Betawassul dalam doa untuk memohon kepada Allah SWT, yang salah satunya dengan menyebutkan amal kebaikan-kebaikan, adalah hal yang tidak dilarang. Bahkan, dalam Shahih Bukhari dan Muslim pun ada riwayat yang membahas tentang hal ini. Sehingga, apabila hal tentang tawassul dengan menyebutkan kebaikan-kebaikan ini diingkari (disesatkan, disyirikkan, atau bahkan dikafirkan), maka dikhawatirkan akan menyebabkan orang menjadi ingkar sunnah (hadist) seperti yang telah banyak kita temui di akhir zaman ini. Oleh karena itu, mari kita simak kisah tiga orang bersahabat berikut ini yang diabadikan dalam Hadist Shahih Riwayat Imam Bukhari dan Muslim.
Tiga orang bersahabat melakukan perjalanan. Tiba tiba turun hujan lebat. Kebetulan di dekat mereka ada sebuah gua. Masuklah mereka ke gua untuk berteduh sambil menunggu hujan surut.
Tanpa diduga-duga, satu batu besar meluncur dari tebing, jatuh ke bawah, persis menutup lubang gua yang membuat mereka bertiga terperangkap. Upaya menggeser batu sia-sia, karena sangat berat.
"Kita tak akan bisa keluar. Akan tetapi, barangkali ada sedikit kebaikan kita masing-masing yang dapat dijadikan wasilah (perantara) untuk mendapat pertolongan Allah," ujar salah seorang di antara mereka menyarankan. Mereka sepakat, lalu mereka bergiliran mengungkapkan kebaikan yang pernah mereka perbuat.
Sahabat yang paling tua memulai mengungkapkannya
"Ya Allah, dulu hamba mempunyai ayah dan ibu yang sudah amat tua renta. Setiap hari, hamba memberi mereka minum segelas susu, sebelum mereka tertidur. Susu sisa minuman baru hamba bagikan kepada istri dan anak -anak hamba. Pada suatu hari, hamba pulang terlalu larut sehingga mereka telah lelap tertidur sebelum mendapat minuman susu. Dengan segelas susu di tangan, hamba menunggui mereka hingga bangun. Anak-anak semua merengek-rengek ingin minum susu, tidak hamba pedulikan, karena ayah dan ibu hamba yang harus minum terlebih dulu. Menjelang pagi, baru mereka berdua bangun. Hamba segera memberikan susu segelas itu, dan sisanya baru diberikan kepada anak-anak yang belum berhenti merengek".
"Ya Allah, dulu hamba mempunyai ayah dan ibu yang sudah amat tua renta. Setiap hari, hamba memberi mereka minum segelas susu, sebelum mereka tertidur. Susu sisa minuman baru hamba bagikan kepada istri dan anak -anak hamba. Pada suatu hari, hamba pulang terlalu larut sehingga mereka telah lelap tertidur sebelum mendapat minuman susu. Dengan segelas susu di tangan, hamba menunggui mereka hingga bangun. Anak-anak semua merengek-rengek ingin minum susu, tidak hamba pedulikan, karena ayah dan ibu hamba yang harus minum terlebih dulu. Menjelang pagi, baru mereka berdua bangun. Hamba segera memberikan susu segelas itu, dan sisanya baru diberikan kepada anak-anak yang belum berhenti merengek".
"Ya Allah, jika menurut-Mu itu merupakan kebaikan dan kebajikan seorang anak kepada kedua orang tuanya, jadikanlah jalan pertolongan bagi hamba selamat dari lubang gua Ini".
Batu di pintu guapun, bergeser sedikit. Namun, belum cukup untuk dimasuki badan manusia.
Sahabat yang kedua mulai mengungkapkan kisahnya
"Hamba dulu pernah mencintai seorang gadis cantik yang masih sanak saudara juga. Berkali-kali hamba membujuknya untuk berbuat maksiat, tetapi ia selalu menolak. Hingga suatu saat, nafsu hamba memuncak. Hamba beri iming-iming ia segenggam perhiasan indah dan mahal. Rupanya ia luluh juga. Bersedia melayani hamba. Namun, begitu peristiwa dosa akan berlangsung, ia sadar. Berteriak keras, menyuruh hamba takut kepada-Mu, ya Allah, sambil mengingatkan jangan sekali-kali lagi membujuk rayu untuk melanggar batas susila di luar hak. Hamba pun sadar. Segera pergi menghindar setelah merelakan perhiasan itu tanpa imbalan apa pun".
"Hamba dulu pernah mencintai seorang gadis cantik yang masih sanak saudara juga. Berkali-kali hamba membujuknya untuk berbuat maksiat, tetapi ia selalu menolak. Hingga suatu saat, nafsu hamba memuncak. Hamba beri iming-iming ia segenggam perhiasan indah dan mahal. Rupanya ia luluh juga. Bersedia melayani hamba. Namun, begitu peristiwa dosa akan berlangsung, ia sadar. Berteriak keras, menyuruh hamba takut kepada-Mu, ya Allah, sambil mengingatkan jangan sekali-kali lagi membujuk rayu untuk melanggar batas susila di luar hak. Hamba pun sadar. Segera pergi menghindar setelah merelakan perhiasan itu tanpa imbalan apa pun".
"Ya Allah, seandainya perbuatan hamba termasuk sebentuk keimanan kepada-Mu dan amal soleh kepada sesama manusia, jadikanlah jalan keselamatan bagi hamba terlepas dari lubang gua ini."
Batu bergeser lagi sedikit, tetapi masih tetap masih terlalu sempit untuk dilewati.
Giliran orang yang ketiga mulai berkisah
"Ya Allah, hamba dulu memiliki peternakan domba. Memiliki banyak pekerja upahan. Salah seorang dari pekerja hamba menghilang tak ada kabar berita, sebelum menerima upah-upahnya. Maka hamba jadikan upah itu sebagai investasi di peternakan sehingga menghasilkan beberapa ekor domba yang terus berkembang biak, hingga mencapai ratusan ekor. Ketika ia datang menagih upah, hamba tunjukkan barisan domba yang memenuhi lembah bukit. Ia sangat gembira, dan menawarkan imbalan, tetapi hamba tolak".
"Ya Allah, hamba dulu memiliki peternakan domba. Memiliki banyak pekerja upahan. Salah seorang dari pekerja hamba menghilang tak ada kabar berita, sebelum menerima upah-upahnya. Maka hamba jadikan upah itu sebagai investasi di peternakan sehingga menghasilkan beberapa ekor domba yang terus berkembang biak, hingga mencapai ratusan ekor. Ketika ia datang menagih upah, hamba tunjukkan barisan domba yang memenuhi lembah bukit. Ia sangat gembira, dan menawarkan imbalan, tetapi hamba tolak".
"Ya Allah, sekiranya perbuatan hamba merupakan amal saleh, perwujudan sikap amanah terhadap hak milik orang lain, jadikanlah pembebasku dari bencana ini".
Bergeserlah batu penutup lubang gua sehingga memberi ruang cukup untuk dilewati ketiga orang itu. Doa mereka dikabulkan dan akhirnya mereka selamat berkat amal kebaikan yang telah mereka perbuat. Wallahu'alam
Sumber: Hadis Riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim dalam kitab Riyadush Shalihin Karya Iman Yahya an Nawawi
Posting Komentar