قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ ، لاَ تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا ، وَلاَ تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا ، أَوَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ ؟ أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ (صحيح مسلم - ج 1 ص 74)
Rasulullah saw bersabda, "Demi Dzat (substansi) yang nyawaku berada di tangan-Nya. Kalian tidak dapat masuk ke dalam surga sampai kalian beriman. Dan kalian tidak dapat beriman (secara sempurna) sampai kalian saling mengasihi. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian melakukannya maka kalian dapat saling mengasihi? Tebarlah salam di antara kalian."
Salam akan menimbulkan rasa saling cinta dan rasa saling cinta akan meyempurnakan keimanan. Ucapan salam pada dasarnya adalah sebagian dari bentuk penghormatan (tahiyyah). Berikut beberapa bentuk penghormatan (tahiyyah) yang lain :
1. Mencium, seperti saya mencium tangan orang tua atau guru.
2. Bersalaman
3. Berpelukan (mua’anaqah), artinya ”adu leher” atau ”saling tempel pipi” sebagaimana yang mulai trend di sebagian masyarakat Indonesia. Tentu saja yang dibenarkan adalah antara sesama jenis, dan
4. Mengucapkan salam
Ungkapan salam, minimal terdiri dari dua kata yaitu السَّلاَمُ عَلَيْك yang artinya"As salam untuk kalian". Redaksi ini yang diperoleh oleh kita dari Rasulullah saw dan para ulama-ulama dahulu. Redaksi jamak atau plural (kalian) ini berlaku meskipun yang disapa hanya satu orang. Hikmahnya, ucapan salam ini dimaksudkan juga kepada para malaikat yang menjaga setiap individu manusia.
Dalam prakteknya –yang kemudian menjadi trend- terdapat penambahan kata rahmah dan barakah seperti berikut:
السَّلامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Di antara shahabat Rasulullah saw yang melakukan penambahan ini (dalam jawaban salam yang diarahkan kepadanya) adalah Abdullah, putra Umar ra khalifah kedua.
Sementara redaksi jawabannya nyaris sama, hanya saja peletakkan kata dibalik dan sebaiknya ditambah kata wa yang artinya ”dan”, menjadi
وَعَلَيْكُمُ السَّلامُ atau وَعَلَيْكُمُ السَّلامُ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Penambahan wa ini membuatnya menjadi bermakna
عَلَيَّ وَعَلَيْكُمْ السَّلامُ
”Di samping untukku, as salaam juga untuk kalian.” (Bada’i al Fawaa`id, j.2, hal. 403).
Ada dua pengertian as salaam yang dikemukakan. Masing-masing pengertian memiliki pendukungnya, plus argumentasinya. Pengertian Pertama As Salaam di sini merupakan salah satu nama Allah (al asmaa` al husnaa). Jika as salaam dalam redaksi ucapan salam dipahami sebagai nama Allah maka as salaamu ’alaykum artinya "semoga barakah nama Allah bersama kalian".
عَنْ عَبْدِ اللهِ ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم أَنَّهُ ، قَالَ : إِنَّ السَّلامَ اسْمٌ مِنْ أَسْمَاءِ اللهِ وَضَعَهُ فِي الأَرْضِ ، فَأَفْشُوا بَيْنَكُمْ ، فَإِنَّ الرَّجُلَ الْمُسْلِمَ إِذَا مَرَّ بِقَوْمٍ فَسَلَّمَ عَلَيْهِمْ فَرَدُّوا عَلَيْهِ كَانَ لَهُ عَلَيْهِمْ فَضْلً دَرَجَةٍ بِتَذْكِيرِهِ إِيَّاهُمُ السَّلامَ ، فَإِنْ لَمْ يَرُدُّوا عَلَيْهِ رَدَّ عَلَيْهِ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مِنْهُمْ وَأَطْيَبُ (مسند البزار, ج 2 , ص 401)
Dari Abdullah ra, Nabi saw bersabda, ”Sesungguhnya as salaam adalah satu nama Allah yang ”diletakanNya” di bumi. Untuk itu tebarlah salam di antara kalian. Ketika seorang muslim yang melewati sekelompok orang lalu mengucapkan salam kepada mereka dan mereka menjawabnya maka dia memiliki keunggulan satu peringkat (darajah) di atas mereka sebab dia mengingatkan as salaam pada mereka. Jika mereka tidak menjawab (salamnya) maka ada pihak lain yang lebih baik dari mereka dan lebih bersih yang menjawab salamnya.”
Pengertian kedua, As Salaam dalam kalimat as salaamu ’alaykum artinya "semoga keselamatan dari hal-hal yang buruk dan cacat untuk kalian".
Dalam pengertian ini pula mengapa surga disebut sebagai daar as salaam yang artinya rumah atau hunian as salaam (Qs. Al An’am: 127). Untuk itu, daar as salaam tidak diartikan rumah atau hunian Allah yang As Salaam. Dengan pengertian ini, as salaamu ’alaykum adalah sebuah harapan atau doa agar orang yang disapa dengan kalimat ini dijauhkan dari hal-hal yang buruk.
Apa yang bisa disimpukan di sini adalah bahwa kedua pengertian as salaam di atas sebenarnya dapat disatukan dalam satu pendapat, yaitu ketika si A menyapa salam kepada si B maka si A telah :
1. Berdzikir dengan menyebut salah satu nama Allah (As Salaam). Dzikir ini dapat dianggap sebagai bentuk tabarruk(an) atau tawassul(an) dengan nama Allah agar harapannya terkabul. (Lihat Qs. Al A’raf, 180)
2. Dalam dzikirnya yang diucapkannya, ada sebuah harapan keselamatan untuk si B, sebagaimana yang dapat dipahami dari arti kata salaam.
Tentu saja kesimpulan ini tidak berlaku dalam kasus ucapan salam dari Allah untuk para hamba-Nya seperti yang diungkapkan-Nya dalam Al Qur`an (Lihat Qs. Ash Shaaffaat:79, 109, 120, 130). Untuk yang terakhir ini, salaam harus dipahami dengan pengertiannya yang kedua. Di samping itu, penyebutan kata salaam (tanpa alif laam) dan As Salaam (dengan alif laam) juga mempengaruhi makna, meskipun tetap saja tidak keluar dari dua pengertian atau dua makna di atas.
Sesuai dengan keterangan hadis pembuka tulisan ini fungsi salam adalah menumbuhkan rasa saling cinta kepada sesama (muslim). Rasa cinta pada akhirnya dapat meningkatkan keimanan. Peningkatan keimanan berbanding lurus dengan posibilitas masuk surga.
Sumber: Kitab Al Mawsuu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaytiyyah dan بدائع الفوائد لابن القيم
Posting Komentar