Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Shalat Dhuha. Keistimewaan, Anjuran, dan Pelaksanaannya

Shalat Dhuha. Keistimewaan, Anjuran, dan Pelaksanaannya


Dari Abu Dzar, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda, “Pada pagi hari setiap tulang (persendian) dari kalian akan dihitung sebagai sedekah. Maka setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, memerintahkan kebaikan (amar ma’ruf) dan melarang dari berbuat munkar (nahi munkar) adalah sedekah. Semua itu cukup dengan dua rakaat yang dilaksanakan di waktu Dhuha.” (HR. Muslim, Abu Dawud dan riwayat Bukhari dari Abu Hurairah)

Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Kekasihku Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah berwasiat kepadaku tiga perkara: [1] puasa tiga hari setiap bulan, [2] dua rakaat shalat Dhuha dan [3] melaksanakan shalat witir sebelum tidur.” (HR. Bukhari, Muslim, Turmuzi, Abu Dawud, Nasa’i, Ahmad dan Ad-Darami). Dalam riwayat yang lain, dari Abud Darda, ia berkata, “Kekasihku telah berwasiat kepadaku tiga hal. Hendaklah saya tidak pernah meninggalkan ketiga hal itu selama saya masih hidup: [1] menunaikan puasa selama tiga hari pada setiap bulan, [2] mengerjakan shalat Dhuha, dan [3] tidak tidur sebelum menunaikan shalat Witir.” (HR. Muslim, Abu Dawud, Turmuzi dan Nasa’i).

Dari Anas bin Malik, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa mengerjakan shalat Dhuha sebanyak 12 (dua belas) rakaat, maka Allah SWT akan membangunkan untuknya istana di syurga”. (HR. Turmuzi dan Ibnu Majah, hadis hasan).

Dari Abu Said Al-Khudry ia berkata, “Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan shalat Dhuha, sehingga kami mengira bahwa beliau tidak pernah meninggalkannya. Dan jika beliau meninggalkannya, kami mengira seakan-akan beliau tidak pernah mengerjakannya”. (HR. Turmuzi, hadis hasan).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Shalat Dhuha itu dapat mendatangkan rejeki dan menolak kefakiran. Dan tidak ada yang akan memelihara shalat Dhuha melainkan orang-orang yang bertaubat.” (HR. Turmuzi dan Ibnu Majah, hadis hasan).

Oleh karena itu, Shalat Dhuha sangat dianjurkan. beberapa riwayat diantaranya adalah dari Aisyah, ia berkata, “Saya tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menunaikan shalat Dhuha, sedangkan saya sendiri mengerjakannya. Sesungguhnya Rasulullah SAW pasti akan meninggalkan sebuah perbuatan meskipun beliau menyukai untuk mengerjakannya. Beliau berbuat seperti itu karena khawatir jikalau orang-orang ikut mengerjakan amalan itu sehingga mereka menganggapnya sebagai ibadah yang hukumnya wajib (fardhu).” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ahmad, Malik dan Ad-Darami).

Dalam Syarah An-Nawawipun disebutkan, Aisyah berkata seperti itu karena dia tidak setiap saat bersama Rasulullah. Pada saat itu Rasulullah memiliki istri sebanyak 9 (sembilan) orang. Jadi Aisyah harus menunggu selama 8 hari sebelum gilirannya tiba. Dalam masa 8 hari itu, tidak selamanya Aisyah mengetahui apa-apa yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di rumah istri beliau yang lain.

Lantas kapan waktu afdhol melaksanakan sholat dhuha?. Diriwayatkan dari Zaid bin Arqam, bahwa ia melihat orang-orang mengerjakan shalat Dhuha (pada waktu yang belum begitu siang), maka ia berkata, “Ingatlah, sesungguhnya mereka telah mengetahui bahwa shalat Dhuha pada selain saat-saat seperti itu adalah lebih utama, karena sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Shalatnya orang-orang yang kembali kepada Allah adalah pada waktu anak-anak onta sudah bangun dari pembaringannya karena tersengat panasnya matahari”. (HR. Muslim).

Anak-anak onta sudah bangun karena panas matahari itu diqiyaskan dengan pagi hari jam 08:00 AM, adapun sebelum jam itu dianggap belum ada matahari yang sinarnya dapat membangunkan anak onta. Jadi dari rincian penjelasan diatas dapat disimpulkan waktu yg paling afdol untuk melaksanakan dhuha adalah Antara jam 8 hingga jam 11 pagi.

Beberapa riwayat menjelaskan berapa jumlah rekaat shalat dhuha. Dari Mu’dzah, bahwa ia bertanya kepada Aisyah, “Berapa jumlah rakaat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menunaikan shalat Dhuha?” Aisyah menjawab, “Empat rakaat dan beliau menambah bilangan rakaatnya sebanyak yang beliau suka.” (HR. Muslim dan Ibnu Majah).

Dari Anas [bin Malik], bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa mengerjakan shalat Dhuha sebanyak 12 (dua belas) rakaat, maka Allah akan membangunkan untuknya istana di syurga”. (HR. Turmuzi dan Ibnu Majah, hadis hasan).

Dari Ummu Hani binti Abu Thalib, ia berkata, “Saya berjunjung kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada tahun Fathu (Penaklukan) Makkah. Saya menemukan beliau sedang mandi dengan ditutupi sehelai busana oleh Fathimah putri beliau”. Ummu Hani berkata, “Maka kemudian aku mengucapkan salam”. Rasulullah pun bersabda, “Siapakah itu?” Saya menjawab, “Ummu Hani binti Abu Thalib”. Rasulullah SAW bersabda, “Selamat datang wahai Ummu Hani”. Sesudah mandi beliau menunaikan shalat sebanyak 8 (delapan) rakaat dengan berselimut satu potong baju. Sesudah shalat saya (Ummu Hani) berkata, “Wahai Rasulullah, putra ibu Ali bin Abi Thalib menyangka bahwa dia boleh membunuh seorang laki-laki yang telah aku lindungi, yakni fulan Ibnu Hubairah”. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. “sesungguhnya kami juga melindungi orang yang kamu lindungi, wahai Ummu Hani”. Ummu Hani juga berkata, “Hal itu (Rasulullah shalat) terjadi pada waktu Dhuha.” (HR. Muslim).

Tata cara shalat dhuha dimulai dari Berniat untuk melaksanakan shalat sunat Dhuha setiap 2 rakaat 1 salam. Seperti biasa bahwa niat itu tidak harus dilafazkan, karena niat sudah dianggap cukup meski hanya di dalam hati, tetapi tetap harus niat. Kemuduan Membaca surah Al-Fatihah dilanjutkan dengan membaca surah Asy-Syamsu (QS:91) pada rakaat pertama, atau cukup dengan membaca Qulya Ayyuhal Kafirun (QS:109) jika tidak hafal surah Asy-Syamsu itu. Selanjutnya membaca surah Adh-Dhuha (QS:93) pada rakaat kedua, atau cukup dengan membaca Qulhu Allahu Ahad (QS:112) jika tidak hafal surah Adh-Dhuha. Setelah itu Rukuk, iktidal, sujud, duduk dua sujud, tasyahud dan salam adalah sama sebagaimana tata cara pelaksanaan shalat fardhu. Dan menutup shalat Dhuha dengan berdoa. Inipun bukan sesuatu yang wajib, hanya saja berdoa adalah kebiasaan yang sangat baik dan dianjurkan sebagai tanda penghambaan kita kepada Allah.

Sebagaimana shalat sunat lainnya, Dhuha dikerjakan dengan 2 rakaat 2 rakaat, artinya pada setiap 2 rakaat harus diakhiri dengan 1 kali salam. Adapun surah-surah yang dibaca itu tidak ada hadis yang mengaturnya melainkan sekedar ijtihad belaka, kecuali membaca Qulya dan Qulhu adalah sunnah Rasulullah, tetapi bukan untuk shalat Dhuha, melainkan shalat Fajr. Kita tidak dibatasi membaca surah yang manapun yang kita sukai, karena semua Al-Qur’an adalah kebaikan. Doa pun tidak dibatasi, kita boleh berdoa apa saja asalkan bukan doa untuk keburukan. Doa yang terkenal dalam mazhab Syafi’i akan dijelaskan di bawah. Selain doa itu kita boleh membaca doa yang kita sukai. Namun karena ada aturan mazhab, maka hendaklah kita jangan melupakan agar memulai doa itu dengan menyebut nama Allah, memuji syukur kepada-NYA dan kemudian bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW.

Adapun doa setelah shalat dhuha adalah ALLAAHUMMA INNADH-DHUHAA ‘ADHUHAA ‘UKA – WAL BAHAA ‘ABAHAA ‘UKA – WAL JAMAALA JAMAALUKA – WAL QUWWATA QUWWATUKA – WAL QUDRATA QUDRATUKA – WAL ‘ISHMATA ‘ISHMATUKA. ALLAAHUMMA IN KAANA RIZQII FIS-SAMAA ‘I FA ANZILHU – WA IN KAANA FIL ARDI FA AKHRIJHU – WA IN KAANA MU’ASSARAN FA YASSIRHU – WA IN KAANA HARAAMAN FATHAHHIRHU – WA IN KAANA BA’IIDAN FA QARRIBHU, BIHAQQI DHUHAA ‘IKA, WA BAHAA ‘IKA, WA JAMAALIKA, WA QUWWATIKA, WA QUDRATIKA. AATINII MAA ‘ATAITA ‘IBAADAKASH-SHAALIHIIN.

Yang Artinya “Wahai Allah, bahwasanya waktu Dhuha itu waktu Dhuha-MU – dan kecantikan adalah kecantikan-MU – dan keindahan adalah keindahan-MU – dan kekuatan adalah kekuatan-MU – dan kekuasaan adalah kekuasaan-MU – dan perlindungan itu adalah perlindungan-MU. Wahai Allah, jikalau rejekiku masih diatas langit, maka turunkanlah – Dan jikalau ada didalam bumi maka keluarkanlah – dan jikalau sukar maka mudahkanlah – dan jika haram maka sucikanlah – dan jikalau masih jauh maka dekatkanlah dengan berkat waktu Dhuha, keagungan, keindahan, kekuatan dan kekuasaan-MU. Limpahkanlah kepada kami segala yang telah Engkau limpahkan kepada hamba-hambamu yang shaleh.



Dari berbagai sumber
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger