Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan
penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat. Di antara
manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian,”
pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. (QS Al-Baqarah
: 7-8).
Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau
dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau
mereka mengetahui (QS Al-Ankabuut : 64).
Dari kedua ayat tersebut bisa kita simpulkan bahwa banyak
manusia yang beranggapan bahwa yang namanya kehidupan hanya ada di dunia ini,
tidak ada kehidupan yang lain. Orang-orang seperti itu tidak percaya bahwa
setelah mati nanti kita akan bertemu dengan Allah. Sehingga pantas ketika
mereka hidup, yang mereka cari sehari-hari hanyalah kebahagiaan dunia. Namun,
Allah sudah memastikan mereka yang begitu akan masuk neraka.
Apakah kita sadar bahwa kehidupan dunia ini ibarat sebuah
sandiwara? kehidupan ini sama dengan sinetron dengan segala adegannya hanyalah
sebuah akting untuk memenuhi tuntutan cerita. Dalam sinetron, pemain yang
tampil seram mungkin sebenarnya adalah orang yang ramah. Bahkan seorang yang
memerankan tokoh kyai bisa saja seorang non-muslim.
Perspektifnya, dalam hidup, kita melihat banyak orang
berakting. Misalnya tidak sedikit mereka yang masuk golongan manusia elit tapi
justru tergolong pada manusia tikus yang sedang berhias agar terlihat bagus.
Bahkan bisa saja orang yang telah beriman kepada Allah, melakukan shalat,
puasa, dzikir, bahkan sudah naik haji berkali-kali, namun kenyataannya sama
saja dengan orang-orang tadi, yaitu bersifat serakah, rakus, gila harta, hingga
yang namanya korupsi pun jadi hobi.
Terkait dengan hal ini, Allah berfirman, Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu
musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin,
sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan
yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya
mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka
ada-adakan. (QS Al-An'am : 112).
Jadi jelas, bahwa setiap orang bahkan para nabi sekali pun,
selalu dibuntuti setan. Setan itu bisa berbentuk jin, manusia, atau dolar
amerika. Setan pun tidak akan pernah mati.
Kalau pun mau diadu, memang manusia makin lama makin
cerdas, tapi setan bisa lebih cerdas lagi. Manusia mencoba membuka banyak
universitas, tapi universitas buatan setan lebih canggih lagi. Buktinya banyak
lulusan universitas manusia yang berbuat jahat. Silahkan simak sendiri para
koruptor yang sering diberitakan itu, apakah mereka itu orang awam atau lulusan
perguruan tinggi?
Manusia punya bermacam-macam sifat, ada yang bersifat hewan,
setan, atau malaikat. Manusia yang bersifat seperti hewan didominasi sifat
hewan, yaitu rakus akan makanan dan seks. Lalu manusia yang bersifat seperti
setan jelas hobinya berbuat jahat. Baginya tiada hari tanpa kejahatan.
Sedangkan manusia yang bersifat seperti malaikat adalah manusia yang gembira
dan selalu melakukan perbuatan baik. Pertanyaannya, termasuk manusia manakah
bangsa kita saat ini?
Tapi manusia tetaplah manusia yang bisa menjadi apapun.
Tidak ada manusia yang mutlak menjadi seperti hewan, setan, atau malaikat.
Manusia akan berkembang, tergantung pada lingkungan pendidikan dan
pergaulannya. Akibatnya, keimanan manusia berubah. Kadang naik ke puncak, tapi
kadang sampai anjlok.
Lalu bagaimana agar iman kita tidak sampai anjlok?
Rasulullah mengajarkan kita untuk berlindung kepada Allah
setiap kita bertemu situasi yang rentan godaan setan. Misalnya dengan membaca
ayat kursi atau surat Al Falaq. Lalu pada prakteknya, tinggalkan pekerjaan yang
mubazir, kendalikan mata dari pandangan haram, telinga dari suara haram, mulut
dari ucapan dan makanan haram, pikiran dari rencana haram, kendalikan hati,
jauhi segala perbuatan haram.
Dengan kiat-kiat tersebut, maka peluang setan pun akan
tertutup rapat, Insya Allah.
Hendra
Posting Komentar