Dalam tulisan yang akan penulis sajikan ini, penulis tidak akan membahas cerita rakyat "Bawang Putih dan Bawang Merah" atau si baik dan si buruk yang terkenal itu. Apa yang akan dibahas di sini adalah tentang adab bagi kita (manusia) terhadap malaikat, yang dalam Islam diatur sedemikian rupa sehingga menjadikan agama Islam yang kita cintai ini menjadi sangat indah.
Allah SWT berfirman, “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam,” (QS Al-Anbiya’: 107). Rahmat yang dibawa Rasulullah SAW mencakup segala sesuatu di alam ini yaitu manusia, jin, malaikat, hewan, tumbuhan, dan bahkan benda mati. Ini bukan hal yang aneh, karena Allah SWT kuasa memberikan rahmat-Nya kepada siapa pun yang dikehendaki-Nya dan Dialah Pemilik karunia yang agung. Di antara seluruh alam yang tercakup dalam rahmat Allah melalui Rasulullah SAW adalah malaikat yang mulia. Allah SWT berfirman, “Mahasuci Allah, Yang telah menurunkan Al-Furqan (Al-Quran) kepada hamba-Nya (Muhammad) agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.” (QS Al-Furqan: 1).
Diutusnya beliau SAW kepada para malaikat tidak lain adalah sebagai pengutusan pemuliaan, bukan pembebanan, karena mereka tidak termasuk dalam kalangan yang dibebani (mukallaf) kewajiban syari’at, seperti halnya jin dan manusia.
Allah SWT merahmati para malaikat dan memuliakan mereka melalui Rasul-Nya SAW dengan berbagai macam wujud rahmat dan pemuliaan. Di antaranya, dengan adanya hukum-hukum syari’at yang ditetapkan oleh Allah, yang di dalamnya terkandung keimanan kepada para malaikat, adab terhadap mereka, penghormatan terkait kedudukan mereka, pengetahuan mengenai tugas-tugas mereka, dan lain-lain. Rasulullah SAW mengajari kita tentang penghormatan kepada para malaikat, adab terhadap mereka, dan hendaknya kita menjauhi hal-hal yang mengganggu mereka.
Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang makan sayuran berupa bawang putih ini (pada saat yang lain beliau bersabda, Siapa yang makan bawang merah, bawang putih, dan bawang bakung), janganlah sekali-kali mendekati masjid kami. Sesungguhnya para malaikat terganggu sebagaimana keturunan Adam (manusia) merasa terganggu (oleh bau makanan itu).” Dalam riwayat lain, “Siapa yang makan bawang putih atau bawang merah, hendaknya menghindari kami.” Atau, “Hendaknya dia menghindari masjid kami, dan hendaknya dia duduk di rumahnya.” Hadis ini jangan kita pahami sebagai hadis yang mengharamkan kita memakan bawang, tetapi hadis tersebut mengatur adab atau bagaimana perilaku kita jika seandainya telah memakan bawang tersebut.
Pada suatu saat, disodorkan kepada beliau SAW sepriuk sayuran dengan berbagai macam rempah-rempah. Namun beliau mendapati bau padanya, maka beliau menanyakannya. Setelah diberi tahu tentang rempah-rempah yang terdapat di dalamnya, beliau menyuruh agar priuk itu didekatkan kepada seorang sahabat beliau yang saat itu bersama beliau. Begitu melihatnya, sahabat itu enggan memakannya. Beliau pun bersabda, “Makanlah, sesungguhnya aku berbicara dengan yang tidak berbicara kepadamu.”
Rasulullah SAW menganjurkan sahabat-sahabat beliau SAW agar malu kepada malaikat. Sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan dari Tsauban, seorang Maula (budak yang dimerdekakan) Rasulullah SAW, bahwa dia mengatakan, Rasulullah SAW melihat sejumlah orang berkendaraan dalam rangka mengiring jenazah. Lalu beliau bersabda, “Tidakkah kamu malu bahwa malaikat-malaikat Allah berjalan kaki sementara kamu naik kendaraan?!”
Rasulullah SAW pun mengajari sahabat-sahabat beliau agar membuat barisan dalam shalat seperti barisan yang dibuat oleh para malaikat di sisi Tuhan. Dalam sebuah hadits dikatakan, “Mengapa kamu tidak membuat barisan sebagaimana para malaikat membuat barisan di sisi Tuhan mereka?". Kami berkata, "Wahai Rasulullah, bagaimana para malaikat membuat barisan di sisi Tuhan mereka?". Beliau bersabda, "Memenuhi barisan pertama dan mereka saling merapatkan diri dalam barisan.”
Jika pemuliaan malaikat kepada orang-orang yang beriman di akhirat dengan perintah Allah SWT tak terhingga dan tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata, bagaimana dengan pemuliaan para malaikat kepada Rasulullah SAW, sementara beliau adalah sosok yang menjadi perantara mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan kecintaan dan pembelaan terhadap beliau, serta dengan bershalawat dan penghormatan kepada beliau SAW. Wallahu'alam.
Abdee Dalem diambil dari berbagai sumber yang berkaitan dengan materi tulisan
Allah SWT berfirman, “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam,” (QS Al-Anbiya’: 107). Rahmat yang dibawa Rasulullah SAW mencakup segala sesuatu di alam ini yaitu manusia, jin, malaikat, hewan, tumbuhan, dan bahkan benda mati. Ini bukan hal yang aneh, karena Allah SWT kuasa memberikan rahmat-Nya kepada siapa pun yang dikehendaki-Nya dan Dialah Pemilik karunia yang agung. Di antara seluruh alam yang tercakup dalam rahmat Allah melalui Rasulullah SAW adalah malaikat yang mulia. Allah SWT berfirman, “Mahasuci Allah, Yang telah menurunkan Al-Furqan (Al-Quran) kepada hamba-Nya (Muhammad) agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.” (QS Al-Furqan: 1).
Diutusnya beliau SAW kepada para malaikat tidak lain adalah sebagai pengutusan pemuliaan, bukan pembebanan, karena mereka tidak termasuk dalam kalangan yang dibebani (mukallaf) kewajiban syari’at, seperti halnya jin dan manusia.
Allah SWT merahmati para malaikat dan memuliakan mereka melalui Rasul-Nya SAW dengan berbagai macam wujud rahmat dan pemuliaan. Di antaranya, dengan adanya hukum-hukum syari’at yang ditetapkan oleh Allah, yang di dalamnya terkandung keimanan kepada para malaikat, adab terhadap mereka, penghormatan terkait kedudukan mereka, pengetahuan mengenai tugas-tugas mereka, dan lain-lain. Rasulullah SAW mengajari kita tentang penghormatan kepada para malaikat, adab terhadap mereka, dan hendaknya kita menjauhi hal-hal yang mengganggu mereka.
Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang makan sayuran berupa bawang putih ini (pada saat yang lain beliau bersabda, Siapa yang makan bawang merah, bawang putih, dan bawang bakung), janganlah sekali-kali mendekati masjid kami. Sesungguhnya para malaikat terganggu sebagaimana keturunan Adam (manusia) merasa terganggu (oleh bau makanan itu).” Dalam riwayat lain, “Siapa yang makan bawang putih atau bawang merah, hendaknya menghindari kami.” Atau, “Hendaknya dia menghindari masjid kami, dan hendaknya dia duduk di rumahnya.” Hadis ini jangan kita pahami sebagai hadis yang mengharamkan kita memakan bawang, tetapi hadis tersebut mengatur adab atau bagaimana perilaku kita jika seandainya telah memakan bawang tersebut.
Pada suatu saat, disodorkan kepada beliau SAW sepriuk sayuran dengan berbagai macam rempah-rempah. Namun beliau mendapati bau padanya, maka beliau menanyakannya. Setelah diberi tahu tentang rempah-rempah yang terdapat di dalamnya, beliau menyuruh agar priuk itu didekatkan kepada seorang sahabat beliau yang saat itu bersama beliau. Begitu melihatnya, sahabat itu enggan memakannya. Beliau pun bersabda, “Makanlah, sesungguhnya aku berbicara dengan yang tidak berbicara kepadamu.”
Rasulullah SAW menganjurkan sahabat-sahabat beliau SAW agar malu kepada malaikat. Sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan dari Tsauban, seorang Maula (budak yang dimerdekakan) Rasulullah SAW, bahwa dia mengatakan, Rasulullah SAW melihat sejumlah orang berkendaraan dalam rangka mengiring jenazah. Lalu beliau bersabda, “Tidakkah kamu malu bahwa malaikat-malaikat Allah berjalan kaki sementara kamu naik kendaraan?!”
Rasulullah SAW pun mengajari sahabat-sahabat beliau agar membuat barisan dalam shalat seperti barisan yang dibuat oleh para malaikat di sisi Tuhan. Dalam sebuah hadits dikatakan, “Mengapa kamu tidak membuat barisan sebagaimana para malaikat membuat barisan di sisi Tuhan mereka?". Kami berkata, "Wahai Rasulullah, bagaimana para malaikat membuat barisan di sisi Tuhan mereka?". Beliau bersabda, "Memenuhi barisan pertama dan mereka saling merapatkan diri dalam barisan.”
Jika pemuliaan malaikat kepada orang-orang yang beriman di akhirat dengan perintah Allah SWT tak terhingga dan tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata, bagaimana dengan pemuliaan para malaikat kepada Rasulullah SAW, sementara beliau adalah sosok yang menjadi perantara mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan kecintaan dan pembelaan terhadap beliau, serta dengan bershalawat dan penghormatan kepada beliau SAW. Wallahu'alam.
Abdee Dalem diambil dari berbagai sumber yang berkaitan dengan materi tulisan
Posting Komentar