Beberapa sa’at setelah diangkat dan dilantik oleh Khalifah Umar bin Khattab r.a menjadi “gubernur” di wilayah Homs, maka “Said bin Amir r.a” lalu membagi-bagikan harta yang ia miliki kepada para fakir miskin yang tinggal di wilayah pemerintahannya. Said bin Amir hanya menyisakan sedikit saja untuk keperluan keluarganya.
Apa yang dilakukan oleh Said bin Amir tersebut benar-benar membuat isterinya kesal. Sehingga ia menangis dan merengek-rengek menyesali kedermawanan yang dilakukan oleh suaminya tersebut.
Melihat sikap isterinya tersebut, lantaran ia sayang dan takut pula tergoda oleh kecantikan serta kemolekan sang isteri. Said bin Amir membalikkan badannya dan memalingkan mukanya dari hadapan sang isteri. Dengan “pandangan bathin-nya” Said bin Amir mengarahkan penglihatannya ke tempat dimana para sahabat-sahabatnya yang telah lebih dulu pergi dan kembali menghadap kepada Allah SWT. Mereka adalah para syuhada-syuhada yang kini telah bersama-sama dengan Rasulullah SAW menempati “surga jannatun-na’im” sebagaimana yang telah dijanjikan Allah SWT untuk hamba-hamba-NYA yang bertakwa.
Setelah berdiam diri beberapa sa’at, Said bin Amir lalu berbalik menghadap kepada isterinya sambil berkata:
“Wahai adinda, isteri yang kucintai dan yang kusayangi; sungguh diriku memiliki sahabat dan kawan seperjuangan yang telah lebih dulu kembali menghadap kepada Allah Ta’ala dan menerima segala apa yang telah dijanjikan Allah kepada mereka. Memikirkan hal itu, sungguh aku tak bermaksud untuk menyimpang dari jalan yang telah mereka tempuh; walaupun ditebus dengan dunia ini dan seluruh isinya.
Tentulah adinda sudahpun mengetahui dan paham, bahwa di dalam surga yang dijanjikan Allah kepada orang-orang yang bertakwa, Allah sediakan banyak bidadari yang cantik jelita dengan pandangan mata yang mempesonakan; yang andai saja salah seorang di antara mereka menampakkan wajahnya di muka bumi ini, maka akan terang benderanglah bumi ini dan reduplah sinar matahari dan bulan yang ada.
Ketahuilah adindaku sayang, demi untuk memperoleh mereka sesuai dengan apa yang dijanjikan Allah, maka aku siap berkorban dan mengorbankan apa saja untuk kepentingan Allah. Andai dalam hal ini aku harus mengorbankan dirimu, maka pastilah hal itu akan aku lakukan. Sebab sungguhpun aku mencintai dan menyayangimu, maka tentulah cintaku kepada Allah yang harus lebih utama kudahulukan.”
Lalu Said bin Amir membacakan beberapa (ayat) Firman Allah SWT:
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam surga dan kenikmatan; Mereka bersuka ria dengan apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka, dan Tuhan mereka memelihara mereka dari azab neraka; (Dikatakan kepada mereka): “Makan dan minumlah dengan enak sebagai balasan dari apa yang telah kamu kerjakan”; Mereka bertelekan di atas dipan-dipan berderetan dan Kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari yang cantik bermata jeli.” (QS. Ath-Thuur: 17-20).
Mendengar apa yang diucapkan oleh Said bin Amir tersebut, serta merta isterinya terdiam dari tangis dan rengekannya. Ia pun menjadi paham, bahwa apa yang diperbuat oleh suaminya adalah semata-mata karena mencintai Allah. Akhirnya iapun meminta maaf dan sampai akhir hayatnya, dengan segenap kecintaan dan keikhlasan hatinya, ia pun hidup dalam kezuhudan ketakwaan sang suami yang sangat dicintainya. Wallahua’lam.
KH. Bachtiar Ahmad
Posting Komentar