Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Rahasia Nafsu (2)

Rahasia Nafsu (2)


Yang Menyaksikan (Asy-Syahid)

Tatkala al-Junaid — rahimahullah — ditanya, “Mengapa asy-Syahid (yang menyaksikan) itu di sebut Syahid (menyaksikan)? Maka ia menjawab, “Dzat Yang Maha Menyaksikan, al-Haq Swt. adalah Yang menyaksikan hati nurani Anda dan rahasia-rahasia hati Anda, dimana Dia senantiasa mengetahuinya, menyaksikan Keindahan-Nya yang ada pada makhluk dan hamba-hamba-Nya. Jika seseorang melihat-Nya, ia akan menyaksikan Ilmu-Nya dengan melihat kepada-Nya. Sementara itu, seorang Sufi yang ‘menyaksikan’ harus menempuh tingkatan para murid, sehingga ia bisa menyaksikan umumnya kaum arif (al-’arifin) dan memikul nama orang yang menyaksikan yang hadir dalam kegaiban, dimana ia tidak merasa keberatan, tidak letih dan tidak pernah lengah. Jika ia masih pernah lengah dan lupa sebagaimana seorang murid, maka ia belum disebut orang yang sanggup menyaksikan (asy-syahid). Dan ketika yang berlangsung adalah selain ketentuan ini dalam lahiriahnya maka itu tidak benar, dan ia bukanlah cara yang ditempuh kaum Sufi.”
Kesucian Bermuamalah dan Beribadah

Syekh Abu Nashr as-Sarraj mengatakan: Para guru Sufi (syeikh) tanah Haram pernah berkumpul dengan Abu al-Husain Mi bin Hindun al-Qurasyi al-Farisi — rahimahullah — kemudian mereka menanyakan tentang kesucian bermuamalah dan beribadah. Maka ia menjawab, “Sesungguhnya pada akal terdapat petunjuk (dilalah), dalam hikmah terdapat isyarat dan dalam ma’rifat terdapat kesaksian (syahadah). Maka akal memberikan petunjuk, hikmah memberikan isyarat, dan ma’rifat menyaksikan bahwa kejernihan ibadah tidak akan dicapai kecuali melalui kejernihan ma’rifat yang ada empat:
1. ma’rifat (mengenal) Allah SWT.;
2. ma’rifat tentang diri (nafsu);
3. ma’rifat tentang kematian;
4. ma’rifat tentang apa yang bakal terjadi setelah kematian, dari janji dan ancaman Allah Swt. Maka orang yang mengenal Allah niscaya akan memenuhi hak-hak-Nya, orang yang mengenal nafsunya ia akan bersiap-siap melawan dan berjuang menentangnya, orang yang mengenal kematian akan bersiap siaga menghadapinya, orang yang mengerti ancaman Allah akan menjauhi larangan-Nya dan mengerjakan perintah-Nya.

Sementara itu untuk menjaga hak-hak Allah ada tiga cara: Memelihara kesetiaan (al-wafa’), adab dan muru’ah. Adapun menjaga kesetiaan adalah dengan menauhidkan hati Anda akan Kemahatunggalan (Infiradiyyah)-Nya, kukuh dan tetap untuk menyaksikan (musyahadah) Kemaha-esaan (Wahdaniyyah)-Nya dengan Cahaya Azaliyyah-Nya dan hidup bersama-Nya. Adapun menjaga adab adalah dengan menjaga rahasia-rahasia hati dan bersitan-bersitan luar, menjaga waktu, menghindari sikap dengki dan permusuhan. Sedangkan menjaga muru’ah ialah dengan tetap berdzikir, baik ucapan maupun perbuatan, menjaga lisan, mata, makanan dan pakaian. Itu semua bisa dilakukan dengan adab. Sebab pangkal semua keabaikan di dunia dan di akhirat adalah adab.” — Semoga Allah senantiasa melimpahkan taufik-Nya kepada kita.

Kedermawanan

 
Al-Rants al-Muhasibi — rahimahullah — berkata, “Orang dermawan ialah orang yang tidak pernah peduli kepada siapa pun yang ia beri.” Sementara itu al-Junaid — rahimahullah — mengatakan, “Orang dermawan adalah orang yang tidak menjadikan Anda butuh kepada suatu perantara.”



Syeikh Abu Nashr As-Sarraj
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger