Penulisan kaligrafi merupakan salah satu bentuk keindahan Alquran yang
disebut juga seni menulis indah . Kaligrafi diciptakan dan dikembangkan
oleh kaum Muslim sejak kedatangan Islam. Dibandingkan seni Islam yang
lain, kaligrafi memperoleh kedudukan yang paling tinggi dan merupakan
ekspresi semangat Islam yang sangat khas. Oleh karena itu, kaligrafi
sering disebut sebagai 'seninya seni Islam' (the art of Islamic).
Meski
karya kaligrafi identik dengan tulisan Arab, kata kaligrafi itu sendiri
berasal dari bahasa Yunani (Kalios: indah dan graphia: tulisan).
Sementara itu, bahasa Arab mengistilahkannya
dengan khatt (tulisan atau garis) yang ditujukan pada tulisan yang
indah (al-kitabah al-jamilah atau al-khatt al-jamil).
Akar kaligrafi
Arab sebenarnya adalah tulisan hieroglif Mesir, yang kemudian terpecah
menjadi "khatt Feniqi" (Fenisia), Arami (Aram), dan Musnad (kitab yang
memuat segala macam hadits).
Menurut al-Maqrizi, seorang ahli sejarah abad ke-4, tulisan kaligrafi
Arab pertama kali dikembangkan oleh masyarakat Himyar (suku yang
mendiami Semenanjung Arab bagian barat daya sekitar 115-525 SM). Musnad
merupakan kaligrafi Arab kuno yang mula-mula berkembang dari sekian
banyak jenis khatt yang dipakai oleh masyarakat Himyar. Dari tulisan tua
Musnad yang berkembang di Yaman, lahirlah khatt Kufi.
Sebagai
seni tulis yang melahirkan karya artistik yang bermutu tinggi, kaligrafi
memiliki aturan dan teknik khusus dalam pengerjaannya. Bukan hanya pada
teknik penulisan, tetapi juga pada pemilihan warna, bahan tulisan,
medium, hingga pena. Secara teknis kaligrafi juga sangat bergantung pada
prinsip geometri dan aturan tentang keseimbangan. Aturan keseimbangan
ini secara fundamental didukung oleh huruf alif dan titik yang menjadi
penanda dan pembeda bagi beberapa huruf Arab. Meski dalam
perkembangannya muncul ratusan gaya penulisan kaligrafi, tidak semua
gaya tersebut bertahan hingga saat ini. Ada sembilan gaya penulisan
kaligrafi yang populer yang dikenal oleh para pecinta seni kaligrafi.
1. Kufi
Gaya
penulisan kaligrafi ini banyak digunakan untuk penyalinan Alquran
periode awal. Karena itu, gaya Kufi ini adalah model penulisan paling
tua di antara semua gaya kaligrafi. Gaya ini pertama kali berkembang di
Kota Kufah, Irak, yang merupakan salah satu kota terpenting dalam
sejarah peradaban Islam sejak abad ke-7 M. Gaya penulisan kaligrafi yang
diperkenalkan oleh Bapak Kaligrafi Arab, Ibnu Muqlah, memiliki karakter
huruf yang sangat kaku, patah-patah, dan sangat formal. Gaya ini
kemudian berkembang menjadi lebih ornamental dan sering dipadu
dengan ornamen floral
2. Tsuluts
Seperti halnya gaya Kufi, kaligrafi gaya Tsuluts diperkenalkan oleh Ibnu Muqlah yang merupakan seorang menteri (wazii) di masa Kekhalifahan Abbasiyah.
Tulisan kaligrafi gaya Tsuluts sangat ornamental, dengan banyak hiasan
tambahan dan mudah dibentuk dalam komposisi tertentu untuk memenuhi
ruang tulisan yang tersedia. Karya kaligrafi yang menggunakan gaya
Tsuluts bisa ditulis dalam bentuk kurva, dengan kepala meruncing dan
terkadang ditulis dengan gaya sambung dan interseksi yang kuat. Karena
keindahan dan keluwesannya ini, gaya Tsuluts banyak digunakan
sebagai ornamen arsitektur masjid, sampul buku, dan dekorasi interior.
3. Naskhi
Kaligrafi
gaya Naskhi paling sering dipakai umat Islam, baik untuk menulis naskah
keagamaan maupun tulisan sehari-hari. Gaya Naskhi termasuk gaya
penulisan kaligrafi tertua. Sejak kaidah penulisannya dirumuskan secara
sistematis oleh Ibnu Muqlah pada abad ke-10, gaya kaligrafi ini sangat
populer digunakan untuk menulis mushaf Alquran sampai sekarang. Karakter
hurufnya sederhana, nyaris tanpa hiasan tambahan, sehingga mudah
ditulis dan dibaca.
4. Riq'ah
Kaligrafi
gaya Riq'ah merupakan hasil pengembangan kaligrafi gaya Naskhi dan
Tsuluts. Sebagaimana halnya dengan tulisan gaya Naskhi yang dipakai
dalam tulisan sehari-hari. Riq'ah dikembangkan oleh kaligrafer Daulah
Usmaniyah, lazim pula digunakan untuk tulisan tangan biasa atau untuk
kepentingan praktis lainnya. Karakter hurufnya sangat sederhana, tanpa
harakat, sehingga memungkinkan untuk ditulis cepat.
5. Ijazah (Raihani)
Tulisan kaligrafi
gaya Ijazah (Raihani) merupakan perpaduan antara gaya Tsuluts dan
Naskhi, yang dikembangkan oleh para kaligrafer Daulah Usmani. Gaya ini
lazim digunakan untuk penulisan ijazah dari seorang guru kaligrafi
kepada muridnya. Karakter hurufnya seperti Tsuluts, tetapi lebih
sederhana, sedikit hiasan tambahan, dan tidak lazim ditulis secara
bertumpuk (murakkab).
6. Diwani
Gaya kaligrafi
Diwani dikembangkan oleh kaligrafer Ibrahim Munif. Kemudian,
disempurnakan oleh Syaikh Hamdullah dan kaligrafer Daulah Usmani di
Turki akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16. Gaya ini digunakan untuk
menulis kepala surat resmi kerajaan. Karakter gaya ini bulat dan tidak
berharakat. Keindahan tulisannya bergantung pada permainan garisnya yang
kadang-kadang pada huruf tertentu meninggi atau menurun, jauh melebihi
patokan garis horizontalnya. Model kaligrafi Diwani banyak digunakan
untuk ornamen arsitektur dan sampul buku.
7. Diwani Jali
Kaligrafi
gaya Diwani Jali merupakan pengembangan gaya Diwani. Gaya penulisan
kaligrafi ini diperkenalkan oleh Hafiz Usman, seorang kaligrafer
terkemuka Daulah Usmani di Turki. Anatomi huruf Diwani Jali pada
dasarnya mirip Diwani, namun jauh lebih ornamental, padat, dan terkadang
bertumpuk-tumpuk. Berbeda dengan Diwani yang tidak berharakat, Diwani Jali sebaliknya
sangat melimpah. Harakat yang melimpah ini lebih ditujukan untuk
keperluan dekoratif dan tidak seluruhnya berfungsi sebagai tanda baca.
Karenanya, gaya ini sulit dibaca secara selintas. Biasanya, model ini
digunakan untuk aplikasi yang tidak fungsional, seperti dekorasi
interior masjid atau benda hias.
8. Farisi
Seperti
tampak dari namanya, kaligrafi gaya Farisi dikembangkan oleh orang
Persia dan menjadi huruf resmi bangsa ini sejak masa Dinasti
Safawi sampai sekarang. Kaligrafi Farisi sangat mengutamakan unsur
garis, ditulis tanpa harakat, dan kepiawaian penulisnya ditentukan oleh
kelincahannya mempermainkan tebal-tipis huruf dalam 'takaran' yang
tepat. Gaya ini banyak digunakan sebagai dekorasi eksterior masjid di
Iran, yang biasanya dipadu dengan warna-warni arabes.
9. Moalla
Walaupun belum
cukup terkenal, gaya kaligrafi Moalla merupakan gaya yang tidak
standar, dan tidak masuk dalam buku panduan kaligrafi yang umum beredar.
Meski tidak begitu terkenal, kaligrafi ini masih masuk dalam daftar jenis-jenis kaligrafi dalam wikipedia Arab,
tergolong bagian kaligrafi jenis yang berkembang di Iran. Kaligrafi ini
diperkenalkan oleh Hamid Ajami, seorang kaligrafer kelahiran Teheran.
Niki Nissa (Majelis Dzikrullah Pekojan)
Posting Komentar