Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Berharap Mati

Berharap Mati

Dalam mengarungi samudera kehidupan yang penuh dangan cobaan, sering kali seseorang mengalami cobaan dan penderitaan, keputusasaan dan lain sebagainya. Biasanya, di saat seperti itu tanpa disadari orang tersebut berkata, ”…dari pada hidup seperti ini, lebih baik aku mati…”.


Alah SWT telah menjelaskan dalam salah satu firmannya, “…tidak akan Allah bebani sesuatu kepada jiwa seseorang kecuali ia masih mampu menanggungnya..”.


Janganlah sekali-kali mengeluh dengan apa yang diberikan oleh Allah SWT kepadamu wahai saudaraku seiman. Ia yang Maha Pemurah tidak akan membebani sesuatu kepadamu kecuali engkau mampu memikulnya, dan janganlah sekali-kali engkau mengharap kematian guna menyelesaikan kesengsaraan dan cobaan yang menimpamu.


Rasulullah saw bersabda, “Janganlah sekali-kali salah seorang dari kalian mengharap kematian karena kesengsaraan yang menimpanya, dan apabila harus berharap maka berdoalah, “Ya Allah, hidupkanlah aku jika kehidupan adalah yang terbaik bagiku, dan matikanlah aku apabila kematian adalah yang terbaik bagiku….”.


Dalam riwayat lain Anas bin Malik ra meriwayatkan bahwa Baginda saw bersabda, “Janganlah sekali-kali salah seorang dari kalian mengharap kematian, kalau ia seorang yang baik, boleh jadi bertambah kebaikannya, dan jika ia seorang yang jahat, boleh jadi dia bertaubat.”


Ketahuilah, kematian adalah sebuah musibah yang amat sangat besar. Para ulama berkata, “Allah SWT menjadikan kematian sebagai musibah besar.” Begitu juga dalam firman Allah SWT dalam surat Al-Maidah, “Dulu kamu ditimpa musibah (bahaya) kematian. sebab kematian adalah pergantian dari suatu keadaan ke keadaan lain, perpindahan dari suatu tempat tinggal ke tempat tinggal yang lain”.


Kematian adalah musibah dan bencana yang besar, namun musibah yang paling besar dari itu semua adalah kelalaian akan kematian itu sendiri, keengganan untuk mengingat dan merenunggi dan pengabaian terhadap perbuatan amal shalih.


Para ulama sepakat, bahwa kematian adalah sebuah pelajaran bagi mereka yang menjadikan sebagai pelajaran dan merupakan sebuah perenungan bagi mereka yang mau memikirkannya. Oleh karena itu, jika seorang hamba yang disibukkan dengan renungan kematian, niscaya ia tidak akan terperangkap dalam perbuatan dosa.


Dari penjelasan di atas dapat kita pahami bahwa kematian terbagi menjadi dua keadaan, bagi orang yang beriman, maka kematian adalah yang terbaik, karena disitu terjadi pertemuan antara kekasih dengan yang dikasihi sebagaimana diriwayatkan di saat malaikat maut hendak mencabut nyawa Nabi Ibrahim As, Ibrahim berkata, “Pernahkah engkau melihat kekasih mencabut nyawa kekasihnya?”. Malaikat maut kembali kepada Yang Maha Kuasa, dan Allah pun berkata, “Pernahkah engkau melihat kekasih tidak senang bertemu dengan kekasihnya?” Setelah pesan itu disampaikan kepada Nabi Ibrahim As, ia berkata kepada malaikat maut, “Cabutlah nyawaku sekarang!” Dan kematian bagi orang yang lalai dan ahli maksiat, maka itu adalah sebuah malapetaka.


Sebenarnya, tanpa meminta kematian kepada Allah SWT hal tersebut sudah pasti akan datang, Allah SWT berfirman, “Setiap jiwa pasti akan mati”. Kematian datang sesuai dengan kehendak Yang Maha Kuasa.


Diriwayatkan bahwa ketika salah seorang pembantu dari India menemui Nabi Sulaiman, datang malaikat maut yang menyerupai manusia bersilaturahmi melihat kekasih Allah SWT, Sulaiman As. Sepulang malaikat maut , pembantu tersebut bertanya kepada Nabi Sulaiman, “Siapkah dia?”. Nabi Sulaiman menjawabnya, “Ia adalah malaikat maut”.


Mendengar jawaban Nabi Sulaiman, pembantu itu ketakutan dan memohon kepada Nabi Sulaiman agar mengembalikannya ke negri India dengan angin, dan Nabi Sulaiman pun mengabulkannya. Tak lama kemudian malaikat maut menjumpai Nabi Sulaiman dan ia berkata, “Tadinya aku merasa heran, Allah SWT memerintahkanku untuk mencabut nyawa pembantu anda setelah kepulanganku dari tempatmu tadi, dan Ia Yang Maha Kuasa memerintahkanku untuk mencabut nyawa pembantumu di India, sedangkan aku mengetahui bahwa pembantu tersebut ada bersamamu. Namun, ketika aku sampai di India kudapatkan pembantu tersebut berada di sana, sungguh Maha Kuasa Rabbuna Jalla Wa’alla.


Semoga Allah mengakhiri usia kita dalam keadaan husnul khatimah, Aamiin.




Habib Muhammad Syahab
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger