قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ، أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
(صحيح البخاري)
Sabda Rasulullah SAW : “Tiga hal, yang barangsiapa memilikinya ia akan menemukan manisnya Iman, ia menjadikan Allah dan Rasul Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, dan ia tiada mencintai seseorang kecuali karena cintanya pada Allah, dan ia benci kembali kepada kekufuran sebagaimana ia tidak ingin dilemparkan pada api” (Shahih Bukhari).
“Ayahsabul insaanu ayutrakasudan” Apakah manusia mengira bahwa Allah akan meninggalkannya begitu saja? QS. Al Qiyamah : 36. Allah SWT menyampaikan ayat ini menjadi penggembira bagi orang yang beriman dan teguran bagi orang yang tidak beriman. Apakah mereka menyangka akan dibiarkan begitu saja? Maksudnya, apakah setiap kali sujud tidak dihargai oleh Allah? Apakah mereka menyangka setiap doa dan dzikir itu tidak dihargai oleh Allah? Dibiarkan begitu saja atau orang – orang yang tidak beriman mengira kekufuran mereka akan dibiarkan begitu saja setelah mereka berbuat kemunkaran di muka bumi? “Alam yakunuthfatammaniyin yumnaa; tsumma kaana a’lafatan fakhalaqa faSAWwaa” bukankah Allah yang menciptanya daripada air mani; lalu Allah menjadikannya gumpalan darah, lalu gumpalan daging kemudian mencipta kehidupan jasadnya; QS. Al Qiyamah : 37-38. “Faja’ala minhulzaujaiinil dzakara wal untsa; alaisa dzalika biqaadirin a’laa ayuhyiyalmautaa” Dan Allah menjadikannya berpasang – pasangan dan berketurunan dan apakah dengan itu masih juga mereka belum mempercayai bahwa Allah bisa menghidupkan yang telah wafat? QS. Al Qiyamah : 39-40.
Jiwa yang mati pun dihidupkan oleh Allah daripada kemunkaran, kegelapan, kehinaan, kekufuran menuju kepada keindahan, kesucian, kekhusyu’an, pengampunan dan Cahaya Allah. Semoga Allah menghidupkan kita dengan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Sampilah kita kepada hadits mulia ini, “tsalatsun man kunna fihi wajada halawatal iman” 3 hal yang apabila ada pada seseorang maka ia akan menemukan manisnya iman. Maksudnya apa? Betapa manisnya iman akan ia rasakan apabila ia mempunyai 3 sifat ini, sifat yang sangat luhur dari sifat – sifat orang yang dicintai Allah. “An yakunnallah wa Rasuluhu ahabb ilaihi mimmaa siwaahuma ” bagaimana? Ia jadikan Allah dan Rasulnya (Sayyidina Muhammad SAW) lebih ia cintai dari semua yang selain keduanya. Ia lebih mencintai Allah dan Rasul dari semua yang lainnya. Ini yang pertama, berat sekali tentunya bagi kita. Kita akan jelaskan selanjutnya. “Wa an yuhibbal mar’a la yuhibbuhu illa Lillah” dan apabila ia mencintai seseorang itu tidak ia cintai terkecuali karena Allah.
Apa maksudnya ini? Maksudnya adalah ketika ia mempunyai teman atau saudara atau kerabat atau siapapun yang menjalankan kemunkaran dan dosa maka kuranglah penghargaannya kepada orang itu, jatuh harga diri orang itu di hadapannya ketika orang itu banyak berbuat dosa namun bukan membencinya. Membenci orang yang berbuat dosa tidak dilakukan oleh Sang Nabi SAW, beliau mendoakan para pendosa tapi harga diri orang itu jatuh dihadapannya karena orang itu berbuat dosa. Hingga ia tidak memuliakan seseorang yang ia cintai dan ia hargai semata – mata hanya karena Allah SWT. Ia tidakmau masuk kedalam kekufuran seperti ia tidak mau masuk ke dalam api. Kekufuran disini maksudnya keluar dari Islam.
