Kemana Ruh Setelah Orangnya Meninggal?
Kubur adalah kediaman ruh nya. Namun sebagaimana kehidupan dunia, tidak mesti semua orang selalu ada di kediamannya, bisa dipindahkan ke penjara, bisa pindah ke penginapan yang mewah karena tamu negara misalnya, demikian pula di alam kubur.
Dalilnya adalah riwayat shahih Muslim bahwa Rasul SAW saat Isra’ mi’raj beliau SAW bersabda, “Kulihat Musa AS berdiri melakukan shalat di kuburnya. Namun kemudian Rasul SAW menjelaskan bahwa beliau SAW berjumpa lagi dengan Ruh para nabi di Masjidil Aqsha, dan berjumpa lagi dengan Ruh Nabi Musa AS di langit”.
Dalam riwayat lain Rasul SAW bersabda, “Jika kalian melewati pekuburan maka katakanlah salam : Assalamualaikum ahluddiyaar, innaa bikum Laahiquun (salam sejahtera wahai penduduk kediaman sekitar (pekuburan), kami akan menyusul kalian)”. (Shahih Bukhari).
Dari dua hadits ini difahami bahwa kediaman ruh adalah di kuburnya (alam kubur), tetapi bisa saja berada ditempat lain dengan izin Allah SWT.
Bagaimana Adab Dalam Berziarah Kubur?
Berziarah sangat dianjurkan oleh Rasul SAW (Sunnah), walaupun pada masa terdahulu pernah dilarang karena beliau takut akan mengundang kesyirikan di saat iman kaum muslimin masih lemah (cahaya islam baru datang). Sesungguhnya, ziarah adalah untuk mengingatkan kita pada kematian dan mendidik kita yang masih hidup sehingga kita akan lebih berhati-hati dalam menjalani hidup serta memperbanyak amal untuk bekal di Yaumul Qiyamah kelak. Selain itu, tentu berziarah dimaksudkan untuk mendoakan siapa yang kita ziarahi sesuai dengan sabda Rasul yang menyuruh kita memberikan salam kepada Ahlul Qubur (Shahih Bukhari). Dari sini kita ketahui bahwa ziarah kubur bukanlah perkara bid'ah yang sesat seperti yang difitnahkan oleh orang-orang yang tidak senang dengan sunnah-sunnah Rasulullah SAW.
Berziarah yang dipentingkan adalah kekuatan niat dan cinta kita pada para shalihin (yang diziarahi) itu, dan adab kesopanan saat ziarah, misalnya tidak bercanda, tidak berbuat hal yang buruk, seperti marah, mencaci, berteriak, karena ahlulkubur hidup di dalam alam barzakh dan menjawab salam kita dan mendengar ucapan kita, sebagaiman banyak sekali hadits shahih yang menjelaskan bahwa mereka mendengar (telah dijelaskan di atas), tetapi kita tak mendengar mereka.
Selain itu, ziarah juga hendaknya tidak diniatkan untuk mencari kekayaan, mencari kekuasaan, mencari hal-hal yang bersifat/ berbau klenik, uji nyali, dan sebagainya seperti yang kita sering lihat dalam acara-acara di televisi, atau meminta ahlul qubur agar mengabulkan doa-doa kita karena hal seperti ini yang menyebabkan kita tercebur ke dalam lembah kesyirikan dan justru akan merusak amal maupun menginjak-injak kehormatan ahlul kubur itu sendiri.
Maka saat berziarah ke makam shalihin atau para wali Allah, anggaplah dan yakinlah bahwa mereka itu hidup (hidup di alam kubur), seakan kita mendatangi mereka dalam keadaan hidup, tentunya beradab sopan yang baik, berdoa dan mendoakan mereka, dan membawakan hadiah untuk mereka sebagaimana tamu yang baik akan datang membawa hadiah untuk yang dikunjungi, demikian pula kita berziarah ke makam mereka, tentunya mereka tak butuh hadiah harta atau makanan atau benda, tetapi mereka akan senang jika didoakan, dibacakan surat al fatihah ataupun surat-surat lain di dalam alqur’an, atau bacaan lain yang diniatkan pahalanya untuk mereka, maka itu akan menjadi hadiah bagi mereka yang menggembirakan mereka.
Sebagaimana hadits shahih menjelaskan bahwa Ahlul kubur gembira dengan kerabatnya yang datang menziarahinya, lebih lagi jika pada para shalihin. Mengapa? karena yang mereka nantikan tentu adalah doa dari orang-orang yang masih bisa berdoa kepada Allah SWT (orang yang masih hidup), seperti saat kita telah meninggal kelak, tentu kita membutuhkan doa dari orang-orang yang masih hidup sebagai tanda cinta mereka untuk kita. Wallahu'alam.
Banyak diambil dari Habib Munzir Al Musawwa dalam forum tanya jawab di majelisrasululah.org
Kubur adalah kediaman ruh nya. Namun sebagaimana kehidupan dunia, tidak mesti semua orang selalu ada di kediamannya, bisa dipindahkan ke penjara, bisa pindah ke penginapan yang mewah karena tamu negara misalnya, demikian pula di alam kubur.
Dalilnya adalah riwayat shahih Muslim bahwa Rasul SAW saat Isra’ mi’raj beliau SAW bersabda, “Kulihat Musa AS berdiri melakukan shalat di kuburnya. Namun kemudian Rasul SAW menjelaskan bahwa beliau SAW berjumpa lagi dengan Ruh para nabi di Masjidil Aqsha, dan berjumpa lagi dengan Ruh Nabi Musa AS di langit”.
Dalam riwayat lain Rasul SAW bersabda, “Jika kalian melewati pekuburan maka katakanlah salam : Assalamualaikum ahluddiyaar, innaa bikum Laahiquun (salam sejahtera wahai penduduk kediaman sekitar (pekuburan), kami akan menyusul kalian)”. (Shahih Bukhari).
Dari dua hadits ini difahami bahwa kediaman ruh adalah di kuburnya (alam kubur), tetapi bisa saja berada ditempat lain dengan izin Allah SWT.
Bagaimana Adab Dalam Berziarah Kubur?
Berziarah sangat dianjurkan oleh Rasul SAW (Sunnah), walaupun pada masa terdahulu pernah dilarang karena beliau takut akan mengundang kesyirikan di saat iman kaum muslimin masih lemah (cahaya islam baru datang). Sesungguhnya, ziarah adalah untuk mengingatkan kita pada kematian dan mendidik kita yang masih hidup sehingga kita akan lebih berhati-hati dalam menjalani hidup serta memperbanyak amal untuk bekal di Yaumul Qiyamah kelak. Selain itu, tentu berziarah dimaksudkan untuk mendoakan siapa yang kita ziarahi sesuai dengan sabda Rasul yang menyuruh kita memberikan salam kepada Ahlul Qubur (Shahih Bukhari). Dari sini kita ketahui bahwa ziarah kubur bukanlah perkara bid'ah yang sesat seperti yang difitnahkan oleh orang-orang yang tidak senang dengan sunnah-sunnah Rasulullah SAW.
Berziarah yang dipentingkan adalah kekuatan niat dan cinta kita pada para shalihin (yang diziarahi) itu, dan adab kesopanan saat ziarah, misalnya tidak bercanda, tidak berbuat hal yang buruk, seperti marah, mencaci, berteriak, karena ahlulkubur hidup di dalam alam barzakh dan menjawab salam kita dan mendengar ucapan kita, sebagaiman banyak sekali hadits shahih yang menjelaskan bahwa mereka mendengar (telah dijelaskan di atas), tetapi kita tak mendengar mereka.
Selain itu, ziarah juga hendaknya tidak diniatkan untuk mencari kekayaan, mencari kekuasaan, mencari hal-hal yang bersifat/ berbau klenik, uji nyali, dan sebagainya seperti yang kita sering lihat dalam acara-acara di televisi, atau meminta ahlul qubur agar mengabulkan doa-doa kita karena hal seperti ini yang menyebabkan kita tercebur ke dalam lembah kesyirikan dan justru akan merusak amal maupun menginjak-injak kehormatan ahlul kubur itu sendiri.
Maka saat berziarah ke makam shalihin atau para wali Allah, anggaplah dan yakinlah bahwa mereka itu hidup (hidup di alam kubur), seakan kita mendatangi mereka dalam keadaan hidup, tentunya beradab sopan yang baik, berdoa dan mendoakan mereka, dan membawakan hadiah untuk mereka sebagaimana tamu yang baik akan datang membawa hadiah untuk yang dikunjungi, demikian pula kita berziarah ke makam mereka, tentunya mereka tak butuh hadiah harta atau makanan atau benda, tetapi mereka akan senang jika didoakan, dibacakan surat al fatihah ataupun surat-surat lain di dalam alqur’an, atau bacaan lain yang diniatkan pahalanya untuk mereka, maka itu akan menjadi hadiah bagi mereka yang menggembirakan mereka.
Sebagaimana hadits shahih menjelaskan bahwa Ahlul kubur gembira dengan kerabatnya yang datang menziarahinya, lebih lagi jika pada para shalihin. Mengapa? karena yang mereka nantikan tentu adalah doa dari orang-orang yang masih bisa berdoa kepada Allah SWT (orang yang masih hidup), seperti saat kita telah meninggal kelak, tentu kita membutuhkan doa dari orang-orang yang masih hidup sebagai tanda cinta mereka untuk kita. Wallahu'alam.
Banyak diambil dari Habib Munzir Al Musawwa dalam forum tanya jawab di majelisrasululah.org
+ comments + 1 comments
Saya pernah baca buku nih, alam kubur adanya (tempat bermukimnya arwah orang yang meninggal) tu di langit ketiga sampai langit ke tujuh..judul bukunya Terpesona di Sidratul Muntaha. Penuh ilmu manarik tuh bukunya........
Posting Komentar