Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Dua Kaki Yang Diharamkan Dari Neraka

Dua Kaki Yang Diharamkan Dari Neraka



قال رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
مَنْ اغْبَرَّتْ قَدَمَاهُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ

Sabda Rasulullah saw :
“Barangsiapa yg berdebu kedua kakinya di jalan Allah, maka Allah haramkan ia dari neraka” (Shahih Bukhari)


Maha Suci Allah Yang Maha Menguatkan jiwa hamba – hambaNya dengan datangnya guncangan fitnah dan kerusakan aqidah. Allah memilih hamba – hambaNya dan menguatkan mereka entah dengan pemikiran sendiri atau dengan nasihat atau dengan melihat atau dengan mempelajari. Allah menguatkan aqidah mereka hingga tidak bisa terguncang dengan fitnah sebesar apapun. Telah mengalir fitnah dari zaman ke zaman kepada para Nabi dan kepada para shalihin dan para Nabi dan shalihin tetap mulia dan diabadikan oleh Allah dan para pembawa fitnah tenggelam di dalam kehinaan yang abadi jika mereka tidak bertaubat. Maha Suci Allah Yang Maha Menguatkan jiwa kita untuk tidak menyembah selain Allah, Maha Suci Allah Yang Membuka kesempatan bagi para pendosa untuk mendekat kepada Allah, Maha Suci Allah Yang Menghidupkan para ulama dan shalihin menuntun kepada keluhuran. Jazakumullah Khair, Khairul Jaza.

Oleh sebab itu Allah Swt mengenalkan kalimat “Hamdalah ba’da Basmalah”. (mengucap Alhamdulillah setelah mengucap Bismillah) “Bismillahirrahmanirrahim” dulu. “Dengan Nama Allah” Yang Maha Tunggal dan Abadi mengawali segala kehidupan di langit dan bumi. “Arrahman Arrahim” “Maha Melimpahkan seluruh Kasih Sayang dan Rahmat pada segenap hamba-Nya di dunia dan di akhirat”. Setelah kita ingat itu seluruh kenikmatan, kemewahan, keinginan, kemuliaan, kebahagiaan di dunia dan di akhirat yang telah dilimpahkan oleh Allah kepada sedemikian triliyun hamba-Nya di permukaan bumi dan masih akan berlanjut dengan kekal dan abadi di yaumil qiyamah bagi mukminin – mukminat. Setelah itu sampai ke dalam benak pemikiran kita. Barulah Allah teruskan dengan “Alhamdulillahirabbil ‘alamin” QS. Al Fatihah : 2 Segala Puji Bagi Allah, Rabb semesta alam.

Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari bahwa ketika seorang hamba setelah ruku’ melakukan i’tidal ia mengucap “Sami’Allahu liman hamidah” Allah Maha Mendengar siapapun yang memuji-Nya. Memuji dengan hatinya atau dengan lisannya atau dengan keduanya atau dengan beribadah kepada-Nya yang juga bisa merupakan bentuk dari pujian kepada Allah. Atau dengan segala ketaatan yang ia jadikan sebagai bentuk pujiannya kepada Allah. Atau penyesalan dari dosa – dosanya ia jadikan sebagai bentuk terpujinya Allah pada dirinya. Karena aku ingin memuji-Mu dan mengagungkan-Mu Rabbiy, maka aku meninggalkan dosa – dosa. “SamiAllahu liman hamidah” Allah Maha Mendengar orang – orang yang memuji-Nya. Lalu ucapan setelahnya “Rabbana lakal hamdu” Wahai Tuhan kami untuk-Mu segala pujian. Pujian – pujian yang agung untuk-Mu wahai Rabb.

Diriwayatkan dalam Shahih Bukhari Rasul saw bersabda “man waafaqa qaulahu wa qaulalmalaikat, ghufira lahu maa taqaddama min dzanbih” kalau seandainya ucapan “Rabbana lakal hamdu” itu bersamaan dengan ucapan para malaikat yang juga mengucapkan “Rabbana wa lakal hamdu” maka Allah ampuni dosanya yang telah lalu.
Kita bertanya, mana kita tahu? bersamaan atau tidak dengan para malaikat. Jadi malaikat itu diijinkan oleh Allah Swt dengan masing – masing tugas. Ada yang mengikuti dzikir, ada yang meng-aminkan doa, ada yang mengikuti ucapan – ucapan pujian kepada Allah. Ketika seseorang mengucapkan “SamiAllahu liman hamidah” dengan hatinya pun ia mengucapkan, Allah Maha Mendengar siapapun yang memuji-Nya maka malaikat memuji Allah saat itu.

hadits yang kita baca tadi, riwayat Shahih Bukhari “man ighbarrat qadamaahu fii sabiilillahi, harramahullahu ‘alannaar” barangsiapa yang kakinya berdebu (sampai berdebu) karena berjalan pada hal – hal yang diridhai Allah (di jalan Allah) maka Allah haramkan kakinya itu masuk neraka. Kalau kakinya tidak masuk neraka berarti tubuhnya juga tidak masuk neraka.

Al Imam Ibn Hajar didalam Fathul Baari bisyarah Shahih Bukhari menjelaskan bahwa hadits ini bukan hanya untuk yang berperang di jalan Allah saja tapi juga untuk yang melangkah menuju shalat jum’at. Karena ada riwayat Shahih Bukhari menyebutnya saat sahabat berjalan menuju shalat jum’at. Dan juga dalam segala hal – hal yang diridhai Allah menuju hal – hal yang bersifat ibadah kepada Allah sampai berdebu kakinya maka kedua kakinya Allah haramkan masuk neraka. Lalu kita bertanya, apakah harus berjalan kaki menuju masjid? Tentu yang dimaksud bukanlah berjalan langkah – langkahnya tapi adalah usahanya untuk mencapai tempat yang diridhai Allah. Sampainya kita ke tempat ini semoga kita semua diharamkan oleh Allah dari api neraka. Amin

Demikian dahsyatnya Rahmat Ilahi, cuma sayangnya setelah sebagian dari mereka kakinya diharamkan oleh Allah dari api neraka, mereka kembali melangkah pada hal – hal yang dimurkai oleh Allah. Demikian keadaan manusia dalam siang dan malamnya. Beruntunglah mereka yang selalu menuju tempat yang mulia dan mengikuti sunnah Sang Nabi saw. Ia lebih mudah ke tempat yang mulia, majelis taklim, majelis dzikir, masjid dan lainnya. Hal – hal seperti ini menuju di jalan Allah dan tentunya bukan hanya itu tetapi bekerja, mencari nafkah, sekolah untuk mencari keridhaan orangtua, untuk mencari rezki, untuk mencari rezki yang halal atau berkhidmah kepada Islam, berkhidmah pada dakwah.

(misalnya kita berkata) Saya kuliah, kuliah itu saya tidak pernah lihat di hadits, tapi kuliah niatnya ibadah misalnya dalam hatinya begitu. Jadi tentunya kalau niat kuliahnya adalah untuk menjadi ahli ekonomi, biologi atau ahli fisika yang Islami, yang bisa mengalahkan mereka – mereka yang menghancurkan Islam maka setiap langkahnya “fisabilillah”. Demikian pula bekerja, demikian pula berumah tangga, demikian pula dengan usaha. Jika niatnya baik “fa innamal kullu a’mal binnniyat innamal a’mal binniyat wa innama likullimri;in maa nawaa”. (yaitu sabda Nabi saw : sungguh semua amal itu tergantung niatnya, dan balasan Allah itu tergantung pada niatnya)

Getaran hati merubah satu hal yang hina menjadi mulia atau sebaliknya. Jalan menuju majelis dzikir, apa niatnya? Niatnya ibadah kepada Allah, maka ia mendapatkan kemuliaan ini. Jalan menuju majelis dzikir untuk memfitnah orang lain maka tentunya kembali kepada niatnya masing – masing.


Habib Munzir Al Musawwa
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger