Syukur secara kesinambungan haruslah kita wujudkan dengan meningkatkan ketaqwaan kepada Allah yang selalu melihat gerak-gerik kita, dengan sebenar-benar takwa, Dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segenap larangan-Nya.
Bukankah semua umat Islam sepakat bahwa dakwah adalah amalan yang disyariatkan dan masuk kategori fardhu kifayah. Tidak boleh kategori diabaikan, diacuhkan, dan dikurangi bobot kewajibannya. Hal itu disebabkan terdapat sedemikian banyak perintah dalam Al-Qur’an dan Sunah rasululah untuk berdakwah dan amar ma’ruf nahi mungkar.
Salah satu yang paling populer bagi kita adalah, ”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, memerintahkan kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar.” (QS. Ali Imran, 3 : 104)
Maksud ayat ini adalah jadilah kamu sekelompok orang dari umat yang melaksanakan kewajiban dakwah. Di mana kewajiban ini berlaku bagi setiap muslim, sebagaimana dijelaskan oleh sabda Rasulullah SAW. ”Siapa pun yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubah dengan tangannya, kalau tidak mampu, hendaklah mengubah dengan lisannya, kalau tidak mampu hendaklah mengubah dengan hatinya, dan itulah selemah-lemah iman.” (HR. Bukhori Muslim)
Maka ingatlah, wahai kaum muslimin bahwa dakwah untuk menegakkan ajaran-ajaran Allah merupakan kewajiban yang disyari’atkan dan menjadi tanggung jawab yang harus dipikul oleh kaum muslimin seluruhnya. Artinya setiap muslim dituntut untuk berdakwah sesuai kemampuannya dan peluang yang dimilikinya. Oleh sebab itu wajiblah bagi kita untuk senantiasa bersemangat dan berpartisipasi dalam berdakwah menyebarkan Islam ke mana pun kita menuju dan di mana saja kita berada.
Dakwah dan amar ma’ruf merupakan prasyarat dalam membangun khairu ummah (umat pilihan). Seandainya umat Islam tak mau berdakwah, maka tentu mereka pasti mengalami kerugian dan kemunduran dalam pelbagai aspek kehidupan.
Kemulian sekelompok benar-benar disebabkan karena dakwah dan demikian pun dengan kehinaan mereka adalah karena meninggalkan dakwah. Allah SWT berfirman, ”Kamu semua adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia menyuruh kepada yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran, 3 : 110)
Melalui ayat ini, Allah mengisyaratkan pemberian predikat yang terbaik kepada umat manusia bila mereka mampu memenuhi tiga syarat yaitu:
1. Menyuruh kepada yang ma’ruf
2. Mencegah dari yang mungkar, dan
3. Mau beriman kepada Allah.
”Siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shalih dan berkata sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (QS. Fushshilat, 41: 33)
Ayat ini dikukuhkan oleh Sabda Rasulullah SAW :
لِأَنْ يَهْدِيَكَ اللهُ بِكَ رَجُلاً وَاحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُوْنَ لَكَ مِنْ حُمُرِ النَّعَمِ. رواه مسلم
Yang artinya : Sungguh jika Allah memberi petunjuk kepada seseorang melalui engkau (dakwah engkau) maka itu lebih baik bagimu daripada engkau memiliki onta merah. (HR. Muslim)
Dari ayat dan hadits ini, menjadi jelaslah bahwa dakwah merupakan perbuatan terbaik dan pelakunya akan dibalas dengan balasan yang besar. Maka dengan segera Rasulullah tetap tegar dalam dakwah, walau diganggu, dipersulit dan meskipun akan dibunuh tidaklah hal itu menghalangi beliau dalam berdakwah demi tegaknya agama Islam.
Karenanya, para da’i hendaknya menyadari bahwa ancaman, intimidasi, dan teror serta ancaman bunuh dari musuh adalah sunnatullah yang sudah dialami para nabi sebelum Nabi Muhammad dan hal itu akan berlanjut sampai hari Kiamat. Sehingga mereka telah memiliki kesiapan mental yang dapat diandalkan untuk menhadapi berbagai kemungkinan yang akan menghambat jalannya dakwah islamiyah.
Marilah kita sejenak merenung dan meresapi perjuangan Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam dan para sahabat dalam berdakwah? Mereka disiksa, diteror ada yang dibunuh, bahkan ada pula yang diembargo ekonomi dalam jangka waktu yang lama. Mereka sempat makan rumput-rumputan dan daun-daunan hingga mulut dan lidah mereka pecah-pecah. Namun mereka selalu tabah dan tetap bertekad membara menegakkan kalimatullah yang Agung dan bijaksana (li’ilaa’i kalimatullahi hiyal ulya).
Dakwah bertujuan tersebarnya kebenaran pada umat manusia (khususnya kaum muslimin) agar senantiasa memperbaiki kualitas hidupnya. Agar para hamba Allah semakin giat beribadah kepada Sang Khaliq. Lalu mereka membela Islam, mendakwahkan Islam semampunya hingga dengan usaha mereka setelah rahmat Allah manusia masuk Islam dengan berbondong-bondong.
Maka alangkah bahayanya kalau dakwah itu sampai tidak berjalan, mogok total tanpa ada yang menjalankan. Sebab pada saat itu adzab Allah akan turun ke bumi menimpa manusia semuanya. Apakah di dalamnya itu orang beriman atau bukan beriman. Sebagaimana firman Allah SWt, ”Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang zhalim di antara kamu, dan ketahuilah Allah amat keras siksanya”. (QS. Al-Anfal,, 8 : 25).
KH. Drs. Ahmad Rofi'i
Bukankah semua umat Islam sepakat bahwa dakwah adalah amalan yang disyariatkan dan masuk kategori fardhu kifayah. Tidak boleh kategori diabaikan, diacuhkan, dan dikurangi bobot kewajibannya. Hal itu disebabkan terdapat sedemikian banyak perintah dalam Al-Qur’an dan Sunah rasululah untuk berdakwah dan amar ma’ruf nahi mungkar.
Salah satu yang paling populer bagi kita adalah, ”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, memerintahkan kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar.” (QS. Ali Imran, 3 : 104)
Maksud ayat ini adalah jadilah kamu sekelompok orang dari umat yang melaksanakan kewajiban dakwah. Di mana kewajiban ini berlaku bagi setiap muslim, sebagaimana dijelaskan oleh sabda Rasulullah SAW. ”Siapa pun yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubah dengan tangannya, kalau tidak mampu, hendaklah mengubah dengan lisannya, kalau tidak mampu hendaklah mengubah dengan hatinya, dan itulah selemah-lemah iman.” (HR. Bukhori Muslim)
Maka ingatlah, wahai kaum muslimin bahwa dakwah untuk menegakkan ajaran-ajaran Allah merupakan kewajiban yang disyari’atkan dan menjadi tanggung jawab yang harus dipikul oleh kaum muslimin seluruhnya. Artinya setiap muslim dituntut untuk berdakwah sesuai kemampuannya dan peluang yang dimilikinya. Oleh sebab itu wajiblah bagi kita untuk senantiasa bersemangat dan berpartisipasi dalam berdakwah menyebarkan Islam ke mana pun kita menuju dan di mana saja kita berada.
Dakwah dan amar ma’ruf merupakan prasyarat dalam membangun khairu ummah (umat pilihan). Seandainya umat Islam tak mau berdakwah, maka tentu mereka pasti mengalami kerugian dan kemunduran dalam pelbagai aspek kehidupan.
Kemulian sekelompok benar-benar disebabkan karena dakwah dan demikian pun dengan kehinaan mereka adalah karena meninggalkan dakwah. Allah SWT berfirman, ”Kamu semua adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia menyuruh kepada yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran, 3 : 110)
Melalui ayat ini, Allah mengisyaratkan pemberian predikat yang terbaik kepada umat manusia bila mereka mampu memenuhi tiga syarat yaitu:
1. Menyuruh kepada yang ma’ruf
2. Mencegah dari yang mungkar, dan
3. Mau beriman kepada Allah.
”Siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shalih dan berkata sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (QS. Fushshilat, 41: 33)
Ayat ini dikukuhkan oleh Sabda Rasulullah SAW :
لِأَنْ يَهْدِيَكَ اللهُ بِكَ رَجُلاً وَاحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُوْنَ لَكَ مِنْ حُمُرِ النَّعَمِ. رواه مسلم
Yang artinya : Sungguh jika Allah memberi petunjuk kepada seseorang melalui engkau (dakwah engkau) maka itu lebih baik bagimu daripada engkau memiliki onta merah. (HR. Muslim)
Dari ayat dan hadits ini, menjadi jelaslah bahwa dakwah merupakan perbuatan terbaik dan pelakunya akan dibalas dengan balasan yang besar. Maka dengan segera Rasulullah tetap tegar dalam dakwah, walau diganggu, dipersulit dan meskipun akan dibunuh tidaklah hal itu menghalangi beliau dalam berdakwah demi tegaknya agama Islam.
Karenanya, para da’i hendaknya menyadari bahwa ancaman, intimidasi, dan teror serta ancaman bunuh dari musuh adalah sunnatullah yang sudah dialami para nabi sebelum Nabi Muhammad dan hal itu akan berlanjut sampai hari Kiamat. Sehingga mereka telah memiliki kesiapan mental yang dapat diandalkan untuk menhadapi berbagai kemungkinan yang akan menghambat jalannya dakwah islamiyah.
Marilah kita sejenak merenung dan meresapi perjuangan Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam dan para sahabat dalam berdakwah? Mereka disiksa, diteror ada yang dibunuh, bahkan ada pula yang diembargo ekonomi dalam jangka waktu yang lama. Mereka sempat makan rumput-rumputan dan daun-daunan hingga mulut dan lidah mereka pecah-pecah. Namun mereka selalu tabah dan tetap bertekad membara menegakkan kalimatullah yang Agung dan bijaksana (li’ilaa’i kalimatullahi hiyal ulya).
Dakwah bertujuan tersebarnya kebenaran pada umat manusia (khususnya kaum muslimin) agar senantiasa memperbaiki kualitas hidupnya. Agar para hamba Allah semakin giat beribadah kepada Sang Khaliq. Lalu mereka membela Islam, mendakwahkan Islam semampunya hingga dengan usaha mereka setelah rahmat Allah manusia masuk Islam dengan berbondong-bondong.
Maka alangkah bahayanya kalau dakwah itu sampai tidak berjalan, mogok total tanpa ada yang menjalankan. Sebab pada saat itu adzab Allah akan turun ke bumi menimpa manusia semuanya. Apakah di dalamnya itu orang beriman atau bukan beriman. Sebagaimana firman Allah SWt, ”Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang zhalim di antara kamu, dan ketahuilah Allah amat keras siksanya”. (QS. Al-Anfal,, 8 : 25).
KH. Drs. Ahmad Rofi'i
Posting Komentar