Maha suci Allah Subhânahu wa ta'âlâ yang telah mencipta segala sesuatu pasti ada maksud, tak sia-sia keberadaanya. Termasuk menghadirkan kegagalan demi kegagalan dalam kehidupan seseorang. Bagi orang-orang sukses, setiap kesalahan, kemunduran, mungkin kebangkrutan dan kegagalan demi kegagalan merupakan guru terbaik yang akan mematangkan mental dan membimbing mereka menciptakan kesuksesan.
Jika kita sudah menyadari bahwa segalanya dihadirkan pasti ada tujuan, termasuk kegagalan, maka apabila kita melakukan sebuah usaha lantas gagal maka bersyukurlah karena kita diberi kesempatan untuk berbenah. Pandanglah dari sudut pandang yang positif, maka kita akan melihat keindahan yang selama ini mungkin terlewatkan.
Yah, kalau belum terbiasa, rasanya memang sangat berat. Gagal kok disuruh mencari nilai positifnya.Tapi, saat emosi mulai reda dan stabil pasca kegagalan tersebut, seringkali timbul kesadaran: yang dulu dianggap kegagalan ternyata menyimpan sejuta pembelajaran. Yang dulu dianggap masalah ternyata di kemudian hari malah jadi berkah. “Oh, kemarin aku kalah tender, ternyata ada masalah di balik tender itu. Untung bukan aku yang menang.”, “Hem, untung dulu saya ditolak jadi karyawan di perusahaan tersebut, jika diterima, mungkin saya tidak jadi orang sukses seperti sekarang ini.”
Seperti kita ketahui, kegagalan itu adalah sebuah kata yang tidak enak untuk didengar. Setiap orang tidak suka dan tidak menginginkannya. Tetapi, seperti disebutkan di atas, kegagalan diturunkan pasti ada hikmah yang tersembunyi. Mungkin saja kegagalan itu datang untuk memuliakan hati kita, membersihkan pikiran dari keangkuhan, memperluas wawasan kita, mendekatkan diri kita kepada Allah Subhânahu wa ta'âlâ, mengajarkan kita menjadi gagah tatkala lengah dan menjadi berani ketika takut. Jhon F. Kennedy menyatakan, “Hanya orang yang berani gagal total yang akan meraih sukses total.” Jadi, jangan takut gagal, karena itu sama saja dengan takut sukses. Takut sukses? Adakah orang yang takut sukses?
Menurut definisi Profesor Schein, takut sukses adalah perasaan yang mengajak kita untuk menghindari usaha setelah kita gagal. Inilah penyakit yang disebut takut sukses. Kita menjadikan kegagalan kita sebagai alasan atau pembenar untuk menghindari usaha yang merupakan syarat mutlak meraih keberhasilan. Konon, penyakit inilah yang paling banyak diderita oleh manusia. Kegagalan adalah keniscayaan dalam perjuangan meraih impian. Dengan menyadari keberadaan kegagalan, kita akan selalu optimis menatap masa depan. Bahkan, sebenarnya kegagalan itu sangat penting bagi karier siapapun.
Untuk menjadikan kegagalan sebagai sumber motivasi dalam meraih keberhasilan yang kita inginkan, maka kita perlu membuka pikiran dengan pilihan. Ada banyak cara dan pintu untuk mencapai tujuan, banyak jalan menuju Mekah. Karena itu jangan digelapkan oleh satu cara yang sudah nyata-nyata gagal. Kalau satu cara gagal bukan berarti cara lain sudah tertutup dan itu adalah akhir segalanya. Masih banyak opsi dan pilihan yang bisa kita lakukan.
Allah Subhânahu wa ta'âlâ berfirman yang artinya, “Dan Ya’qub berkata: Hai anak-anakku, janganlah kalian bersama-sama memasuki dari satu pintu gerbang, masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlainan, namun demikian aku tiada dapat melepaskan kalian barang sedikitpun dari takdir Allah Subhânahu wa ta'âlâ. Keputusan menetapkan sesuatu hanyalah hak Allah Subhânahu wa ta'âlâ. Kepada-Nya-lah aku bertawakal dan hendaklah kepada-Nya saja orang-orang yang bertawakal berserah diri.” (QS. Yusuf : 67). Melalui kegagalan, Allah Subhânahu wa ta'âlâ memberikan tahap pembelajaran, mematangkan mental, emosional dan spiritual kita. Kegagalan adalah tangga-tangga menuju puncak kesuksesan. Itulah indahnya kegagalan yang dapat membiaskan pengalaman-pengalaman yang mempesona, sebagai modal kehidupan dalam pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Rahman.
HM. Masykuri Abdurrahman
Posting Komentar