Apabila kita mengatakan sesuatu hal yang sederhananya pada seseorang yang kita kasihi, pasti ia akan marah apabila hal itu kurang baik yang bersifat menduakannya meskipun kita mengadu untuk minta maaf dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Berbeda dengan hal itu, apabila kita mengadu dengan terus terang kepada Tuhan tentang kesalahan-kesalahan dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi, maka Ia tidak akan marah, bahkan Ia akan mencintai orang-orang yang mau bertanggung jawab dengan kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat, dan inilah mungkin yang dikatakan dengan taubat. Begitu banyak Al Quran maupun hadis yang menerangkan kemuliaan orang-orang yang mau bertaubat akan tetapi sangatlah sedikit orang yang mau sadar dengan jiwa besarnya untuk bartaubat, mengadu kepada sang pencipta tentang dosa-dosa yang telah kita perbuat dan mau mengaakan perjanjian untuk tidak mengulanginya lagi, sampai kapanpun.
Didalam menelusuri kehidupan dibumi, manusia dihadapkan pada 3 suri tauladan:
1.Uswarun Hasanah, yaitu malaikat. Untuk mengikuti dan meniru malaikat, bagi seorang manusia adalah suatu hal diatas kewajaran manusia, meskipun tidak menutup kemungkinan hal itu bisa terjadi . Hal ini dikarenakan watak dan tabiat malaikat selalu berada pada rekl-rel kebenaran dan kepatuhan. Ia senantiasa berpegang teguh pada apa yang diperintahkan, dan sedikitpun tidak pernwah terbayang untuk melanggar dan meninggalkan perintahnya.
2.Uswatun Sayyiah, yaitu Syaiton. Jaringan Syaitan sangatlah luas, semua orang berpotensi untuk menceburkan diri dan menyelami “Lautan dosa” yang telah dipasang oleh syaitan. Semenjak Ia di proklamirkan untuk masuk neraka selama-lamanya, maka ia senantiasa membujuk, membuat tipu daya kepada ummat Muhammad untuk menjadi pengikutnya dineraka nanti.dan ini cukup menghawatirkan karena hampir semua kesenangan dikelilingi syaitan dan setiap nafas dan gerakan kita apabila kendali kekuatan man seseorang tidak benar-benar kuat, maka pelan tapi pasti Ia akan melakukan kesalahan-kesalahan atau yang lebih dikenal dengan sebutan dosa.
3.Uswah Al Mustaa, yaitu bapak kita, Nabi Adam AS. Kita pasti ingat bahwa nabi adam pernah melakukan kesalahan dengan melanggar larangan tuhan untuk tidak makan buah khuldi. Sehingga beliau harus dihukum dengan dikeluarkannya dari istana Surga. Lalu, apakah dengan dalil ini kita bisa semena-mena untuk melakukan dosa? Kita juga harus mengingatnya kembali, bahwa setelah kejadian itu nabi Adam bertaubat, menyesali segala yang telah dia perbuat dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi.
Sebagai manusia yang diciptakan dengan berada ditengah-tengah (antara kebaikan dan keburukan). Ia disyariatkan untuk bertaubat (lihat QS. An Nur 31, Al Baqoroh 222, At Tarhim 8.), hal ini karena semua manusia akan terjerumus dalam ruang dosa. Dan yang paling menggembirakan orang yang taubatnya diterima, ia laksana tidak pernah melakukannya. Dan mungkn juga hanyalah taubat kuna’ kesuksesan seorang hamba dizaman yang penuh tantangan ini.
Sekiranya sudah banyak Ulama yang membahas panjang lebar tentang kompoen taubat dan pokok-pokok yang mendasarinya. Ada yang mengatakan taubat adalah penyesalan dan ada juga yang mengatakan taubat adalah kehendak-kehendak untuk meninggalkan segala hal yang berbau kejelekan tanpa menafikan semua pendapat yang telah ada sekiranya ada beberapa hal penting yang bisa mensukseskan taubat. Untuk menghasilkan taubat yang baik, sekirasnya tidak terlepas boleh terlepas dari Ilmu (pengetahuan), hal (keadaan), fiil (perbuatan). Ilmu akan menetapkan hal, dan hal akan menyempurnakan fiil. Didalam diterimanya taubat disini Allah SWT yang dimaksud dengan ilmu disini adalah pengetahuan tentang bahaya dosa dan tertutupnya seorang hamba untuk berinteraksi dengan kekasihnya. Dikarenakan hamba tersebut telah melakukan suatu hal yang tidak disukai seorang kekasih. Bagaimanakah perasaan seseorang apabila “dicuekin” oleh sang kekasih yang Ia cintai? Semua orang pasti akan merasa sakit apabila ditinggalkan sang kekasih, kesusahan yang menyiksa di saat-saat seperti inilah yang dinamakan denga penyesalan qosdu. Dengan semangat yang menggelora, berbekal gemuruh cinta di dada seorang hamba akan berusaha meraih simpati hati sang kekasih. Dan keinginan kuat untuk merubah suatu perbuatan yang telah menjadi suatu perbuatan yang dipuja. Inilah yang nantinya akan berhubungan dengan hal (keadaan) baik keadaan masa islam, saat kejadian dan masa yang akan datang.
Bagi seorang Taib (julukan orang yang bertaubat) apabila telah mengenali hal (keadaan) dengan baik, maka Ia akan memperhatikan beberapa hal. Dalam berhubungan dengan amal yang telah silam, Ia akan berusaha menggantikan amal-amal tersebut jika amal tersebut merupakan amal yang bisa diganti seperti Sholat, puasa, haji dan lain-lain. Atau merupakan amal yang tidak bisa diganti seperti dosa yang terlanjur diperbuat, maka ia akan seakin giat mengerjakan amal-amal kebajikan sebagai ganti kesalahan-kesalahan yang telah lalu. Adapun hal (keadaan) yang berhubungan dengan zaman yang terjadi dan zaman istiqbal (masa yang akan datang) ialah dengan meninggalkan dosa-dosa yang telah diperbuat dan sampai kapanpun tidak akan mengulanginya lagi. Dari serangkaian komponen diatas(ilmu, nadam, dosdu) akan menghasilkan fiil, yaitu suatu perbuatan baik yang bisa dinilai positif atas dosa-dosa yang telah terlanjur kita perbuat. Keberadaan fiil disini sangat besar pengaruhnya karena ia ibarat cahaya yang menerobos ruang yang penuh kegelapan atau seperti cahaya matahari yang menyibak mendung dan hujan sehingga suatu hijab(penutup) yang sebelumnya menghalangi seorang hamba untuk merajut cinta kini telah pudar dan bersemi kembali.sehingga tidak salah jika ada yang mengibaratkan orang yang mau bertaubat laksana orang yang tidak pernah melakukan dosa. Apalah arti suatu kegelapan dalam ruangan yang yang kini telah bersinar? Pasti kegelapan tersebut sudah tiada terasa,laksana pakaian yang kotor dn bau kini bersinar harum mewangi setelah dicuci dg taubat dan amal kebaikan.
Dikutip dari Kitab Ikhya’ Ulumuddin
Posting Komentar