Ibnu Mas'ud R.A. berkata:
Seolah-olah saya masih melihat pada Rasulullah SAW ketika mencontohkan kejadian
seorang Nabi yang dianiya kaumnya hingga berlumuran darah, sambil mengusap
darah dari mukanya berkata ALLAHUMAGHFIR LIQOUMI FA INNAHUM LA YA'LAMUN (ya
Allah ampunilah kaumku karena mereka tidak mengetahui). (H.R Bukhari, Muslim)
Sabar adalah sepenggal kata yang sering diucap dan enteng untuk dituturkan, namun dengan konsekuensi yang luar biasa berat. Sabar lebih sebagai sebuah hasil tempaan panjang takwinniyah ketimbang sebuah bekal untuk belajar. Dia wujud karena kematangan fikrah dan kelembutan khusyu'. Dia adalah sebuah karakter yang diidamkan, kokoh, ibarat karang di tengah gelombang pasang. Ibarat black hole yang menyerap semua sinar tanpa membuatnya kehilangan pegangan. Maka Allah bersama orang-orang yang sabar. Maka Nabi-nabi Allah selalu dengan kesabaran. Tanpa akhlaq islami ini da'wah islamiah tak akan tegak.
Tanpa sabar al Haq tak dapat ditegakkan. Karena, jalan bersama al haq, jalan yang lurus, jalan orang-orang yang diberi ni'mat, jalan para Nabi, Shiiddiqiin, syuhada dan shalihiin, jalan ketaqwaan adalah jalan yang sukar lagi mendaki, jalan yang penuh celaan dari orang-orang yang suka mencela, jalan penuh hasutan dari orang-orang yang suka menghasut, jalan yang penuh hinaan dari orang-orang yang suka menghina, jalan penuh fitnah, teror, interogasi dan intimidasi. Tanpa sabar jalan yang mendaki menjadi lebih mendaki dan tak dapat dilalui.
Rasulullah saat di Tha'if berlumuran darah dilempari batu, begitu juga Nabi-nabi lain, karena kaumnya belum faham, tidak tahu kebenaran Allah, mereka jahil. Kalau saja mereka tahu, mereka faham, maka mereka akan lebih banyak menangis karena kesalahan-kesalahan mereka. Apa yang harus dilakukan untuk mereka yang tidak tahu, selain memohonkan pengampunan pada Sang Khalik ?
Sabar adalah sepenggal kata yang sering diucap dan enteng untuk dituturkan, namun dengan konsekuensi yang luar biasa berat. Sabar lebih sebagai sebuah hasil tempaan panjang takwinniyah ketimbang sebuah bekal untuk belajar. Dia wujud karena kematangan fikrah dan kelembutan khusyu'. Dia adalah sebuah karakter yang diidamkan, kokoh, ibarat karang di tengah gelombang pasang. Ibarat black hole yang menyerap semua sinar tanpa membuatnya kehilangan pegangan. Maka Allah bersama orang-orang yang sabar. Maka Nabi-nabi Allah selalu dengan kesabaran. Tanpa akhlaq islami ini da'wah islamiah tak akan tegak.
Tanpa sabar al Haq tak dapat ditegakkan. Karena, jalan bersama al haq, jalan yang lurus, jalan orang-orang yang diberi ni'mat, jalan para Nabi, Shiiddiqiin, syuhada dan shalihiin, jalan ketaqwaan adalah jalan yang sukar lagi mendaki, jalan yang penuh celaan dari orang-orang yang suka mencela, jalan penuh hasutan dari orang-orang yang suka menghasut, jalan yang penuh hinaan dari orang-orang yang suka menghina, jalan penuh fitnah, teror, interogasi dan intimidasi. Tanpa sabar jalan yang mendaki menjadi lebih mendaki dan tak dapat dilalui.
Rasulullah saat di Tha'if berlumuran darah dilempari batu, begitu juga Nabi-nabi lain, karena kaumnya belum faham, tidak tahu kebenaran Allah, mereka jahil. Kalau saja mereka tahu, mereka faham, maka mereka akan lebih banyak menangis karena kesalahan-kesalahan mereka. Apa yang harus dilakukan untuk mereka yang tidak tahu, selain memohonkan pengampunan pada Sang Khalik ?
Memasukkan kebenaran ke dalam kepala, hati lalu mewujud dalam amaliah seseorang mad'u, bukanlah pekerjaan sederhana. Ini adalah pekerjaan para anbiya, makhluk pilihan Allah.
Coba kita bermuhasabah, baru saja perkataan kita disinggung
saudara kita, ditanggapi dengan sedikit sinis atau dibiarkan, segenap
ketersinggungan meluncur, meluap, lalu kita serang mereka yang bersinis-sinis
kepada kita dengan kata-kata tajam-menusuk jantung. Baru saja nasehat-nasehat
kita dibalas dengan canda, dibalas dengan tawa, dibalas dengan olok-olok,
segera saja segenap kebencian melanda. Belum lagi menghadapi fikrah rekan-rekan
yang lain, yang tidak sama dengan kita, yang nampak kacau yang merugikkan, yang
nampak munafiq, segenap kebencian penuhmenghiasi layar kaca. Setumpuk buruk
sangka menghiasi muka. Lalu dimana letak sabar ?
Akankah kebenaran merasuk
dalam hati rekan-rekan yang kepada mereka ingin kita sampaikan kebenaran,
dengan tetap memelihara ketidaksabaran? Apakah kita menganggap orang lain
segera akan menerima kata-kata kita, meresapinya, lalu mengamalkannya, dengan
sangat mudahnya ? Apakah kita berharap masuk surga, padahal belum datang cobaan
kepada kita sebagaimana cobaan datang kepada mereka yang terdahulu ?
Astaghfirullah, kita sering bermimpi. Kita sering bermimpi.
Inilah sabar. Dia muncul dari proses panjang pembinaan pribadi. Dia mesti mewujud, memancarkan sinar, melembutkan hati-hati yang memandangnya.
Inilah sabar. Dia muncul dari proses panjang pembinaan pribadi. Dia mesti mewujud, memancarkan sinar, melembutkan hati-hati yang memandangnya.
Darussalam
Posting Komentar