Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Di Balik Tirai Kematian Bag. 1

Di Balik Tirai Kematian Bag. 1

Kearifan seorang muslim ditandai dengan bagaimana dia memandang hidup di dunia ini. Begitu banyaknya ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang mengisyaratkan betapa tiada berartinya hidup di dunia jika dibandingkan dengan kehidupan abadi di akherat. Pandangan yang mengedepankan materi bukanlah yang diajarkan oleh Islam, sekalipun seorang muslim tidak juga dibenarkan untuk mengabaikan kehidupan duniawi yang dijalaninya.


Tatkala mendengar berita kematian tiba-tiba yang menimpa seorang sahabat, kita pun jadi tercengang-cengang seolah tak dapat berbicara. Biasanya, ucapan-ucapan seperti ”tidak percaya”, ”baru sejam lalu saya bercakap-cakap dengan dia”, ”barangkali beritanya salah”, dan lain sebagainya terdengar dimana-mana.


Sebenarnya orang tidak perlu terheran-heran karena kematian mendadak. Cara mati memang bisa beraneka macamnya, namun yang dapat didefinisikan sebagai suatu kematian ya itu itu juga. Allah memiliki kekuasaan mutlak untuk mengakhiri perjalanan hidup setiap orang dan tiada suatu kekuatan apa pun juga yang mampu menentang kekuasaan ini. Adapun kematian tiba-tiba yang menimpa seseorang karena gagalnya salah satu organ tubuh seperti serangan jantung hanyalah satu diantara sekian banyak cara.


Yang seharusnya membuat setiap muslim terpana dan merenungi kematian seperti dikatakan diatas adalah hikmah dan isyarat Allah dibaliknya. Kematian mendadak yang pada suatu kali menimpa sahabat kita, bisa juga terjadi pada setiap orang termasuk diri kita sendiri. Kemudian timbullah pertanyaan, sudahkah kiranya kita berbenah diri menghadapinya? Sudahkah kita siap menempuh perjalanan panjang ini?


Di dalam kehidupan manusia di dunia ini, Allah memberikan berbagai macam contoh dan perbandingan. Contoh-contoh dan perbandingan ini diciptakan Allah agar manusia mengambil hikmah dan belajar, untuk kemudian melangkah meniti hidupnya sesuai dengan ridho dan amanah yang dibebankan Allah kepadanya. Tak satu pun dari contoh dan perbandingan-perbandingan ini yang sia-sia karena memang tak ada ciptaan Allah yang demikian.


Berakhirnya kehidupan seseorang secara tiba-tiba adalah satu dari sekian banyak contoh atau ”i’tibar” yang diciptakan Allah bagi manusia yang lain. Tujuannya agar kita menjadi waspada dan berhati-hati. Tujuannya agar kita juga tahu bahwa kematian tidak selalu relevan dengan usia muda dan kondisi kesehatan seseorang. Sayangnya, tidak banyak orang yang pandai melihat sisi ini. Umumnya orang cuma termangu dan terkejut. Orang kemudian menangis dan bercerita panjang lebar tentang kisah perjalanan sahabat kita itu semasa hidupnya. Kita lupa bahwa hakikat dari peristiwa ini sama sekali bukanlah semua itu.


Di atas saya katakan bahwa menjadi seorang muslim, kita harus arif mempersepsi hidup ini. Kearifan dan kebijakan hendaknya terwujud dan teraplikasikan dalam perilaku kita sendiri. Menunda-nunda kebajikan dan amal saleh adalah pertanda ketidak-arifan. Menyia-nyiakan kesempatan, usia dan waktu yang diberikan Allah kepada kita hari ini adalah sikap yang tidak bijaksana.


Lihatlah bagaimana hampir setiap orang berusaha mempersiapkan dan menata hari depannya sebaik dan secermat yang ia bisa. Manusia senantiasa dibayangi oleh kecemasan dan kegelisahan hari esok. Alfin Toffler menulis sebuah buku berjudul Future Shocks karena menurut dia masa-masa mendatang akan penuh dengan kejutan. Orang berusaha menabung karena khawatir akan masa tua dan hari-hari mendatang. Padahal, sebagai muslim, kita juga selalu diingatkan bahwa hari depan sebenarnya yang perlu dipersiapkan sebaik-baiknya adalah hari depan akhirat yang tiada akhirnya. Di dalam surat Al-Hasyr ayat 18 Allah mengingatkan kita untuk bertakwa kepadaNya dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).


Islam mengatur kehidupan manusia di dunia dengan proporsi yang seimbang. Kehidupan duniawi harus diperjuangkan dan ditempuh dengan sebaik-baiknya. Untuk mempertahankan dan melestarikan misi manusia di dunia, orang perlu berusaha dan bekerja keras. Islam memandang kemiskinan dan kebodohan sebagai penyakit yang harus dikikis sebab kemajuan dan perkembangan suatu umat sangat ditentukan oleh kesejahteraan dan pendidikan. Namun disisi yang lain, Al-Qur’an senantiasa mengingatkan kita, betapa rapuh dan penuhnya kehidupan duniawi ini dengan tipu daya dan senda gurau. Banyak petunjuk Allah dalam Al-Qur’an yang mengisyaratkan betapa jauhnya perbandingan kehidupan di dunia yang serba fana ini dengan rona kehidupan akhirat yang abadi dan tak pernah ada akhirnya.


M. Syafi'i
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger