Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Ketika Ujian Menerpa Kita

Ketika Ujian Menerpa Kita

“Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya).” (QS. Shad: 44)

Salah seorang penulis menuliskan dalam bukunya, salah satu strategi untuk tetap bahagia adalah mengetahui salah satu prinsip dasar kehidupan “Hidup ini adalah ujian”. Hidup ini memang ujian, dan tidak ada satu masa dalam hidup ini yang tidak berlalu tanpa ujian, baik itu kenikmatan maupun kesengsaraan. Dalam sejarah kehidupan manusia, semua orang mengalami cobaan dengan jalan yang berbeda-beda. Ada yang jatuh dalam ujian tersebut dan menyerah, ada pula yang bangkit dan terus berjuang menggapai tujuan hakiki kehidupan, yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat. Mereka yang bangkit dan terus berjuang setelah mengalami ujian yang berat itulah sesungguhnya sang juara sesungguhnya.

Berbicara mengenai kebahagiaan dan kenikmatan hidup, maka hampir semua orang ingin mendapatkan kedua hal tersebut. Bermacam-macam cara ditempuh untuk mendapatkannya, baik melalui jalan yang diajarkan agama sampai dengan jalan yang bertentangan dengan agama. Berbagai macam tips dari para ahli, mulai dari alim ulama sampai dengan mereka yang berpaham keduniaan untuk mengejar kebahagiaan. Sayangnya, kebahagiaan tersebut mempunyai definisi yang berbeda untuk setiap orang. Terkadang pedagang bermimpi kelak dia bisa menjadi pegawai untuk bahagia, sang pegawai pun bermimpi untuk menjadi pedagang agar mendapatkan kebahagiaan. Mungkin saja ketika mereka mendapatkan impiannya, maka kebahagiaan itu terangkai dalam otak dan impian mereka dalam bentuk yang lain.

Ironisnya, sebagian orang terkadang mengukur kasih sayang Allah dengan minimnya ujian penderitaan yang mereka terima. Semakin sedikit ujian kesengsaraan yang diperoleh, maka mereka terkadang beranggapan bahwa mereka adalah orang-orang pilihan yang sangat disayangi Allah. Namun ketika ujian kesengsaraan menimpa mereka, maka ujian tersebut dianggap sebagai bukti bahwa Allah menjauhi bahkan tidak menyukai mereka. 

Tapi betulkah demikian?

Kalau kita mencermati kisah-kisah para Nabi dalam al-Quran, maka akan kita dapati bahwa sesungguhnya beberapa Nabi diuji dengan kepayahan sedangkan beberapa lainnya diuji dengan kenikmatan duniawi. Salah satu contoh Nabi yang diuji dengan kenikmatan duniawi adalah Nabi Sulaiman Alaihissalam. Beliau diuji dengan kejayaan dunia dan kemuliaan, namun beliau tidak lalai dengan ujian tersebut, bahkan menjadikan beliau semakin kuat imannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Tapi ada juga Nabi yang mulia yang tidak diuji dengan kenikmatan dunia, malah diuji dengan ujian kepayahan dunia yang sangat berat. Ujian yang sangat berat tersebut bahkan membuat manusia yang awam menyangka bahwa ujian tersebut adalah bukti bahwa mereka adalah orang-orang yang malang kehidupan dunianya. Salah satu contohnya adalah Nabi Ayyub Alaihissalam. Ulama menjelaskan bahwa Nabi Allah Ayub AS diuji dengan musibah tersebut selama delapan belas tahun, dimana keluarga dekat serta keluarga yang jauh telah menolaknya dan mengusirnya kecuali dua orang laki-laki dari saudara-saudaranya. Kisah kesabaran beliau diabadikan melalui ayat-ayat suci Al-Qur’an :

Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika ia menyeru Tuhan-nya: "Sesungguhnya aku diganggu syaitan dengan kepayahan dan siksaan." Al Qur'an surat Shaad ayat 41.

Mengagumkan hamba Allah yang mulia ini. Betapa dalam rasa iman di hatinya sehingga menyatakan penyakitnya itu adalah gangguan setan. Beliau sama sekali tidak menyalahkan Allah atas penyakit tersebut.
Dalam ayat yang lain beliau bahkan melakukan hal yang lebih mengagumkan.

dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang." (Al-Anbiya ayat 83).

Beliau mengadukan penyakitnya hanya kepada Allah semata namun beliau tetap memuji Allah, dan sama sekali tidak ada kekotoran ucapan yang keluar dari lisannya. Betapa terpujinya akhlak Nabi yang terpilih ini, sehingga di saat kesusahan pun beliau selalu berusaha menjaga kemurnian hatinya.

Dan betapa manisnya hasil kesabaran beliau. Allah mengembalikan kepada beliau keluarganya, hartanya, sejumlah ni’mat serta kebaikan yang dikaruniakan kepadanya dalam jumlah yang banyak. Kesabaran itu merupakan hikmah dan petunjuk bagi orang yang sabar dan penghibur bagi orang yang ditimpa musibah dan ujian. 

Kisah mengagumkan yang lain adalah kisah Nabi Yusuf. Sejak beliau kecil sampai dewasa, beliau mengalami ujian kepayahan dunia yang silih berganti. Ujian tersebut adalah Saudara-saudara yang seharusnya menyayanginya malah membencinya.

“Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu daerah (yang tak dikenal) supaya perhatian ayahmu tertumpah kepadamu saja, dan sesudah itu hendaklah kamu menjadi orang-orang yang baik” (QS. Yusuf 9).

Kehidupan yang jauh dari orang yang beliau sayangi, yaitu ayahnya Nabi Ya’qub. Beliau dibuang saudaranya dan dibawa ke negeri jauh oleh musafir yang menemukannya. Mendapatkan godaan wanita dan dituduh melakukan sesuatu yang tidak beliau lakukan. Karena ketampanan beliau, maka beliau disukai wanita dan mendapatkan fitnah melakukan hal yang kurang pantas terhadap wanita tersebut Dipenjara.

Beliau harus dipenjara, karena melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh beliau. Belum lagi kisah tentang Nabi kita tercinta Muhammad Shollalaahu alaihi wa sallam yang mengalami banyak penderitaan. Mulai dari yatim piatu sejak kecil, bekerja sebagai gembala, diusir kaumnya, dihina, dicaci maki, kehilangan istri yang paling dicintai dan ujian-ujian lainnya.

Jadi inti tulisan ini apa?

Intinya, hidup itu sendiri merupakan ujian bagi orang yang mengaku beriman kepada Allah. Tidak ada orang beriman yang tidak diuji oleh Allah. Mustahil itu! Hanya orang kafirlah yang diberikan kesempatan bersenang-senang di dunia ini, dan nanti dibayar kontan di neraka. Bahkan kepada orang-orang pilihan dan yang dicintai oleh Alla Azza wa Jalla pun diuji dengan seberat-beratnya ujian.

Kalau kita merasa menderita dan menganggap Allah tidak menyayangi kita, kita bisa bayangkan bahwa orang yang disayangi Allah pun (Nabi Yusuf Alaihissalam) mengalami ujian dibuang oleh orang yang harusnya menyayanginya yaitu saudara-saudaranya.

Kalau kita terkena penyakit dan menganggap Allah tidak menyayangi kita, kita bisa bayangkan bahwa orang yang disayangi Allah pun (Nabi Ayyub Alaihissalam) diuji oleh Allah dengan penyakit yang membuat orang menjauhi beliau, namun beliau tetap memuji Allah.

Kalau kita merasa sendiri di dunia ini dan menganggap Allah tidak menyayangi kita, kita bisa bayangkan bahwa orang yang paling disayangi Allah pun (Nabi Muhammad Shollalaahu alaihi wa sallam) ditinggal oleh ayah dan ibunya di usia muda dan mengalami kesendirian tanpa keluarga di masa kecilnya.

Kalau kita masa kecil kita sulit dan menganggap Allah tidak menyayangi kita, kita bisa bayangkan bahwa orang yang paling disayangi Allah pun (Nabi Muhammad) harus menggembala ternak pada waktu kecil untuk mencari nafkah dan hidup tanpa orang tua.

Kalau kita pernah difitnah oleh seseorang atas sesuatu yang tidak kita lakukan dan menganggap Allah meninggalkan kita, kita bisa bayangkan bahwa orang yang disayangi Allah pun (Nabi Yusuf Alaihissalam) pun pernah difitnah sampai dipenjara atas sesuatu yang tidak beliau lakukan.

Jadi intinya penderitaan yang kita alami itu yang membuat kita menganggap Allah tidak menyayangi kita, kecil dibandingkan penderitaan para Nabi dan Rasul. Orang-orang yang paling disayangi Allah saja diuji oleh Allah, apalagi kita yang banyak dosa dan kesalahan.

Maka yakinkan hal ini dalam batin kita kalau kita ingin merasa bahagia bahwa insya Allah Ujian Penderitaan Dunia itu adalah Tanda Cinta Allah sembari tetaplah berdoalah mendapatkan ujian kenikmatan dunia seperti Nabi Sulaiman Alahissalam. Insya Allah itu akan lebih menenangkan hati. 

Untuk Saudara-saudara sebangsa ku dan juga khususnya Sahabat-sahabat MRO di Aceh dan Sekitarnya, Pulau Sumatra, Singapura, dan Malaysia, semoga tetap tabah, sabar, dan tawakkal atas ujian musibah gempa bumi yang terjadi kemarin. InsyaAllah kita bisa melewatinya. Aamiin. Wallahu’alam



Andi Zulfikar (Kang Zul/ Kang Jul)
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger