Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Orang Yang Istimewa Tak Mau Diistimewakan

Orang Yang Istimewa Tak Mau Diistimewakan

Ketika itu Rasulullah Shallahu 'Alaihi Wa Sallam sedang mengadakan perjalanan dengan beberapa sahabatnya. Sebut saja kala itu sedang melakukan safari dakwah. Tiba-tiba rombongan itu dicegat oleh seorang Muslim, yang kemudian memohon Rasulullah Shallahu 'Alaihi Wa Sallam agar berkenan mampir dulu ke rumahnya. Maksud yang bersangkutan ternyata ingin menjamu rombongan tersebut.

Rasulullah Shallahu 'Alaihi Wa Sallam tidak mau membuatnya kecewa. Oleh karena itu, dengan senang hati beliau mengabulkan keinginan sahabatnya tersebut. Namun, setibanya di rumah sahabat itu, ternyata hidangan belum siap disantap. Dengan kata lain makanannya belum matang. Bahkan, kambingnya pun belum dipotong.

Karena demikian halnya, salah seorang dan mereka meminta izin Rasulullah Shallahu 'Alaihi Wa Sallam. untuk membantu menyembelihkan kambing itu. Rasulullah Shallahu 'Alaihi Wa Sallam mengangguk tanda setuju. Seorang lagi mengatakan, bahwa ia akan mengulitinya. Sementara yang lainnya menyanggupi untuk mencincangnya. Ada pula yang menyediakan tenaga untuk memasaknya sehingga kemudian siap untuk dinikmati bersama. Semua itu dilakukan, boleh jadi karena mereka khawatir ketinggalan dalam beramal.

Rasulullah Shallahu 'Alaihi Wa Sallam amat senang mendengar kesediaan para sahabat untuk berpartisipasi sesuai dengan kesanggupan masing-masing. Tidak lama kemudian Rasulullah Shallahu 'Alaihi Wa Sallam berkata, "Baiklah, sekarang kerjakan tugas kalian masing-masing. Aku pun akan membantu kalian dengan mencari kayu bakarnya."

Keruan saja para sahabat terperanjat mendengar ucapan Rasulullah Shallahu 'Alaihi Wa Sallam tersebut. Tidak heran kalau hampir secara bersamaan mereka berkata, "Ya Rasulullah, jangan lakukan itu. Biarkan kami yang mengerjakannya. Engkau mengetahui bahwa tenaga kami pun cukup untuk semua itu!"

Memang benar, tanpa keterlibatan Rasulullah Shallahu 'Alaihi Wa Sallam pun, urusan itu bisa selesai. Namun, beliau tetap melakukannya. Seraya mengapresiasi keikhlasan mereka, beliau menjelaskan, "Alimtu annakum takjunani, walakinni akrahu an atamayyaza 'alaykum. Wa'lam annallaha yakrahu 'abdahu mumayyazan bayna ashhabih" (Aku tahu wahai para sahabat, bahwa tanpa kontribusiku, tenaga kalian cukup untuk pekerjaan yang satu ini. Akan tetapi, aku tidak suka jika diistimewakan lebih dan kalian. Dan ketahuilah, bahwa sesungguhnya Allah Subhana Wa Ta'ala tidak menyenangi hamba-Nya, yang ingin mendapat perlakuan khusus di antara sahabat-sahabatnya).

Dengan mencermati kisah tersebut, kita sampai pada kesimpulan bahwa Rasulullah Shallahu 'Alaihi Wa Sallam adalah tipe seorang pemimpin yang tidak sekadar siap bekerja sama dengan para sahabatnya. Melainkan juga seorang panutan yang tidak suka diperlakukan secara istimewa. Mengapa demikian? Sebab Rasulullah Shallahu 'Alaihi Wa Sallam sangat paham betul, bahwa siapa pun yang menginginkan perlakuan seperti itu, pada hakikatnya ia sedang mempersiapkan diri untuk menerima kemurkaan Allah Subhana Wa Ta'ala.



Ust. DR. Hajar Sanusi
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger