Setiap puasa yang dilakukan sesuai dengan hukum syara’ yang tidak ada
tuntunan pelaksaannya, masuk
dalam kategori puasa sunah mutlak, dan niatnya adalah puasa mutlak.
أسنى المطالب - (ج 5 / ص
281)
( وَتَكْفِي نِيَّةٌ مُطْلَقَةٌ فِي النَّفْلِ الْمُطْلَق ِ ) كَمَا فِي نَظِيرِهِ مِنْ
الصَّلَاةِ ( وَلَوْ قَبْلَ
الزَّوَالِ لَا بَعْدَهُ ) {
لِأَنَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
لِعَائِشَة َ يَوْمًا هَلْ
عِنْدَكُمْ مِنْ غَدَاءٍ قَالَتْ
لَا قَالَ فَإِنِّي إذًا أَصُومُ قَالَتْ وَقَالَ لِي يَوْمًا آخَرَ
أَعِنْدَكُ مْ شَيْءٌ قُلْت نَعَمْ
قَالَ إذًا أُفْطِرُ وَإِنْ كُنْت فَرَضْت الصَّوْمَ } رَوَاهُ
الدَّارَقُ طْنِيُّ وَصَحَّحَ
إسْنَادَهُ
“Dalam puasa sunah mutlak (yang tidak terkait dengan puasa wajib
dan sunah), cara niatnya cukup dengan niat yang mutlak (umum),
sebagaiman a niat pada salat
sunah mutlak. Meskipun letak niatnya sebelum dzuhur dan tidak boleh setelah
dzuhur.
Karena Rasulullah SAW
suatu hari berkata pada Aisyah: “Apa ada sarapan pagi?” Aisyah menjawab: “Tidak
ada.” Nabi berkata: “Kalau begitu saya puasa.” Aisyah
menyebutka n: Suatu hari yang
lain Nabi bertanya pada saya: “Apa ada sarapan pagi? Saya
menjawab:“ Ada.” Nabi
berkata:“K alau begitu saya tidak
puasa, meski saya perkirakan
berpuasa.”
Sebagaimana sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Imam An Nasa'i, dan Imam At Tirmidzi yang berbunyi:
دخل علي النبي صلى الله عليه وسلم ذات يوم فقال: «هل عندكم شيء؟ فقلنا: لا، قال: «فإني إذن صائم
“Suatu hari, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menemui
kami, dan bertanya, ‘Apakah kalian punya makanan?‘ Kami menjawab,
‘Tidak.’ Kemudian beliau bersabda: “Kalau begitu, saya akan puasa"
Lantas, bolehkah berpuasa 24 jam penuh (wishal)??
Puasa wishal 24 jam tidak termasuk puasa wishal yang dilarang
oleh Rasullah SAW, karena puasa wishal yang dilarang adalah berpuasa selama 2
hari (48 jam), sebagaimana riwayat berikut ini:
المجموع - (ج 6 / ص 357-359)
وعن ابي سعيد الخدرى انه سمع النبي صلي الله عليه وسلم يقول " لا تواصلوا فأيكم
ارد ان يواصل فليواصل إلى السحر قالوا فانك تواصل يارسول الله قال إنى لست كهيأتكم
اني ابيت لى مطعم يطعمنى وساق يسقيني " رواه البخاري
قال أصحابنا وحقيقة الوصال المنهي عنه أن يصوم يومين فصاعدا ولا يتناول في
الليل شيئا لا ماء ولا مأكولا فان أكل شيئا يسيرا أو شرب فليس وصالا وكذا إن أخر
الاكل الي السحر لمقصود صحيح أو غيره فليس بوصال وممن صرح بأن الوصال أن لا يأكل
ولا يشرب ويزول الوصال بأكل أو شرب وان قل صاحب الحاوى وسليم الرازي والقاضى أبو
الطيب وامام الحرمين والشيخ نصر والمتولي وصاحب العدة وصاحب البيان وخلائق لا يحصون
من اصحابنا
“Rasul bersabda: Janganlah kalian melakukan puasa wishal.
Barangsiap a diantara kalian
ingin melakukan wishal, maka lakukanlah hingga waktu sahur (sehari semalam). Para sahabat
bertanya: Anda juga melakukan wishal, wahai Rasul? Rasul menjawab: Saya tidak
sama dengan kalian. Di saat malam, ada yang memberi makan dan minum kepada
saya.” (HR Bukhari)
Para ulama madzhab Syafii menjelaska n bahwa hakikat puasa wishal yang dilarang adalah
puasa dua hari atau lebih tanpa mengkonsum si makanan dan minuman. Jika seseorang
mengkonsum si makanan atau
minuman sedikit saja, maka tidak disebut wishal. Diantara ulama yang
menjelaska n bentuk puasa wishal
seperti definisi ini adalah Al Mawardi, Salim Al Razi, Qadhi Abu Thayyib, Imam
Haramain dan lain lain.
اسعاد الرفيق 2- 14
ومنها اى معاصى البدن الوصال فى الصوم ولو نفلا للنهى عنه وفسره فى المجموع
نقلا عن الجمهور بان يصوم يومين فاكثر من غير تناول مطعوم عمدا بلاعذر ...الى ان
قال... قال الرويانى ولو فعل الوصال لا على قصد التقرب به لم يأثم كما فى الفتح
واصله .
“Diantara perbuatan
maksiat tubuh adalah puasa wishal meskipun untuk puasa sunah. Sebab
Rasulullah melarang jenis puasa
seperti ini. Sebagaiman a
diterangka n oleh Imam Nawawi
dalam kitab Majmu’nya, puasa
wishal adalah puasa selama dua hari atau lebih tanpa mengkonsum si makanan secara sengaja dan tanpa udzur.
Imam Ruyani mengatakan
Pustaka Ilmu Sunniyyah Salafiyah (PISS-KTB)
Posting Komentar