Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Adab Seorang Murid (3)

Adab Seorang Murid (3)

Abu Utsman al-Maghribi — rahimahullah — mengatakan: “Barangsiapa mengira, bahwa ia akan dibukakan sedikit dari tarekat Ahlullah tanpa dengan mujahadat, maka ia benar-benar menginginkan hal yang mustahil.”

Abu Au ad-Daqqaq — rahimahullah — mengatakan: “Barangsiapa di permulaannya tidak memiliki penyangga maka di akhirnya tidak akan menemukan kedudukan.”

Hasan al-’Arar berkata: “Tarekat kaum sufi ini dibangun atas tiga dasar: Seorang murid tidak makan kecuali bila sangat membutuhkan, tidak akan tidur kecuali bila sudah terkalahkan oleh kantuk, dan tidak akan berbicara kecuali bila secara hukum dianggap darurat.”

Ibrahim bin Adham — rahimahullah — mengatakan: “Seseorang tidak akan mendapatkan tingkatan orang-orang saleh sehingga pada dirinya terdapat enam hal: Selalu berjuang melawan nafsu, hina karenanya, tidak tidur di malam hari, lebih suka sedikit dengan masalah duniawi, senang ketika ditinggalkan dunia, dan memperpendek angan-angan.”

Sementara itu asy-Syibli — rahimahullah — memukuli dirinya dengan potongan rotan bila rasa kantuk tiba, sampai habis satu ikat ketika menjelang Subuh. Ia sering kali memberi celak matanya dengan garam sehingga tidak bisa tidur. Ia juga sering memukulkan kedua tangan dan kakinya ke dinding bila tidak menemukan alat untuk memukuli dirinya. Ia berkata, “Tidak ada sesuatu yang berusaha menghalauku kecuali aku berhasil menundukkannya.”

Hal-hal seperti ini tidak semestinya seseorang melawan dan menyudutkan orang-orang yang melakukannya, karena hal ini bagi mereka dianggap dari bagian mencari alternatif yang paling ringan risikonya dari dua alternatif yang sama-sama berbahaya.

Mereka melihat, bahwa menanggung penderitaan sakit di tubuh dianggap lebih ringan risikonya daripada menanggung beban penderitaan karena lupa akan Tuhannya akibat tidur atau yang lain. Ini sebaliknya pendapat yang dipilih oleh selain kaum sufi. — Dan hanya Allah Yang Mahatahu.

Diantara perilaku yang harus dilakukan seorang murid, hendaknya tidak berbicara dan juga tidak diam kecuali bila secara hukum dianggap darurat atau diperlukan. Mereka telah menganggap bahwa sedikit bicara adalah salah satu dan sendi-sendi latihan spiritual (riyadhat). Bisyr bin al-Harits al-Hafi mengatakan: “Apabila berbicara itu membuat anda kagum, maka diamlah. Dan apabila diam itu membuat anda kagum maka berbicaralah. Sebab pada pembicaraan terdapat bagian dan kepentingan din dan menampakkan sifat-sifat terpuji.”

Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. sering kali meletakkan kerikil di dalam mulutnya, sehingga ia bisa mengurangi berbicara. Ketika ia ingin berbicara yang tidak ada manfaatnya maka ia ingat dengan kerikil yang ada di mulutnya. Konon katanya, ia meletakkan kerikil di mulutnya selama setahun.

Rasulullah SAW bersabda: “Manusia dijungkir-balikkan kepalanya di neraka hanya karena hasil panen lidahnya.”

Diantara perilaku yang harus dilakukan para murid adalah sering kali merasakan lapar dengan cara yang dibenarkan oleh syariat. Poin ini merupakan poin yang ditekankan dalam menempuh tarekat. Sebagaimana Allah telah menjadikan wukuf di Arafah bagian rukun yang terpenting dalam pelaksanaan ibadah haji, maka Nabi Saw mengatakan, “Haji adalah Arafah.” Maka orang-orang yang menempuh jalan Allah menjadikan lapar adalah jalan menuju Allah.


Kalam Syeikh Abdul Wahab Asy-Sya’rani dimuat dalam Majalah Cahaya Sufi

Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger