Pengakuan bahwa Allah satu-satunya Tuhan dan berserah diri kepada-Nya merupakan fitrah manusia sejak awal diciptakan. Bila jujur dan disertai dengan nurani yang paling tulus, manusia akan mengakui bahwa Tuhan Yang Maha Pencipta itu hanya satu, bukan dua atau lebih.
Alquran menegaskan bahwa setiap manusia sejak sebelum dilahirkan, telah mengakui bahwa Allah SWT adalah Tuhan mereka.
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Al A’raf: 172)
Keyakinan tersebut akan selalu ada dalam diri manusia, tidak akan pernah hilang dimakan waktu. Jika pun memudar, setidaknya keyakinan tersebut akan muncul kembali ketika manusia berada dalam kondisi tertekan atau menjelang kematiannya.
Katakanlah, “Terangkanlah kepadaku jika datang siksaan Allah kepadamu, atau datang kepadamu hari kiamat, apakah kamu menyeru (tuhan) selain Allah; jika kamu orang-orang yang benar!” (Tidak), tetapi hanya Dialah yang kamu seru, maka Dia menghilangkan bahaya yang karenanya kamu berdoa kepada-Nya, jika Dia menghendaki, dan kamu tinggalkan sembahan-sembahan yang kamu sekutukan (dengan Allah). (Al An’am: 40-41)
Bahkan Firaun, yang mengaku sebagai Tuhan, menjelang kematiannya mengakui keesaan Tuhan, walaupun memang sudah terlambat.
Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Firaun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Firaun itu telah hampir tenggelam, berkatalah dia, “Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. (Yunus: 90)
Lebih tegas lagi, sebenarnya fitrah manusia tidak sekadar mengakui adanya Tuhan, tapi juga mengakui bahwa Allah-lah Tuhan mereka. Dalam pandangan Islam, setiap manusia lahir dalam keadaan muslim. Ini sesuai dengan hadits nabi berikut:
“Tidak ada anak yang dilahirkan, kecuali dilahirkan atas fitrah. Dua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi, sebagaimana binatang itu dilahirkan dengan lengkap. Apakah kamu melihat binatang lahir dengan terpotong (hidungnya)?” (HR. Bukhari).
Disarikan dari Kuliah Islamic Worldview 12 Maret 2011 oleh ustadz Nashruddin Syarief, MA
Alquran menegaskan bahwa setiap manusia sejak sebelum dilahirkan, telah mengakui bahwa Allah SWT adalah Tuhan mereka.
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Al A’raf: 172)
Keyakinan tersebut akan selalu ada dalam diri manusia, tidak akan pernah hilang dimakan waktu. Jika pun memudar, setidaknya keyakinan tersebut akan muncul kembali ketika manusia berada dalam kondisi tertekan atau menjelang kematiannya.
Katakanlah, “Terangkanlah kepadaku jika datang siksaan Allah kepadamu, atau datang kepadamu hari kiamat, apakah kamu menyeru (tuhan) selain Allah; jika kamu orang-orang yang benar!” (Tidak), tetapi hanya Dialah yang kamu seru, maka Dia menghilangkan bahaya yang karenanya kamu berdoa kepada-Nya, jika Dia menghendaki, dan kamu tinggalkan sembahan-sembahan yang kamu sekutukan (dengan Allah). (Al An’am: 40-41)
Bahkan Firaun, yang mengaku sebagai Tuhan, menjelang kematiannya mengakui keesaan Tuhan, walaupun memang sudah terlambat.
Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Firaun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Firaun itu telah hampir tenggelam, berkatalah dia, “Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. (Yunus: 90)
Lebih tegas lagi, sebenarnya fitrah manusia tidak sekadar mengakui adanya Tuhan, tapi juga mengakui bahwa Allah-lah Tuhan mereka. Dalam pandangan Islam, setiap manusia lahir dalam keadaan muslim. Ini sesuai dengan hadits nabi berikut:
“Tidak ada anak yang dilahirkan, kecuali dilahirkan atas fitrah. Dua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi, sebagaimana binatang itu dilahirkan dengan lengkap. Apakah kamu melihat binatang lahir dengan terpotong (hidungnya)?” (HR. Bukhari).
Disarikan dari Kuliah Islamic Worldview 12 Maret 2011 oleh ustadz Nashruddin Syarief, MA
Posting Komentar