Argumentasi pertama : Dari Imam Qatadah mengatakan bahwa pada ayat 55
dalam surat Ali Imran, kata-kata Mutawaffika, Wa Rafiuka, karena
disitu ada kata Wa (dan) itu dikatakan dalam bahasa arab Mutlakul
jam’i, mutlak yang penting sama-sama. Misalnya : Ali dan Amir pergi ke
pasar. Itu bisa Ali lebih dulu atau Amir lebih dulu, atau bisa sama-sama.
Dilihat dari struktur fashehat atau bilaghahnya, penggalan kata2 itu merupakan
struktur yang didahulukan dan dikemudiankan. Asal penggalan itu ialah “Innie
raafiuka Wa Mutawaffika’ (Sesungguhnya Aku akan mengangkatmu kepada-Ku,
kemudian mewafatkanmu). Maka menurut Imam Qatadah pengertiannya
ayat di atas itu, karena lebih dulu diangkat, maka baru nanti meninggal sebelum
hari kiamat.
Argumentasi Ke dua : dari Ali bin Thalhah, dari Imam Ibnu Abbas, beliau
berpendapat bahwa pengertian “Mutawaffika” itu memang mati,
bimakna mumituka, dengan arti mematikanmu. Imam Muhammad bin Ishak
berpendapat bahwa Nabi Isa meninggal dalam tiga jam kemudian di angkat oleh
Allah. Orang-orang Nasrani waktu itu menganggap bahwa Nabi Isa AS atau
yang lebih dikenal dengan Al-Masih Ibnu Maryam telah meninggal dalam
tujuh jam kemudian di hidupkan kembali, makanya dalam tradisi Kristen ada yang
namanya hari besar Kenaikan Isa Al-Masih. Ada yang berpendapat meninggalnya
Nabi Isa itu sampai tiga hari.
Pendapat lain mengatakan ;
“Diwafatkan dari dunia, namun bukan wafat yg berarti mati”. Ada juga yg
berpendapat ; “Mewafatkannya berarti menaikannya”. Mayoritas Ulama berpendapat
bahwa kata “Mutawaffika” bukan meninggal seperti biasa, karena di
dalam al-Qur’an ada kata seperti itu yang artinya tidur. Jadi kata-kata “Mati”
ada juga pengertiannya bukan mati dalam arti lepas nyawa dari jasad untuk
selamanya, tapi “tidur” (lepas-sebentar nyawa dari badan). Yaitu :
tersinyalir dalam ayat yang mengatakan :
وَهُوَ الَّذِيْ يَتَوَفَّكُمْ
بِالَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَاجَرَحْتُمْ بِالنَّهَارِ ثُمَّ يَبْعَثُكُمْ فِيْهِ
لِيُقْضَى اَجَلٌ مُسَمَّى
ثُمَّ اِلَيْهِ مَرْجِعُكُمْ ثُمَّ يُنَبِّئُكُمْ
بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ
Terjemah : “Dan Dialah yang membuat
kamu mati / menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu
kerjakan pada siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk
disempurnakan umur (mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu
kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan”. (QS.
6:60).
“Dan Dialah yang membuat kamu mati (tidur) malam hari dan
mengetahui apa yang kamu kerjakan siang hari….. (Al-An’am 60).
Ini bersesuaian dengan Firman
Alloh dalam Surat Az-zumar 42 :
اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنْفُسَ حِينَ
مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ
فِي مَنَامِهَا فَيُمْسِكُ
الَّتِي قَضَى عَلَيْهَا الْمَوْتَ
وَيُرْسِلُ الْأُخْرَى إِلَى
أَجَلٍ مُسَمًّى
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ
لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Terjemah : Alloh memegang jiwa
(orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu
tidurnya. Maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya
dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya
pada yang demikian itu terdapat tanda2 kekuasaan Alloh bagi kaum yang berfikir.
(Q.S. 39 ; 42).
Sehingga dalam ajaran Islam kalau
baru bangun dari tidur di sunnahkan untuk berdo’a seperti yang senantiasa
dicontohkan Rosululoh SAW :
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ
أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُوْرِ
“Segala puji bagi Allah, yang
membangunkan kami setelah ditidurkan-Nya dan kepada-Nya kami dibangkitkan”. [HR. Al-Bukhari].
Kaum Ahmadiyah menganggap bahwa Nabi
Isa itu mati biasa atau normal.
Untuk menjelaskan labih lanjut
masalah ini, mari kita lihat cerita tentang kejadian yang menimpa Nabi Isa
menurut versi al-Qur an. Di sebutkan dalam al-Qur an :
وَقَوْلِهِمْ اِنَّا
قَتَلْنَاالْمَسِيْحَ عِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُوْلَ اللهِ وَمَا قَتَلُوْهُ
وَمَا صَلَبُوْهُ وَلَكِنْ
شُبِّهَ لَهُمْ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اخْتَلَفُوْا فِيْهِ لَفِيْ
شَكٍّ مِنْهُ مَالَهُمْ مِنْ
عِلْمٍ اِلاَّ اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوْهُ يَقِيْنًا
Terjemah : “ ……dan karena
perkataan mereka : kami telah membunuh Isa Al-Masih putera Maryam. Utusan
Allah, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pulah menyalibnya “
(An-Nisa-157).
Selanjutnya An-Nisa’ ayat 158
menentukan : “Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa
kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
بَل رَّفَعَهُ اللّهُ إِلَيْهِ
وَكَانَ اللّهُ عَزِيزًاحَكِيمًا
Quran Surat An-Nisa’ ayat 157 – 158
tersebut membantah keyakinan orang-orang Yahudi pada waktu peristiwa penyaliban
Yesus tersebut, yang merasa telah berhasil membunuh Nabi Isa Al Masih Ibnu
Maryam Alaihimassalam.
Referensi : Syaikhonie KHR.
Ahmad Ma’mun Abdul Mu’in (Allohummaghfirlahu) Khodim Ponpes An-nadjah ;
AM. Syahrir Rahman, Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Sunan Giri Surabaya.
Lihat Juga Muhtasar Ibnu Katsier,
Jilid 1, hal 520-523, 834-848. ; Tafsier Marrohu Labied ‘Ala Tafsier Munir,
Jilid 1, hal 100-101, 183-184.
Posting Komentar