Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Sunnah Hay'at Dalam Sholat (2)

Sunnah Hay'at Dalam Sholat (2)

6. Membaca satu surat al-Qur’an setelah Fâtihah pada rakaat pertama dan kedua. Kesunnatan membaca surat ini bisa dihasilkan dengan hanya membaca satu ayat asalkan satu ayat tersebut sudah membentuk satu pengertian yang sempurna. Akan tetapi lebih baik membaca satu surat al-Qur’an dengan sempurna, walaupun surat itu pendek seperti surat al-Kautsar. Dan juga disunnatkan surat yang dibaca di rakaat pertama lebih panjang daripada surat yang dibaca di rakaat yang kedua kecuali dalam shalat-shalat tertentu yang terdapat anjuran (masyru’) memanjangkan rakaat yang kedua seperti shalat Jum’at.

Makmum tidak disunnatkan membaca surat dalam shalat jahriyah. Pada saat imam membaca surat, makmum sunnat mendengarkannya. Makruh bagi makmum membaca surat pada saat imam membaca surat dalam shalat jahriyah, bahkan ada pendapat yang menyatakan haram. Namun hal itu, bila makmum mendengar bacaan imam. Jika tidak mendengar seperti tuli atau jaraknya jauh, maka menurut pendapat yang ashah (lebih benar) tetap disunnatkan membaca surat.

7. Takbir intiqâl (takbir perpindahan dari satu rukun kepada rukun yang lain). Yaitu ketika turun untuk rukû‘; turun untuk sujud; bangun dari sujud untuk duduk di antara dua sujud atau untuk duduk tahiyat awal dan tahiyat akhîr.

Bagi imam, sunnat mengeraskan takbirnya.

Permulaan takbir disunnatkan bersamaan dengan awal turun dan naiknya tubuh, dan sunnat memanjangkan takbir sampai sempurnanya rukun yang akan dikerjakansetelahnya. Pemanjangan takbir dilakukan dengan memanjangkan lâm-nya lafal Allâhasal tidak melebihi tujuh alif. Satu alif atau dua harakat.

Takbir juga disunnatkan pada saat akan duduk istirahat. Saat duduk istirahat takbir bisa dipanjangkan lebih dari tujuh alif. Namun Imam al-Ghazali menjelaskan, hendaknya takbirnya dituntaskan sebelum tubuh tegak berdiri (di tengah-tengah berdirinya). Untuk gerakan selebihnya diisi dengan bacaan dzikir sampai berdiri tegak dan bersedekap kembali. Hal itu, agar di dalam shalatnya tidak terjadi kekosongan dari dzikir.

8. Membaca tasbîh tiga kali ketika sujud dan rukû’.

9. Setelah membaca tasbîh saat ruku’ dilanjutkan dengan membaca doa:

اَللَّهُمَّ لَكَ رَكَعْتُ وَبِكَ أَمَنْتُ وَلَكَ أَسْلَمْتُ خَشَعَ لَكَ سَمْعِيْ وَبَصَرِي وَمُخِّي وَعِظَمِي وَعَصَبِيْ وَشَعْرِيْ وَبَشَرِيْ وَمَا اسْتََقَلَتْ بِهِ قَدَمِي   ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ.

Artinya: Maha Suci Engkau Ya Allah Tuhan kami. Dengan memujimu Ya Allah ampunilah aku. Ya Allah kepada-Mu aku rukû‘, kepada-Mu aku percaya, dan kepada-Mu aku pasrah. Tunduk pada-Mu pendengaranku, penglihatanku, sumsumku, tulangku, urat sarafku, rambutku, kulitku. Juga sesuatu yang  menjadi beban semua jasadku. Kepada Allah Tuhan alam semesta.

10. Ketika sujud setelah membaca tasbîh tiga kali, membaca doa:

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى ذَنْبِى كُلَّهُ دِقَّهُ وَجُلَّهُ وَأَوَّلَهُ وَأَخِرَهُ وَعَلاَنِيَتَهُ وَسِرَّهُ الَلَّهُمَّ إِنِّى أَعُوْذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ وَبِعَفْوِكَ مِنْ عُقُوْبَتِكُ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْكَ. لاَ أَحْصَى ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ.

Artinya: Ya Allah ampunilah dosaku seluruhnya, yang kecil dan yang besar, yang pertama dan yang terakhir, yang tampak dan yang tersembunyi. Ya Allah, dengan ridha-Mu aku berlindung dari murka-Mu; dengan ampunan-Mu aku berlindung dari siksa-Mu; dengan-Mu aku berlindung dari-Mu. Puji untuk-Mu tak berbatas. Engkau adalah sebagaimana yang Engkau pujikan terhadap Engkau Sendiri.

11. Meletakkan kedua telapak tangan pada lutut saat rukû’.

12. Mengangkat jari telunjuk tangan kanan saat membaca lafal Illâllâh dalam syahadat ketika membaca doa tasyahhud dan membiarkan terangkat hingga tuntas bacaan tasyahhud awal-nya dan hingga salam dalam tasyahhud akhir. Posisi jari telunjuk terangkat tidak terlalu lurus dan dihadapkan ke arah kiblat dan sejak awal duduk tasyahhud, tangan kanannya sudah menggenggam seluruh jari-jari selain telunjuk.

13. Mengarahkan pandangan mata ke tempat sujud, kecuali ketika mengangkat jari telunjuk dalam tasyahhud, maka pandangan dialihkan ke jari telunjuk.

14. Menfokuskan pandangan mata pada jari telunjuk yang sedang terangkat hingga akhir bacaan tasyahhud awalnya atau hingga salam dalam tasyahud akhir.

15. Duduk iftirâsy dalam setiap duduk selain tahiyat akhîr. Yaitu: 1) duduk di antara dua sujud; 2) tahiyat awal; 3) duduk istirahat; 4) duduk tahiyat akhir yang diiringi sujud sahwi. Duduk iftirâsy adalah duduk di atas mata kaki kiri, sedangkan telapak kaki kanan ditegakkan, dan sebagaian ujung jari-jari kaki ditekuk dihadapkan ke arah kiblat.  

16. Duduk tawarruk ketika duduk tasyahhud akhîr. 

17. Mengucapkan salam yang kedua dan memisah (memberi jarak waktu) antara salam kedua dengan salam pertama. Lamanya kira-kira kadar waktu bacaansubhânallâh.

18. Duduk istirahat setelah sujud kedua di rakaat pertama dan ketiga (ketika akan berdiri untuk rakaat ketiga dan keempat).

Duduk istirahat tidak disunnatkan: 1) ketika bangun dari sujud tilâwah; 2) bagi orang yang shalat duduk; 3) di rakaat ke empat dan di rakaat yang kedua jika ingin mengerjakan tasyahhud awal. Tapi kalau tidak mengerjakan tasyahud awal, maka  tetap sunnat duduk istirahat.

Duduk istirahat lebih utama dilakukan dalam waktu sebentar, menurut Imam Ibn Hajar, lamanya tidak melebihi duduk di antara dua sujud. Lebih baik lagi, lamanya tidak melebihi  thuma’nînah.

19. Menyangga tubuh dengan kedua tangan ketika akan berdiri, baik dari tahiyat awal atau duduk istirahat.

20. Menoleh ke kanan dan ke kiri saat salam. Menoleh ke arah kanan bersamaan dengan kalimat "warahmatullâh". Ukurannya, sekiranya pipi kanannya terlihat oleh orang yang ada di belakangnya. Lalu, wajah menghadap kiblat kembali dan membaca salam kedua. Kemudian menoleh ke kiri bersamaan dengan kalimat "warahmatullâh" yang sekiranya pipi kirinya terlihat oleh orang yang ada dibelakangnya.



Sumber: Buku Shalat itu Indah dan Mudah (Buku Tuntunan Shalat), Diterbitkan oleh Pustaka SIDOGIRI Pondok Pesantren Sidogiri
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger