قاَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ؛ إِسْتَنْزِهُوا مِنْ البَوْلِ فَإِنَّ عَامَّةَ عَذَابِ
القَبْرِ مِنْهُ
Waspadailah pada saat buang hajat,
karena siksa kubur banyak terjadi disebabkan buang hajat.
(HR. Daruqutni)
فَإِذاَ قَصَدْتَ بَيْتَ الماَءِ لِقَضاَءِ الحاَجَةِ
فَقَدِّمْ فىِ الدُّخُوْلِ رِجْلَكَ اليُسْرَى وَفىِ الخُرُوْجِ رِجْلَكَ
اليُمْنَى وَلاَتَسْتَصْحِبْ شَيْئاً عَلَيْهِ إِسْمُ اللهِ تَعاَلىَ وَرَسُوْلُهُ
وَلاَتَدْخُلُ حاَسِرَ الرَّأْسِ وَلاَحاَفِىَ القَدَمَيْنِ وَقُلْ عِنْدَ
الدُّخُوْلِ ؛
Apabila anda masuk kamar mandi untuk
buang hajat hendaknya ; (1) Saat masuk dahulukan kaki kiri dan saat keluar
dahulukan kaki kanan. (2) Tidak membawa sesuatu yang mengandung nama Allah dan
RasulNya. (3) Tidak masuk tanpa menutupi kepala, handuk atau peci. (4) Tidak
melepas alas kaki. (5) Saat masuk baca do’a ;
بِاسْمِ اللهِ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الرِّجْسِ النَّجْسِ
المُخْبِيْثِ الشَّيْطاَنِ الرَّجِيْمِ
Dengan menyebut nama Allah, aku
berlindung kepada Allah dari noda najis yang mengotori, syetan yang terkutuk.
(6) Saat keluar baca do’a ;
غُفْراَنَكَ الحَمْدُ ِللهِ الَّذِى أَذْهَبَ عَنِّى
ماَيُؤْذِيْنِى وَأَبْقَى فىِ ماَيَنْفَعُنِى
Aku memohon ampunanMu, segala pujian
ialah milik Allah Yang menghilangkan sesuatu yang menyakiti aku dan Yang
menetapkan sesuatu yang bermanfaat untukku.
وَيَنْبَغِى أَنْ تَعِدَّ النُّبَلَ قَبْلَ قَضاَءِ الحاَجَةِ
وَأَنْ لاَتَسْتَنْجِىَ بِالماَءِ فىِ مَوْضِعِ قَضاَءِ الحاَجَةِ وَأَنْ
تَسْتَبْرِئَ مِنَ البَوْلِ بِالتَّنَحْنُحِ وَالنَّتْرِ ثَلاَثاً وَبِامْراَرِ
اليَدِ اليُسْرَى عَلَى أَسْفَلِ القَضِيْبِ
(7) Hendaknya
mempersiapkan dahulu batu (ketika bersuci dengan batu). (8) Tidak mengarahkan
kencing lurus ke tempat hajat (supaya tidak kembali nembak) (9) Melepas kencing
hingga habis dengan “dehem”, sentil pelan 3 kali atau dengan mengurutkan jari
tangan kiri dari arah bawah batang kelamin.
وَإِنْ كُنْتَ فىِ الصَّحْراَءِ فاَبْعُدْ عَنْ عُيُوْنِ
النَّاظِرِيْنَ وَاسْتَتِرْ بِشَيْءٍ إِنْ وَجَدْتَهُ وَلاَتَكْشِفُ عَوْرَتَكَ
قَبْلَ الإِنْتِهاَءِ إِلىَ مَوْضِعِ الجُلُوْسِ وَلاَتَسْتَقْبِلُ الشَّمْسَ
وَلاَ القَمَرَ وَلاَتَسْتَقْبِلُ القِبْلَةَ وَلاَتَسْتَدْبَرُهاَ وَلاَتَجْلُسُ
فىِ مُتَحَدِّثِ النَّاسِ وَلاَتَبُلُ فىِ الماَءِ الرَّاكِدِ وَتَحْتَ
الشَّجَرَةِ المُثْمِرَةِ وَلاَفىِ الجَحْرِ وَاحْدَرْ الأَرْضَ الصُلْبَةَ
وَمُهِبَّ الرِّيْحِ إِحْتِراَزاً مِنَ الرَّشاَشِ لِقَوْلِهِ T ؛
(10) Apabila
anda berada di luar ruangan, hindari buang hajat dari pandangan orang (11)
Menutupi diri bila menemukan penutup (12) Tidak membuka aurat sebelum sampai
duduk buang hajat (13) Tidak menghadap Matahari dan Bulan (14) Tidak menghadap
kiblat dan membelakanginya (15) Tidak buang hajat di tempat orang kumpul (16)
Tidak buang hajat di air tenang, Tidak dibawah pohon yang berbuah dan Tidak
pada lubang bundar permukaan tanah (17) Waspadai buang hajat mengarah permukaan
keras dan saat angin berhembus agar tidak terkena cipratan, karena berdasar
hadits ;
إِسْتَنْزِهُوا مِنْ البَوْلِ فَإِنَّ
عَامَّةَ عَذَابِ القَبْرِ مِنْهُ
Waspadailah pada saat buang hajat,
karena siksa kubur banyak terjadi disebabkan buang hajat. (HR. Daruqutni)
وَاتِّكَئِ فىِ جُلُوْسِكَ عَلَى الرِجْلِ اليُسْرَى
وَلاَتُبَلِ قاَئِماً إِلاَّعَنْ ضَرُرْرَةٍ وَاجْمَعْ فىِ الإِسْتِنْجاَءِ بَيْنَ
إِسْتِعْماَلِ الحَجَرِ وَالماَءِ فَإِذاَ أَرَدْتَ الإِقْتِصاَرَ عَلَىَ
أَحَدِهِماَ فاَلماَءُ أَفْضَلُ وَإِنِ اقْتَصَرْتَ عَلَى الحَجَرِ فَعَلَيْكَ
أَنْ تَسْتَعْمِلَ ثَلاَثَةَ أَحْجاَرٍ طاَهِرَةٍ مُنْشِفَةٍ لِلْعَيْنِ تَمْسَحُ
بِهاَ مَحَلَ النَّجْوَ بِحَيْثُ لاَتَنْتَقِلُ النَّجاَسَةُ عَنْ مَوْضِعِهاَ
وَكَذَلِكَ تَمْسَحُ القَضِيْبَ فىِ ثَلاَثَةِ مَواَضِعَ مِنْ حَجَرٍ فَإِنْ لَمْ يَحْصُلْ
الإِنْتِقاَءُ بِثَلاَثَةٍ فَتَمِّمْ خَمْسَةً أَوْ سَبْعَةً إِلىَ أَنْ يُنْقِىَ
بِالإِيْتاَرِ فاَلإِيْتاَرُ مُسْتَحَبٌ وَالإِنْقاَءُ واَجِبٌ وَلاَتَسْتَنْجِ
إِلاَّ بِاليَدِ اليُسْرَى وَقُلْ عِنْدَ الفِراَغِ مِنَ الإِسْتِنْجاَءِ ؛
(18) Hendaklah
dengan posisi duduk di atas kaki kiri (19) Tidak kencing sambil berdiri kecuali
darurat (20) Dipadukan antara air dan batu, tapi apabila ingin singkat maka air
lebih utama, dan apabila ingin pakai batu hendaklah dengan tiga butir batu suci
yang dapat mengikis kotoran dengan mengusapkan ke anus dan tidak bercerai
atau “belepotan” . Saat kencing pun sama dengan buang air besar (BAB) yaitu
memakai tiga butir batu (21) Apabila belum bersih dengan tiga batu maka tambah
limat atau sampai tujuh batu sampai bersih, hitungan ganjil adalah sunnah
sedang bersih itu wajib (22) Tidak istinja kecuali dengan tangan kiri, baca
do’a setelah istinja ;
أَللَّـهُمَّ طَهِّرْ قَلْبِى مِنَ النِّفاَقِ وَحَصِّنْ
فَرْجِى مِنَ الفَواَحِشِ
Ya Allah sucikan hatiku dari
munafiq, lindungi farjiku dari keburukan.
وَادْلُكْ يَدَكَ بَعْدَ تَماَمِ الإِسْتِنْجاَءِ بِالأَرْضِ
أَوْ بِحاَئِطٍ ثُمَّ غَسَلَهاَ
(23) Setelah
istinja, tangan bekas menyentuh kotoran gosok pada lantai atau dinding lalu
cuci kembali
Bidayatul Hidayah – Abu Hamid
Al-Ghozali
Muroqil Ubudiyyah – Syekh Nawawi
Al-Bantani
Posting Komentar