiman. Padahal persatuan merupakan hal yang benar-benar harus dijaga. “Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali (Agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai,” (Ali Imron 103).

Bulan ramadhan merupan bulan yang penuh keberkahan, dijelaskan oleh Allah dalam kalamnya “agar kalian menjadi orang-orang yang bertaqwa” (al-Baqarah; 183). Bulan ramadhan merupakan bulan training untuk melakukan perbaikan diri baik perbaikan terhadap diri sendiri maupun perbaikan terhadap umat. Jika pada bulan ramadhan saja kita gagal menjalani perbaikan baik terhadap diri sendiri maupun tehadap umat, terutama perbaikan kekuatan berjama’ah lalu bagaimana dengan bulan selain ramadhan?

Yang tambah menjadi permasalahan lainnya lagi adalah kembalinya kondisi masjid kebentuk sedia kala pasca ramadhan. Dari fenomena yang telah terjadi dapat ditarik garis kesimpulan bahwasanya masyarakat masih kurang memahami fungsi masjid dalam membentuk kekuatan jama’ah. masyarakat masih menganggap masjid hanya sekedar tempat untuk menjalanka ritual ibadah.

Kondisi ini seolah sangat berbalik jauh dengan fungsi masjid di era sebelumnya, terutama fungsi masjid di era kepemimpinan Rasulullah di Madinah. Pada era dahulu khususnya di era kepemimpinan Rasulullah dan para sahabat beliau menjadikan masjid bukan hanya sekedar tempat menjalankan ritual ibadah. Masjid mempunyai banyak ragam peranan fungsi, mulai dari sebagai tempat konsultasi dan komunikasi (masalah ekonomi-sosial budaya), santunan sosial, pusat penerangan atau pembelaan agama, bahkan bisa katakan masjid merupakan tempat pengendalian pemerintahan. Sehingga pada masa itu masjid benar-benar menjadi tempat yang mampu mempersatukan umat.

Membangun jama’ah di masjid merupakan perintah yang benar-benar ditekankan Rasulullah untuk membangun persatuan umat, “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukulah beserta orang-orang yang ruku” (QS. Al-Baqarah: 43). 

Bahkan bentuk penekanan itu semakin diperkuat oleh Rasulullah dalam bentuk hadist “Demi Allah yang jiwaku dalam genggamanNya, sungguh aku pernah akan menyuruh mengumpulkan kayu bakar, kemudian aku perintahkan untuk shalat, lalu adzan pun dikumandangkan. setelah itu, aku menyuruh orang untuk menjadi imam shalat berjamaah. Lalu aku pergi ke rumah orang-orang yang tidak memenuhi panggilan shalat, dan aku bakar rumah mereka saat mereka berada di dalamnya “ (HR: Bukhori dan Muslim).

Seharusnya bulan suci ramadhan dijadikan bulan untuk berbenah diri membangun kekuatan jama’ah. Jangan jadikan kegiatan di masjid sebatas kegiatan ritual ibadah saja, apalagi sampai hanya dijadikan sebuah syarat hingga kemudian hanya ikut aktif berpartisipasi di awal-awal bulan saja. Akan tetapi jadikanlah masjid sebagai benteng persatuan untuk membangun persatuan umat.



Tulisan Muhammad Nor Faiq Zainul Muttaqin, Mahasiswa Jurusan Muqoronat al-Madhahib (MM) Fakultas Syariah UIN Walisongo Semarang yang dimuat di Koran Muria
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger