Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Doa Nabi SAW Ketika Madinah Diguyur Hujan Setiap Hari

Doa Nabi SAW Ketika Madinah Diguyur Hujan Setiap Hari

Pernah suatu ketika kota Madinah diguyur hujan setiap hari selama seminggu, mirip keadaan Jakarta kita saat ini yang lumpuh karena hujan tidak berhenti beberapa hari. Kalau Jakarta banjir mungkin sudah tidak aneh lagi, karena memang sudah langganan. Tapi kalau kota Madinah diguyur hujan seminggu, nah ini baru berita.   

Yang pasti penyebabnya bukan karena musim hujan, sebab Madinah tidak mengenal istilah musim hujan, adanya cuma musim haji.   Sebenarnya penyebabnya agak lucu juga, karena awalnya Madinah dilanda kekeringan, lalu Rasulullah SAW mengadakan shalat istisqa'. Rupanya doa dan shalat itu langsung diterima, maka Allah SWT menurunkan hujan. Cuma hujannya tidak berhenti-berhenti sampai seminggu.   

Akhirnya para shahabat datang lagi kepada Rasulullah SAW dan minta agar hujan dihentikan. Lalu Rasulullah SAW berdoa Allahumma hawalaina wal 'alaina : 

   اللهم حوالينا ولا علينا  

Kurang lebih terjemahannya kira-kira begini : Ya Allah, turunkan saja hujan di sekitar kami tapi jangan turunkan di tengah kota kami (Madinah).   

Maka Allah pun menerima doa itu, hujan tidak turun di kota Madinah tetapi turunnya di luar kota Madinah.   

Saya teringat soal ujian waktu kuliah S-2 dengan dosen KH. DR. Ali Mustafa Ya'qub. MA. Soalnya kurang lebih menanyakan apakah doa Nabi SAW di atas itu relevan buat orang Jakarta?   Jawabannya tentu tidak relevan.   Kenapa? 
 
Sebab banjir di Jakarta itu terjadi bukan semata-mata karena hujan yang turun dari atas ibu kota, tetapi justru yang dahsyat karena adanya kiriman banjir dari puncak dan Bogor.   Jakarta bisa saja cerah bermandikan cahaya matahari, tetapi kiriman banjir dari arah selatan, khususnya pintu air Katulampa di Bogor sana, akan tetap jadi bencana buat Jakarta.   

Kalau doa kita seperti doa Rasulullah SAW di atas itu, yaitu jangan turunkan hujan di atas Jakarta, tapi di luar kota Jakarta (misalnya: Puncak dan bogor), maka Jakarta akan tetap banjir juga.   

Maka dalam memahami hadits perlu adanya ilmu fiqih, biar kita tahu duduk perkara suatu masalah. Tidak boleh begitu saja kita main copy paste teks hadits, padahal tidak relevan.

Misalnya ketika Rasulullah SAW melarang kita buang air menghadap kiblat atau membelakanginya, lalu beliau memerintahkan kita menghadap ke arah Barat atau Timur. 
 
Kalau kita tidak pakai ilmu fiqih, maka pasti kita akan kebingungan sendiri. Karena di dalam satu hadits yang sama, ada perintah sekaligus larangan yang bertentang. Tidak boleh menghadap kiblat tapi disuruh menghadap ke arah Barat. Padahal buat kita, arah kiblat itu pasti ke arah Barat.

Maka dengan ilmu fiqih, kita tahu bahwa perintah Nabi SAW untuk buang air menghadap ke Barat atau ke Timur karena beliau SAW saat itu berada di kota Madinah. Kalau menghadap kiblat, arahnya bukan ke Barat atau ke Timur, tetapi ke arah Selatan. Belajar Hadits itu Berati Harus Belajar Fiqih Juga.
  


Ust. Sarwat
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger