Dalam kitab Fiqhus Sirah,
Imam Muslim meriwayatkan bahwa sewaktu Perang Badar, Rasulullah SAW berdoa di
dalam kemah. Rasulullah berdoa dengan penuh khusyuk dan merendah diri seraya
menengadahkan kedua telapak tangannya ke langit memohon supaya diberi kekuatan
untuk mengalahkan musuh.
Di antara doa yang beliau ucapkan adalah: ”Ya Allah, kalau
pasukan kaum Muslimin ini sampai binasa, maka Engkau tidak akan disembah lagi
oleh manusia di muka bumi ini.” Kemudian beliau memperkeras suaranya, ”Ya
Allah, tunaikanlah janji yang telah Engkau berikan kepadaku, ya Allah
pertolongan-Mu ya Allah!”
Beliau mengangkat kedua belah tangannya sedemikian tinggi
hingga burdahnya jatuh dari pundaknya tanpa disadarinya, sehingga Abu Bakar
menyampirkan kembali burdah itu di atas pundak beliau seraya berkata dengan
perasaan haru, ”Ya Rasulallah, kurangilah kesedihan Anda dalam berdoa kepada
Allah! Allah pasti akan memenuhi janji yang telah diberikan kepada Anda!”
Di tengah begitu banyaknya musibah dan bencana yang menerpa
dan mendera bangsa Indonesia saat ini, baik itu berupa krisis ekonomi, politik,
hukum, dan moral, serta bencana alam berupa banjir, kebakaran hutan, kemarau
panjang, pertumpahan darah di banyak wilayah negeri ini, serta musibah-musibah
lainnya, kisah di atas selayaknya dapat memberikan pelajaran kepada kita.
Doa itu senjata dan kekuatan orang beriman (HR Al-Hakim
dari Ali bin Abi Thalib). Ibnu Qayyim mengatakan, ”Jika perisai doamu lebih
kuat dari musibah maka ini akan menolaknya, tetapi jika musibah lebih kuat dari
perisai doamu, maka ia akan menimpamu, namun doa itu sedikitnya tetap akan
mengurangi efeknya. Dan jika perisai doamu seimbang dengan kekuatan musibah,
maka keduanya akan bertarung.”
Tak ada gunanya waspada menghadapi takdir, namun doa
bermanfaat menghadapi takdir sebelum dan sesudah ia turun dan sesungguhnya
ketika musibah itu ditakdirkan turun dari langit maka ia akan segera disambut
oleh doa di bumi lalu keduanya bertarung sampai hari kiamat (HR Ahmad, al-Hakim
dan Thabarani).
Begitulah kekuatan doa, ketika segala daya dan upaya telah
kita lakukan untuk mengatasi berbagai macam persoalan kehidupan, maka sudah
selayaknya kita tetap berdoa kepada Allah SWT. Ketika seorang sahabat
Rasulullah selalu langsung meninggalkan masjid setelah selesai shalat tanpa
berdoa, Nabi pun menegurnya dengan pertanyaan, ”Apakah kamu sama sekali tidak
mempunyai kebutuhan kepada Allah?” Sahabat itu pun terperanjat dan mulai
memahami arti doa, maka setelah itu ia pun rajin berdoa kepada Allah. ”Bahkan,”
katanya di kemudian hari, ”garam pun kuminta kepada Allah SWT.”
Marilah kita berdoa, sebagaimana yang diperintahkan di
dalam firman-Nya, ”Dan Tuhanmu berkata, ‘berdoalah kepada-Ku niscaya akan
Kupenuhi permintaanmu’.” (QS Al Ghafir ayat 60).
M. Abdul Aziz
Posting Komentar