Manusia memang diciptakan Allah dengan berbagai macam karakteristik yang menambah keindahan dunia ini. Allah juga seringkali memberikan hidayah kepada kita melalui berbagai cara, ada kalanya dengan dinasehati seseorang menjadi tersadar, adakalanya ketika terpojok pada situasi yang tidak menguntungkan seseorang menjadi ingat Tuhannya dan lain-lain. Berikut ini kami nukilkan beberapa kisah orang-orang yang bertaubat, siapa tahu Allah menurunkan hidayah pertolongan kepada kita untuk keluar dari kemaksiatan ketika membacanya.
Awan yang Mengikuti Orang Bertaubat
Diriwayatkan bahwa seorang tukang jagal (penyembelih binatang) terpesona kepada budak tetangganya. Suatu saat gadis itu mendapat tugas menyelesaikan urusan keluarganya di desa lain. Si tukang jagal lalu mengikutinya dari belakang sampai akhirnya berhasil mendapatkannya. Si tukang jagal lalu memanggil gadis itu dan mengajaknya menikmati kesempatan langka dan indah itu. Tetapi gadis itu menjawab, "Jangan lakukan. Meskipun aku sangat mencintaimu, tetapi aku sangat takut kepada Allah".
Mendengar jawaban itu, si tukang jagal merasa dunia berputar. Karena menyesal dan sadar, hatinya gemetar, tenggorokannya kering dan hatinya semakin berdebar, dia lalu berkata, "Kau takut kepada Allah sedangkan aku tidak".
Dia pulang sambil bertaubat. Ketika berada di jalan ia diserang rasa haus dan nyaris mati. Ia kemudian bertemu dengan seorang yang sholeh dan mereka berjalan bersama. Mereka melihat gumpalan awan berjalan menaungi mereka berdua, sampai mereka masuk ke sebuah desa. Mereka berdua yakin bahwa awan itu untuk orang yang sholeh. Kemudian mereka berpisah di desa tersebut. Awan itu ternyata condong dan terus menaungi si tukang jagal sampai dia tiba di rumahnya. Orang sholeh tadi heran melihat kenyataan ini. Dia lalu mengikuti tukang jagal tadi lantas bertanya kepadanya dan dijawabnya pula di tempat itu. Maka laki-laki sholeh itu berkata, "Janganlah heran terhadap apa yang kau lihat, karena orang yang bertaubat kepada Allah itu berada di suatu tempat yang tak seorang pun berada di situ".
Pendeta yang Insaf
Ibrahim Al Khawas ialah seorang wali Allah yang terkenal keramat dan dimakbulkan segala doanya oleh Allah. Beliau pernah menceritakan suatu peristiwa yang pernah dialaminya. Katanya, "Menurut kebiasaanku, aku keluar menziarahi Makkah tanpa kendaraan dan kafilah. Pada suatu waktu, tiba-tiba aku tersesat dan kemudian aku bertemu dengan seorang rahib Nasrani (Pendeta Kristian) ". Ketika dia melihatku dia pun berkata, "Wahai rahib Muslim, bolehkah aku bersahabat denganmu?".
Ibrahim segera menjawab, "Ya, tidaklah aku akan menghalangi kehendakmu itu". Maka berjalanlah Ibrahim bersama dengannya selama tiga hari tanpa meminta makanan sehingga rahib itu menyatakan rasa laparnya kepadaku, katanya, "Tidaklah aku ingin memberitahukan padamu bahwa aku telah menderita kelaparan. Karena itu berilah aku sesuatu makanan yang ada padamu".
Mendengar permintaan rahib itu, lantas Ibrahim pun memohon kepada Allah dengan berkata, "Wahai Tuhanku, Pemimpinku, Pemerintahku, janganlah engkau mempermalukan aku di hadapan seteru engkau ini".
Belum selesai Ibrahim berdoa, tiba-tiba turunlah hidangan dari langit berisi dua keping roti, air minum, daging masak dan tamar. Maka mereka pun makan dan minum bersama-sama. Sesudah itu aku pun meneruskan perjalananku. Setelah tiga hari tanpa makanan dan minuman, dikala pagi, aku pun berkata kepada rahib itu, "Hai rahib Nasrani, berikanlah kepadaku sesuatu makanan yang ada padamu". Rahib itu menghadap kepada Allah, tiba-tiba turun hidangan dari langit seperti yang diturunkan kepadaku dulu".
Sambung Ibrahim lagi, tatkala aku melihat yang demikian itu, maka aku pun berkata kepada rahib itu "Demi kemuliaan dan ketinggian Allah, tiadalah aku makan sehingga engkau memberitahukan (hal ini) kepadaku". Jawab rahib itu, "Hai Ibrahim, tatkala aku bersahabat denganmu, maka aku mengenal kemuliaanmu, lalu akupun memeluk agama engkau.
Sesungguhnya aku telah membuang-buang masa di dalam kesesatan dan sekarang aku telah mendekati Allah dan berpegang kepadaNya. Dengan kemuliaan engkau, tiadalah Allah mempermalukan aku. Maka terjadilah kejadian yang engkau lihat sekarang ini. Aku telah mengucapkan seperti ucapanmu (kalimah Syahadah)".
"Maka gembiralah aku setelah mendengar jawaban rahib itu. Kemudianaku pun meneruskan perjalanan sehingga sampai di Makkah Al Mukarramah. Setelah kami mengerjakan haji, maka kami tinggal dua tiga hari lagi di tanah suci itu. Suatu ketika, rahib itu tidak kelihatan olehku, lalu aku mencarinya di Masjidil Haram, tiba-tiba aku mendapatinya sedang bersembahyang di sisi Ka’bah". Setelah rahib itu selesai bersembahyang maka dia pun berkata, "Hai Ibrahim, sesungguhnya sudah dekat perjumpaanku dengan Allah, maka jagalah olehmu persahabatan dan persaudaraanku denganmu".
Setelah dia berkata begitu, tiba-tiba dia menghembuskan nafas terakhirnya. Seterusnya Ibrahim menceritakan, "Maka aku merasa amat berduka atas kepergiannya. Aku segera mengurus jenazahnya dan pemakamannya. Ketika tidur aku bermimpi melihat rahib itu dalam keadaanyang begitu elok sekali tubuhnya, dihiasi dengan pakaian sutera yang indah". Melihat hal itu, Ibrahim pun terus bertanya, "Bukankah engkau sahabatku, apakah yang telah dilakukan oleh Allah terhadap engkau?".
Dia menjawab, "Aku berjumpa dengan Allah dengan dosa yang banyak, tetapi dimaafkan dan diampuniNya semua itu karena aku berprasangka baik kepadaNya dan Dia menjadikan aku seolah-olah bersahabat dengan engkau di dunia dan bertetangga dengan engkau di akhirat".
Begitulah persahabatan diantara dua orang yang berpengetahuan dan beragama sehingga memperoleh hasil yang baik. Walaupun orang tersebut dulunya beragama lain, tetapi berkat keikhlasan dan pengabdiannya kepada Allah, dia ditunjukkan pada agama Islam dan bisa mendalami ajaran-ajarannya".
Allah Maha Pengampun
Di zaman Nabi Musa ada seorang fasik yang suka melakukan kejahatan. Penduduk negeri tersebut tidak mampu lagi mencegah perbuatannya, lalu mereka berdoa kepada Allah. Maka Allah mewahyukan kepada Nabi Musa supaya mengusir pemuda itu dari negerinya agar penduduknya tidak ditimpa bencana. Lalu keluarlah pemuda tersebut dari kampunganya dan sampai di suatu kawasan yang luas, dimana tidak seekor burung atau manusiapun hidup.
Selang beberapa hari pemuda itu jatuh sakit. Merintihlah ia seorang diri, lalu berkata: "Wahai Tuhanku, kalaulah ibuku, ayahku dan isteriku berada di sisiku sudah tentu mereka akan menangis melihat waktu akan memisahkan aku dengan mereka (mati). Andaikata anak-anakku ada di sisiku pasti mereka berkata: "Ya Allah, ampunilah ayah kami yang telah banyak melakukan kejahatan sehingga ia diusir dari kampungnya ke tanah lapang yang tidak berpenghuni dan keluar dari dunia menuju akhirat dalam keadaan putus asa dari segala sesuatu kecuali rahmatMu ya Allah".
Terakhir kali pemuda itu berkata, "Ya Allah, janganlah Engkau putuskan aku dari rahmatMu, sesungguhnya Engkau Maha Berkuasa terhadap sesuatu",. Setelah berkata demikian, matilah pemuda itu.
Kemudian Allah mewahyukan kepada Nabi Musa, firmannya, "Pergilah kamu ke tanah lapang di sana ada seorang waliKu yang telah meninggal. Mandikan, kafankan dan sembahyangkanlah dia". Setiba di sana Nabi Musa mendapati yang mati itu adalah pemuda yang diusirnya dahulu. Lalu Nabi Musa berkata, "Ya Allah, bukankah dia ini pemuda fasik yang Engkau suruh aku usir dahulu". Allah berfirman, "Benar, Aku kasihan kepadanyakarena rintihan sakitnya dan berjauhan dari keluarganya. Apabila seseorang yang tidak mempunyai saudara mati, maka semua penghuni langit dan bumi akan sama menangis karena kasihan kepadanya. Oleh karena itu bagaimana Aku tidak mengasihaninya sedangkan Aku adalah Dzat Yang Maha Penyayang di antara penyayang".
Penulis adalah Santri ppssnh Malang
Posting Komentar