Inilah Jiwa yang mulia dan suci itu kalau sudah dicintai oleh Allah SWT,
beruntung orang yang mendekat padaNya dan merugi orang yang menjauh dariNya.
Kemudian Allah meneruskan firmanNya :
إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْكَبِيرُ ) البروج : 11
“ Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang
saleh bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; itulah keberuntungan
yang besar”. ( QS. Al Buruuj : 11)
Tawaran Ilahi menawarkan ini kepada kita, dan tentunya semua kita yang hadir
berharap untuk melihat surga Allah SWT. Semoga Allah SWT Yang Maha Agung, yang
memiliki ‘arsy yang agung dan yang memiliki kerajaan langit dan bumi memastikan
seluruh kita yang hadir ini adalah penduduk sorga dan tidak melihat neraka
selama-lamanya, dan tidak juga terkena siksa kubur , tidak juga terkena
sulitnya sakaratul maut, tidak juga terkena banyaknya musibah di dunia, selalu
dalam rahmat di dunia dan akhirah.
Rasul SAW bersabda diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari berkaitan dengan
firman Allah SWT :
إِنَّمَا يَخْشَى الله َمِنْ عِبَادِهِ اْلعُلَمَاءُ ( فاطر : 28
“ Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah
ulama “. ( QS. Fathir : 28 )
Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari :
اَلْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ
“ Ulama’ adalah pewaris para Nabi “
Maksudnya apa? Kemuliaan-kemuliaan tuntunan Ilahi dan keberkahan yang ada di
masa Rasulullah SAW itu tidak sirna dan padam tapi berkesinambungan sepanjang
generasi dan tidak akan pernah ada akhirnya, hingga akhir zaman. Sebagaimana
sabda beliau riwayat Shahih Al Bukhari :
لاَ تَزَالُ طاَئِفَةٌ مِنْ أُمَّتِيْ ظاَهِرِيْنَ حَتَّى يَأْتِيَهُمْ أَمْرُ اللهِ وَهُمْ ظاَهِرُوْنَ ( صحيح البخاري
“Selalu ada kelompok dari ummatku yang terus muncul dengan kebenaran,
hingga mereka menghadap Allah mereka akan terus ada dan terlihat jelas” (Shahih
Bukhari)
Kecuali di saat-saat kehancuran (hari kiamat) maka tiada lagi muslimin
muslimat, hari kehancuran yaitu hari kiamat. Namun yang dimaksud Nabi adalah
sampai sebelum datangnya hari kiamat, pada saat akan dekat waktu kiamat di saat
itu masih ada ulama’, masih ada orang-orang mulia dan para shalihin dan mereka
itu akan terus terlihat di hari kiamat .
Sesungguhnya orang yang paling risau dan khusyu’ hatinya kepada Allah adalah para Ulama’. Kalau kita temukan di masa sekarang orang yang mengaku ulama, mengaku hafal Al Qur’an, mengaku hafal banyak hadits tapi bertentangan dengan sunnah Nabi Muhammad SAW dan juga tidak khusyu’ maka tentunya bukan ulama’ yang diakui oleh Allah SWT. Masa sekarang, mau disebut ulama’ tapi mengharamkan orang berzikir, mengharamkan orang-orang bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW, sedangkan berkumpul dalam kemaksiatan tidak diributkan tetapi berkumpul karena berzikir dan bershalawat dikatakan hati-hati bid’ah, syirik. Maasyaallah!! Yang seperti ini bukan ulama’ tapi ini adalah orang-orang yang belum memahami Ilmu Hadits .
Diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari, Rasulullah SAW bersabda :
يَذْهَبُ الصَّالِحُونَ الأَوَّلُ فَاْلأَوَّلُ وَيَبْقَى حُفَالَةٌ كَحُفَالَةِ الشَّعِيرِ أَوِ التَّمْرِ لاَ يُبَالِيهِمُ اللَّهُ بَالَةً
“Orang-orang shalih telah pergi (wafat), satu per satu, sampai tidak
tersisa seorangpun kecuali manusia-manusia yang buruk, ibarat sampah gandum
atau ampas kurma yang Allah tidak lagi mempedulikan mereka sedikitpun.” ( HR.
Bukhari )
Maksudnya adalah kalau suatu lingkungan masyarakat tiada lagi orang shalih,
tidak ada lagi ulama disitu, maka hati-hati wilayah itu berada pada peringkat
nomor satu untuk mendapatkan musibah, karena Allah tidak peduli. Bukan Allah
tidak peduli pada mereka berarti Allah kejam pada mereka, bukan. Namun tentunya
musibah datang kepada mereka untuk menghapus dosa-dosa, itu menjadi bentuk
cinta Allah. Maksudnya, Allah tidak peduli adalah kalau ada orang – orang
shalih ada kumpulan majelis zikir, majelis ta’lim, ketika Allah akan menurunkan
musibah maka di tunda dulu, karena masih ada orang shalih berdoa meminta untuk
dijauhkan dari musibah, masih ada orang yang beristighfar, masih ada orang yang
memuji Allah, maka Allah SWT menyingkirkan musibah itu. Tetapi, jika tidak ada
lagi orang shalih maka Allah tidak segan-segan untuk menghapus dan menghabisi
dosa-dosa mereka dengan menumpahkan kesedihan kepada umat itu, hal ini adalah
dari kasih sayang Allah tapi kasih sayang yang pedih, seperti seorang Ibu yang
melihat anaknya sakit, misalnya anak itu tidak bisa diobati hanya dengan diberi
vitamin c, harus dengan disuntik, mau tidak mau sang anak merasakan pedihnya
jarum yang ditusukkan ke tubuhnya demi mengobatinya. Demikian juga masyarakat
suatu wilayah yang tidak mau mendekat kepada Allah kecuali setelah diberi
musibah, maka didatangkanlah musibah.
Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani di dalam Fathul Bari bisyarh Shahih Al Bukhari
mensyarahkan makna hadits ini “ Janganlah kalian bermukhalafah
(bertentangan) dengan para ulama’ dan shalihin karena jika ini terjadi maka
keadaan kita tidak dipedulikan oleh Allah”. Maka semoga para ulama’
kita, Shalihin kita senantiasa mengajarkan kita untuk selalu bersamar para
ulama’ dan shalihin, lebih-lebih lagi selalu bershalawat mencintai Sayyidina
Nabi Muhammad SAW. Yang Allah SWT telah berfirman :
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ ( الأنفال :33
“ Dan Allah tidak akan mengazab mereka, selama engkau ( Muhammad )
berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, selama
mereka meminta ampunan “. ( QS. Al Anfaal : 33 ).
Perbanyaklah istighfar kepada Allah, karena itu akan menjadi benteng dari
datangnya musibah, perbanyak shalawat dan cinta kepada Allah dan Nabi Muhammad
dan para shalihin, makmurkan masjid, makmurkan majelis taklim, makmurkan majelis
zikir maka musibah akan semakin jauh dari kita, Insyaallah.
Habib Munzir Al Musawwa
Posting Komentar