Babak baru Islam telah terbentuk, ukhuwah (persaudaraan)
antar Muslim satu dan lainnya adalah sendi paling pokok dalam membentuk tatanan
masyarakat Islam yang kokoh, yaitu Islam yang menegakkan keadilan bagi semua
makhluk Allah, Islam yang membentangkan kepada siapa saja kasih sayang untuk
semua umat manusia, Islam yang memberikan rasa damai bagi pemelukknya, bagi saudara
seiman, bagi saudara sedarah dan sedaging, bagi saudara satu negara, dan bagi
umat manusia, siapapun dia, apapun mereka.
Allah
menurunkan Islam sebagai 'hudan linnaas', petunjuk bagi umat manusia. Sebagai
petunjuk, Islam menciptakan alam baru pemikiran dan keyakinan manusia yang
tidak lagi hanya tersekat pada batas-batas wilayah dan garis kekeluargaan.
Sebagai agama fitrah, penjunjung tinggi kemanusiaan umat manusia, Islam tidak
menafikan hubungan yang fitri pada diri manusia yang terbentuk atas kesamaan
asal wilayah dan muasal keturunan. Semakin orang dekat dalam persamaan dengan
salah satu hal ini, mereka merasa rapat, mengikat simpul batin adanya
kedekatan.
Pasa
sisi lain, Islam menciptakan sebuah perasaan dekat lain, yaitu semangat
keberagamaan baru : seiman dan seagama, meskipun berangkat dari ketidak-samaan
pada asal keturunan atau muasal daerah. Semangat ini disebut ukhuwah
al-islamiyah, persaudaraan atas kesamaan akidah. Penduduk Jazirah Arabia pada
umumnya, hingga masa-masa awal kenabian Muhammad (saw), lebih banyak membentuk
ikatan antar mereka dari sisi silsilah keturunan. Semakin dekat garis keturunan
antar mereka, maka semakin kuat tali perkawanan dan persekutuan. Izzah
tertinggi (kemuliayan) bagi masyarakat ini adalah pengabdian kepada suku. Auz
dan Khazraj, dua suku Arab penduduk Yatsrib (Madinah), mewakili gambaran di
atas.
Kepentingan
seseorang adalah mewakili kepentingan suku. Pengabdian anggota suku adalah
untuk suku masing-masing. Lantaran fanatisme kesukuan yang sangat tinggi, tiap
orang berbangga atas kesukuannya, dan ketika tak ada kepentingan kecuali atas
nama kepentingan suku, maka peperangan, kebencian dan permusuhan telah
membelenggu kedua suku ini selama bertahun-tahun. Madinah kala itu berdiam,
selain dua suku Arab Auz dan Khazraj, di dalamnya adalah suku Yahudi. Suku
terakhir sama sekali tidak melibatkan diri dalam peperangan antara dua suku
pertama. Akibat permusuhan, kondisi dua suku Arab tadi makin lama semakin
buram, memburuk, memprihatinkan dan porak-poranda.
Ketika
peperangan yang berlangsung menahun dengan tak ada salah satu pihak yang
mengalah dikarenakan gengsi dan keangkuhan, kelahiran Islam di kota Mekkah,
tetangganya, memunculkan harapan baru. Nabi (saw), akhirnya, diundang oleh
beberapa orang yang sudah muak dengan peperangan dan kebencian tak berujung
dari kedua suku tersebut untuk menjadi penengah. Nabi menyambut baik ajakan
tersebut, dan akhirnya berangkat menuju Yatsrib yang selanjutnya diubah nama
oleh Nabi menjadi Madinah al-Nabi. Dikenal masa-masa berikutnya dengan sebutan
Madinah, atau Madinah al-Munawwarah.
Awal perubahan inilah yang kita kenal
dengan Hijrah Nabi, sebagai titik penting sejarah Islam dan kemanusian
sekaligus, yang diabadikan sebagai awal penanggalan hijriyah dalam Islam. Hal
pertama yang dikerjakan Nabi saat menjejakkan kaki di bumi Madinah adalah
mempersatukan dua suku Arab yang saling bertempur. Nabi tak banyak mengalami
kesulitan dalam mengupayakan hal paling mendasar dalam sebuah masyarakat,
karena Nabi dari pihak ibu adalah berasal dari suku tersebut. Perdamaian kedua
suku ini merupakan pilar pertama dari ajaran Islam, yaitu muakhat
(persaudaraan). Barangsiapa yang mengaku beragama Islam, dia adalah akh
(saudara) bagi seorang Muslim lainnya. Dan, Nabi (saw) berhasil menyatukan dua
suku yang saling bermusuhan selama beberapa masa dalam satu payung Islam. Tak
ada kedudukan lebih tingi, dan tak ada pula yang lebih rendah, semua sama,
kecuali nilai taqwa. Tak ada persaudaraan yang abadi kecuali dikarenakan
keimanan yang sama.
Bahkan
pada waktu yang sama, Nabi memperkenalkan kepada mereka saudara baru yang
berasal dari kota lain, Muhajiriin, orang-orang yang berhijrah bersama Nabi
dari Mekkah. Identitas kesukuan tidak lagi ditonjolkan dan dijadikan
kebanggaan, kecuali bahwa mereka penduduk asli Madinah adalah Ansor, para
penolong, dan orang-orang pendatang sebagai Muhajiriin.
Babak
baru Islam telah terbentuk, ukhuwah (persaudaraan) antar Muslim satu dan
lainnya adalah sendi paling pokok dalam membentuk tatanan masyarakat Islam yang
kokoh, yaitu Islam yang menegakkan keadilan bagi semua makhluk Allah, Islam
yang membentangkan kepada siapa saja kasih sayang untuk semua umat manusia,
Islam yang memberikan rasa damai bagi pemelukknya, bagi saudara seiman, bagi
saudara sedarah dan sedaging, bagi saudara satu negara, dan bagi umat manusia,
siapapun dia, apapun mereka. Inilah Islam yang menjunjung tinggi martabat
manusia, keadilan dan toleransi dalam bermasyarakat. Ini semua didasarkan pada
salah satu ajaran pokok Nabi : ukhuwah Islamiyah. Wallahu
a'la.
DR. Amir Faishal
Posting Komentar