Hujjatul Islam wabarakatul anam Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani didalam Fathul Baari bisyarh Shahih Bukhari menjelaskan bahwa makna hadits ini merupakan 1 hadits yang menyifatkan derajat hadits yang paling sempurna dari semua mukminin. Ketika seseorang mendengar hadits ini, layaknya ia berjuang untuk mencapai kemuliaan hadits ini. Dan Imam Ibn Hajar menjelaskan, mereka yang berusaha mencapainya maka mereka telah mendapatkan pahalanya walau belum mencapainya. Ia berusaha ingin mencintai Allah dan Rasul lebih dari segala – galanya.
Jika kita mengetahui hakikat Kasih Sayang Ilahi kepada kita, kita tidak akan mencintai Allah dan mencintai yang lain melebihi Allah dan Rasul-Nya. Karena cinta mereka kepada kita lebih daripada segala yang lainnya. Allah SWT mencintai kita, kalau tidak kita tidak akan bisa mengucapkan Nama-Nya, kalau tidak kita tidak akan bisa sujud pada-Nya. Hadirin – hadirat, “Innallah binnaas raufurrahiim” Sungguh Allah pada manusia itu berlemah lembut (QS Al Hajj 65). Allah SWT melihat Fir’aun yang sudah mengakui dirinya sebagai Tuhan Yang Maha Benar dan berkata “Ana Rabbukumul a’la” akulah Tuhan kalian Yang Maha Tinggi. Allah masih mengutus Nabi Musa alaihi salam dan pergilah kepadanya. Datang kepadanya dengan ucapan lembut dan sopan barangkali ia mau bertaubat, tapi menolak menolak menolak dan menolak. Maka Allah SWT menjatuhkan azabnya.
Kita lihat iblis makhluk yang paling dibenci Allah. Ketika ia berdoa kepada Allah "Rabbiy andhirniy ila yaumiyub’atsuun” wahai Allah tunda siksaku sampai hari kebangkitan, Allah menjawabnya “fainnaka minal mundharin” engkau ditunda siksanya, wahai iblis. Sayangnya iblis tidak bertaubat karena sombongnya. Kalau ia bertaubat niscaya Allah menerima taubatnya, namun ia tidak mau bertaubat karena sombongnya dan Allah menunjukkan Kasih Sayangnya kepada kita. Ayat ini 3X diulang didalam Al qur’an, kejadian iblis yang ditunda siksanya dan dijawab doanya oleh Allah.
Bagaimana dengan kita yang berdoa dan masih belum diijabah oleh Allah? Atau mungkin Allah ijabah dengan kebalikan apa yang kita minta. Sungguh Allah Maha Mengetahui dan Memberi kita lebih dari yang kita minta. Kalau kita minta kepada Allah dan dikabulkan namun bukan hanya dikabulkan oleh Allah tapi ditambahkan padahal dan Rahmat-Nya. Kalau tidak dikabulkan berarti Allah berikan yang lebih indah.
Seperti doa ibundanya Sayyidatuna Maryam yaitu istrinya Imran yang minta kepada Allah agar diberi bayi seorang lelaki yang ksatria, Allah tidak kabulkan. Allah beri ia bayi wanita, maka ia berkata “aku melahirkan bayi wanita padahal aku minta bayi pria”. Ketika ia sedang hamil ia berdoa “Rabbiy inniy nadzartu laka maa fi bathniy muharraran fataqabbal minniy” wahai Tuhanku, aku minta yang didalam rahimku ini seorang ksatria dan kabulkanlah doaku ini.(QS Ali Imran 35) Namun Allah munculkan bayi wanita yang lahir, kenapa? Karena Allah ingin memberi yang lebih dari doanya. Muncullah seorang bayi wanita dan ia berkata “wahai Allah kenapa ini aku melahirkan bayi wanita? Dan Allah Maha Tahu pria tidak bisa disamakan dengan wanita”. Maksuudnya yang kuharapkan adalah seorang ksatria, mustahil seorang wanita menjadi ksatria. Namun ternyata putrinya itu menjadi Ibunya Nabiyullah Isa alaihi salam. Allah tidak berikan kepadanya doanya, tapi Allah jadikan 2X lipat lebih besar dari doanya. Dapat putri yang shalihah, Sayyidatuna Maryam salah satu wanita termulia di muka bumi yang melahirkan putranya Nabiyullah Isa alaihi salam. Diberi lebih dari yang ia minta.
Banyak lagi perumpamaan ketika orang berdoa diberi sebaliknya justru itu menyimpan hikmah yang lebih besar. Dan Imam Ibn Hajar menjelaskan kepada kita, mereka yang berusaha mencapai ini, ia sudah termasuk mendapatkan pahalanya. Sebutir niat dalam hati kita ingin mencintai yang paling mencintai kita yaitu didunia dan akhirat yaitu Allah dan Nabi kita Muhammad SAW. Kalau sudah ia mencintai Allah dan Rasul, maka ia dicintai Allah dan Rasul itu pasti. Karena Rasul SAW bersabda memfirmankan firman Allah didalam hadits qudsiy riwayat Shahih Bukhari “man ahabba liqa’i ahbabtu liqa’ah” barangsiapa yang rindu jumpa denganku, Aku rindu jumpa dengannya. Maka jika kerinduan muncul pada diri kita maka kerinduan sudah muncul pada Dzatnya Allah kepada kita.
Dan Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani menjelaskan bahwa hadits ini dipakai untuk tahalli yaitu untuk mencapai kelezatan, keindahan, dan kemanisan mencintai Allah dan Rasul-Nya. Semakin ia naik derajatnya, semakin ia mendapatkan manisnya iman. Semoga kita tidak wafat kecuali mencapai puncak kesempurnaan iman. Hadirin – hadirat, semoga akhir nafas kita kelak berakhir dengan kesempurnaan iman. Dan kita tidak mencintai melebihi sesuatu daripada Allah dan Rasul-Nya dan kita tidak mencintai seseorang kecuali karena cintainya kepada Allah dan kita benci kembali kepada kekufuran sebagaimana kita tidak mau dilemparkan ke dalam api. Rabbiy pastikan sifat – sifat itu menaungi hari – hari kami khususnya diakhir nafas kami kelak. Allah SWT berfirman didalam hadits qudsiy riwayat Shahih BUkhari bahwa kelak di hari kiamat ketika orang – orang penduduk surga telah sampai di surga maka Allah SWT berfirman menjelaskan kejadian itu “Aku siapkan untuk hamba – hambaKu yang shalih apa – apa yang belum pernah dilihat mata, apa – apa yang belum didengar telinga, belum pernah terlintas dalam sanubari mereka”. Keindahan yang belum pernah mereka lihat. Untuk siapa? Untuk hamba- hambaNya yang shalih. Bagaimana aku dan kalian? bagaimana dengan kita? Tentunya kita masih punya harapan, karena orang yang berusaha mencapai derajat orang – orang shalih, ia sudah mendapatkan pahalanya. Semakin ia berusaha, semakin ia mendapatkan pahala shalihin yang lebih besar. Dan jangan lupa “seseorang bersama dengan orang yang dicintainya”. Beruntunglah para pecinta Sayyidina Muhammad SAW.
Allah SWT, ketika semua manusia sudah masuk kedalam surga-Nya, maka Allah berkata “maukah kalian Ku-beri yang lebih indah dari ini?” sambutan hangat dari Maharaja Alam Semesta. Maka Allah berkata “Aku halalkan untuk kalian Kasih Sayang-Ku dan Ridho-Ku dan Aku tidak akan murka pada kalian selama – lamanya. Keridhoan dan Kasih Sayang dan Cinta Allah itu melebihi kenikmatan surga harganya. Maka itulah yang selalu diminta oleh Sang Nabi SAW “Allahumma innanas aluka ridhakal wal jannah, wa na’udzubika min sakhatika wannaar”.
Habib Munzir Al Musawwa
Posting Komentar