قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : لَايُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ ( صحيح البخاري )
Sabda Rasulullah saw : “Belum sempurna iman kalian, hingga aku lebih dicintainya, dari ayah ibunya, dan anaknya, dan seluruh manusia” (Shahih Bukhari)
Limpahan puji kehadirat Allah Maha Raja Tunggal dan Abadi, Pencipta alam semesta dari tiada dan menjadikan kerajaan langit dan bumi sebagai lambang keluhuran Ilahi, mengenalkan kita kepada keluhuran Allah. Semua yang dicipta Allah dari langit dan bumi, matahari dan bulan, siang dan malam, daratan dan lautan, hewan dan tumbuhan,tiadalah kesemua itu kecuali sebagai tanda keluhuran Allah, tanda keagungan Allah, yang mengenalkan kita kepada Dzat-Nya Yang Maha Luhur. Ketahuilah bahwa seluruh alam semesta ini berdzikir mengagungkan nama-Nya, mensucikan nama-Nya, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
( الحشر : 24 )
“ Apa yang ada di langit dan bumi bertasbih kepada-Nya, dan Dialah Yang Mahaperkasa Maha bijaksana”. ( QS. Al Hasyr : 24 )
Sungguh Allah tidak membutuhkan pujian dan tidak pula butuh disucikan namun bagiku dan kalian yang banyak mensucikan nama Allah dan memuji Allah maka ia akan dibuat terpuji oleh Allah, disucikan dari dosa, disucikan dari hal-hal yang hina, dan dimuliakan hingga sampai kepada puncak-puncak keluhuran, itulah balasan bagi mereka yang memuji dan mensucikan Allah subhanahu wata’ala. Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam hadits Qudsi riwAyat Shahih Muslim :
يَا عِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ مُحْرِمًا بَيْنَكُمْ فَلا تَظَّالَمُوا
“ Wahai hamba-hamba-Ku telah Kuharamkan perbuatan zhalim (jahat) kepada diri-Ku, dan telah Kuharamkan pula perbuatan zhalim diantara kalian, maka janganlah kalian saling menzhalimi”.
Semua manusia yang setiap butir selnya diciptakan oleh Allah dari tiada, yang siang dan malamnya selalu dalam bimbingan dan naungan anugerah Allah, didalam rahmat Allah diseru oleh Allah bahwa semua hamba dalam kegelapan dan kesalahan kecuali orang yang telah diberi hidayah (petunjuk) oleh Allah, maka mohonlah petunjuk kepada Allah.
Seseorang yang telah mendapatkan bimbingan keluhura namun ia terus meminta kepada Allah untuk ditunjukkan kepada jalan keluhuran, maka Allah akan memberinya petunjuk lagi ke jalan yang indah, sehingga ia terus terbimbing kepada hal yang semakin indah tiada berakhir. Oleh sebab itu kita diperintah oleh Allah dalam setiap rakaat untuk membaca surat Al Fatihah, yang mana dalam surat itu terdapat ayat :
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
( الفاتحة : 6 )
“ Tunjukkan kami ke jalan yang lurus”. ( QS. Al Fatihah : 6 )
Meskipun kita telah diberi petunjuk ke jalan yang benar berupa Islam, namun kita terus meminta agar ditunjukkan ke jalan yang lurus, mengapa? karena kita selalu dalam godaan syaitan, selalu terjebak dalam kehinaan dan maksiat, maka terus meneruslah meminta kepada Allah agar Allah memberikan ampunan kepada kita, kekuatan dan kemampuan kepada kita untuk menjauhi segala larangan-Nya dan mengerjakan hal-hal yang diperintah-Nya. Jika Allah tidak memberikan hal itu kepada kita, maka lemahlah kita dari taat kepada-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam hadits qudsi :
يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَنَا الَّذِي أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيْعًا فَاسْتَغْفِرُونِي أَغْفِرْ لَكُمْ
“ Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kalian dalam kesalahan di siang dan malam, dan Aku lah Yang Maha Mengampuni semua dosa-dosa, maka mohonlah pengampunan kepada-Ku akan Kuampuni dosa-dosa kalian”
Sungguh indahnya Rabbul ‘alamin Yang menawarkan pengampunan kepada hamba-Nya yang berbuat salah. Allah Maha Mengetahui bahwa manusia adalah tempat kesalahan di siang dan malam, kecuali para nabi dan rasul yang ma’sum, jauh dari kesalahan dan Allah adalah Yang mengampuni dosa-dosa dan menerima taubat hamba-hamba-Nya. Jadi jika ada yang protes kalau ceramah saya, atau Ustadz Khairullah atau yang lainnya jika menyampaikan ceramah ada yang salah atau yang lainnya maka hal itu hal itu wajar, karena kami adalah manusia biasa bukan nabi atau rasul yang terbebas dari kesalahan. Maka jika bukan nabi atau rasul pastilah terdapat kesalahan. Kemudian Allah berfirman dalam hadits qudsi :
يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ جَائِعٌ إِلاَّ مَنْ أَطْعَمْتُ فَاسْتَطْعِمُونِي أُطْعِمْكُمْ ، يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ عَارٍ إِلاَّ مَنْ كَسَوْتُ ، فَاسْتَكْسُونِي أَكْسُكُمْ
“ Wahai hamba-hamba-Ku kalian semua dalam kelaparan kecuali yang telah Kuberi makan, maka mintalah makan kepada-Ku Aku akan member kalian makan, wahai para hamba-Ku, kalian semua tanpa pakaian ( telanjang ) kecuali orang yang telah Aku berikan pakaian kepadanya, maka mintalah pakaian kepada-Ku Aku akan member kalian pakaian”.
Tentunya makanan disini mempunyai makna yang dalam, bahwa makanan yang kita makan jika Allah tidak memberikan manafaatnya kepada kita maka makanan itu bisa menjadi racun atau penyakit bagi tubuh kita. Dan jika ketika akan memakan makanan tanpa mengucapkan basmalah, dan setelah selesai makan tidak mengucapkan hamdalah maka makanan itu akan menjadi racun bagi dirinya. Maka mintalah makanan kepada Allah, banyak orang-orang yang tidak beriman kepada Allah namun mereka tetap mendapatkan makanan dan bisa makan namun bisa jadi makanan yang mereka makan membawa bahaya atau penyakit baginya. Begitu pula mohonlah kepda Allah makanan rohani, banyak diantara kita yang siang dan malam lewat dalam kegembiraan, jika ia tidak diberi santapan rohani maka ia akan mersa dalam kesedihan walaupun sebenarnya dia dalam kegembiraan, dia akan melewati siang dan malamnya dalam keadaan sedih,susah, kesal dan gundah. Sebaliknya banyak orang yang dalam kesempitan, kesedihan dan musibah namun jika Allah memberikan kelapangan dalam hatinya maka ia akan lewati hari-harinya dengan sabar dan doa maka musibahnya akan segera disingkirkan oleh Allah dan digantikan dengan kenikmatan dan jika ia lewati kenikmatannya dengan bersyukur dan banyak berbuat baik maka Allah akan tumpahkan kenikmatan-Nya , merekalah orang-orang yang Allah berikan kepadanya santapan rohani. Dan Allah berfirman supaya hamba meminta pakaian kepada-Nya. Semua orang merasa bisa membeli pakaian, namun pakaian disini mempunyai makna yang sangat dalam yaitu pakaian yang menutupi aib-aib manusia, banyak orang yang memakai pakaian setebal-tebalnya namun aib-aibnya tetap terlihat. Allah subhanahu wata’ala Maha Mampu menutupi aib hamba-hamba-Nya, dan sebaik-baik pakaian adalah ketakwaan sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ
( الأعراف : 26 )
“ Dan pakaian takwa itulah yang lebih baik”.( QS. Al A’raf : 26 )
Begitu pula dengan Pakaian ketakwaan itulah pakaian yang paling mulia dari pakaia n yang lainnya, tentunya pakaian yang lain juga kita pakai, namun jika kita menggunakan pakaian ketakwaan tentunya siang dan malam kita penuh dengan dosa dan kesalahan yang terus menumpuk dari hari ke hari, maka pakain ketakwaan itu adalah bekal kita untuk menghadap Allah subhanahu wata’ala. Maka mintalah kepada-Nya pakaian dan pakaian khusus adalah pakaian ketakwaan. Kemudian Allah berfirman dalam hadits qudsi :
إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوْا ضَرِّيْ فَتَضُرُّوْنِيْ، وَلَنْ تَبْلُغُوْا نَفْعِيْ فَتَنْفَعُوْنِيْ
Sungguh sebaik-baik semua tidak akan bisa memberi manfaat atau berguna untuk Allah. Semua manusia berbuat baik maka hal itu tidak akan membawa manfaat bagi Allah subhanahu wata’ala. Allah Maha melimpahkan manfaat, Allah tidak butuh sesuatu apapun dari kita. Begitu pula jika semua manusia berbuat kemungkaran maka hal itu tidak akan bisa membuat Allah rugi. Kita bisa merugikan orang lain namun tidak bisa membuat Allah rugi atau beruntung. Dan firman Allah dalam hadits qudsi :
يَا عِبَادِي ، لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ مِنْكُمْ لَمْ يَزِدْ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئًا . يَا عِبَادِي ، لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ ، وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ ، كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ مِنْكُمْ لَمْ يَنْقُصْ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِي شَيْئًا
“ Wahai hamba-Ku, jika semua golongan manusia dan jin dari golongan pertama hingga terakhir berbuat baik dengan hati yang paling bertakwa sekalipun hal itu tidak akan menambah sedikit pun kerajaan-Ku. Whai hamba-hamba-Ku jika seluruh jin dan manusia dari golongan pertama dan terkahir berbuat jahat maka hal itu tidak pula mengurangi kerajaan-Ku sedikitpun”
Maksudnya, bahwa Allah tidak butuh sesuatu kepada kita namun kita yang selalu butuh kepada Allah dalam setiap waktu dan saat, kita selalu membutuhkan bantuan Allah karena jika Allah tidak membantu kita, saat ini kita tenang-tenang saja mungkin saja ada seribu makhluk yang sedang berniat jahat kepada kita, mungkin ada sihir yang sedang dikirim kepada kita, atau ada fitnah yang sedang dilontarkan kepada kita, atau mungkin ada rencana jahat untuk mencelakakan kita tanpa kita ketahui, namun hal itu tersingkirkan karena kekuatan Allah yang melindunginya. Allah Maha Tau setiap getaran hati hamba-Nya, niat-niat hamba-Nya. Misalnya ada yang hadir di majelis ini barangkali dengan niat mencopet, sehingga pencopet pun membawa jadwal maulid yang akhirnya setiap majelis ada yang kehilangan handphone atau yang lainnya, yang hadir maulid semakin ramai dan copetnya pun semakin ramai. Allah Maha Tau tentang hal itu, mengetahui niat dalam hati kita. Ada yang hadir dengan niat copet dan ikut desak-desakan dengan orang yang mau bersalaman namun bukan untuk bersalaman tapi untuk mengambil dompet atau handphone, maka waspadalah dalam hal ini jangan sampai kebobolan. Namun ingat Allah subhanahu wata’ala Maha Luhur dan Maha Melihat perbuatan hamba-hamba-Nya. Firman Allah dalam hadits qudsi :
يَا عِبَادِي ، لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ ، وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمُ اجْتَمَعُوا فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ ، فَسَأَلُونِي ، فَأَعْطَيْتُ كُلَّ إِنْسَانٍ مِنْكُمْ مَا سَأَلَ لَمْ يَنْقُصْ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِي إِلاَّ كَمَا يَنْقُصُ الْبَحْرُ أَنْ يَغْمِسَ فِيهِ الْمِخْيَطُ غَمْسَةً وَاحِدَةً
“ Wahai hamba-hamba-Ku, jika manusia dan jin dari yang pertama hingga yang terakhir berkumpul dalam satu tempat yang luas, kemudian meminta kepada-Ku kemudian aku berikan kepada semua yang meminta apa yang mereka minta, maka hal itu tidak mengurangi kerajaan-Ku sedikitpun kecuali seperti sehelai benang yang dicelupkan ke dalam lautan sekali celupan”
Seluruh hajat hamba tiada artinya di hadapan Allah, jika Allah berikan semua hajat itu maka hal itu tidak akan mengurangi kerajaan Allah sedikitpun. Berbeda halnya jika kita memberikan sesuatu yang kita miliki maka sesuatu itu akan berkurang dari kita. Namun Allah pencipta segala sesuatu, jika Allah berkehendak untuk menciptakan sesuatu maka akan tercipta. Sebagaimana firman-Nya :
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
( يس : 82 )
“Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, “jadilah!”, maka jadilah sesuatu itu”. (QS. Yasiin : 82 )
Kemudian Allah berfirman dalam hadits qudsi :
يَا عِبَادِي إِنَّمَا هِيَ أَعْمَالُكُمْ أَحْفَظُهَا عَلَيْكُمْ ، فَمَنْ وَجَدَ خَيْرًا ، فَلْيَحْمَدِ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ ، وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلَا يَلُوْمَنَّ إِلَّا نَفْسَهُ
“ Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya hal itu adalah amal-amal kalian, maka barangsiapa yang mendapatkan kebaikan (surga), maka hendaknya ia memuji Allah, dan jika ia mendapatkan selain itu ( neraka) maka jangan salahkan yang lain kecuali dirinya sendiri”
Maksudnya jika kita mendapatkan surga maka kita hendaknya memuji Allah, karena setiap pahala kita dikalikan 10 hingga 100 kali lipat dan banyak dosa-dosa yang dihapus Allah. Namun jika dengan hal itu masih tetap mendapat neraka, padahal dalam setiap shalat ada penghapusan dosa, dalam istighfar ada penghapusan dosa, membaca dzikir ada penghapusan dosa, hadir di majelis dzikir ada penghapusan dosa dan semua perbuatan baik diberi pahala dan penghapusan dosa, tetapi masih masuk neraka juga, maka jangan salahkan selain dirinya sendiri.
Sampailah kita pada hadits yang kita baca tadi, bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam riwayat Shahih Al Bukhari :
لَايُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ
“ Tidak sempurna iman salah seorang diantara kalian sampai aku lebih dicintainya dari orang tuanya, anaknya dan semua manusia”
Maka belum sempurna iman seseorang sehingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dicintainya lebih dari semua orang. Nabiyullah Ibrahim AS ketika diberi ujian oleh Allah subhanahu wata’ala untuk menyembelih anaknya, mana yang lebih ia cintai, Allah subhanahu wata’ala atau anaknya?!, maka nabi Ibrahim pun menjalankan perintah Allah, namun sebelum ia menyembelih nabi Ismail, Allah subhanahu wata’ala memerintah malaikat Jibril untuk menahan tangan nabi Ibrahim kemudian menggantikan sembelihannya dengan seekor domba. Allah ingin menguji sampai dimana keimanan dan kecintaan nabi Ibrahim kepada Allah, maka dikatakan oleh Rasulullah bahwa ummat ini harus lebih mencintai nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dari semua manusia. Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani berkata dalam kitab Fathul Bari bisyarh Shahih Al Bukhari bahwa iman mempunyai tingkatan, dan semakin seseorang cinta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maka semakin sempurna imannya dan di saat itulah ia mencapai tangga kesempurnaan iman, dan terus mencintai Rasulullah. Al Imam Ibn Hajar menyampaikan riwayat sayyidina Umar yang berkata : “wahai rasulullah aku lebih mencintaimu dari seluruh manusia kecuali diriku sendiri”, maka Rasulullah bersabda : “belum sempurna wahai Umar, kecuali aku lebih engkau cintai dari dirimu sendiri”, kemudian sayyidina Umar bin Khatthab berkata : “wahai Rasulullah, sekarang aku lebih mencintai dirimu dari semua manusia bahkan dari diriku sendiri”, maka Rasulullah menjawab : “sekarang wahai Umar”, barulah sayyidina Umar masuk ke dalam gerbang kesempurnaan iman, demikian terus menuju tangga-tangga iman yang lebih sempurna lagi, demikian pula murid-murid sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang lainnya. Dan kita jangan berputus asa, teruslah berusaha dengan kemampuan kita untuk meniti tangga-tangga kesempurnaan iman itu dengan mencintai sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Tentunya setiap individu mempunyai kemampuan yang berbeda, namun teruslah berusaha dan tidak berputus asa untuk menuju kesempurnaan iman dengan lebih mencintai Rasulullah dari semua manusia bahkan dari dirinya sendiri. Dan harus kita fahami bahwa perayaan maulid nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam atau syiar-syiar diadakan adalah agar kita semua semakin mencintai nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Berhubung dengan banyaknya pertanyaan yang muncul atas fitnah-fitnah yang terjadi saat ini, maka kita tetap berjalan di bawah fatwa guru mulia kita Al Musnid Al Arif billah Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafizh yaitu agar diantara ummat muslimin muslimat ini tidak terjadi perpecahan, dan juga tidak ada perbedaan pendapat bahwa orang yang mengakui bahwa ada nabi setelah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam maka ia telah murtad, seluruh madzhab telah sepakat akan hal itu. Namun ada perbedaan cara dalam membenahinya dan dalam hal ini guru mulia menyampaikan kepada saya dan untuk disampaikan kepada semua jama’ah majelis rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa jama’ah majelis rasulullah tidak bertindak kekerasan dengan cara berdemo, namun orang yang memilih demo juga tidak ada permusuhan dan perpecahan dengan kita karena tujuan mereka sama namun cara berbeda. Maka kita jama’ah majelis rasulullah mengikuti guru mulia kita Al Musnid Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafizh, dengan cara bayan (penjelasan) dan ta’lim. Ketika banyak orang yang berkunjung kepada beliau dan bertanya : “wahai Habib, jika banyak faham dan aliran-aliran sesat telah muncul maka apa yang harus kita perbuat”? maka beliau menjawab : “buatlah majelis-majelis umum yang semua orang bisa hadir, karena majelis-majelis seperti itu meminimalkan muncuknya aliran-aliran sesat”. Hal itu yang telah diinstrusikan oleh guru mulia kepada saya. Jika di majelis-majelis yang lain memilih cara dengan demo maka silahkan saja, namun tidak ada ikhtilaf bahwa yang mengakui ada nabi terakhir setelah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam maka hal itu murtad.
Habib Munzir Al Musawwa
Habib Munzir Al Musawwa
Posting Komentar