17. Jika ada orang yang coba mengusik
lebah, menggangu ketenangan dan kehidupannya dengan mempermainkan atau merusak
sarangnya, lebah pasti tidak akan tinggal diam. Ia pasti akan menyengat orang
usil itu. Sebaliknya, jika seseorang berdamai dengan lebah, tidak mengusik
ketenangannya, dan tidak mengganggu kehidupannya, maka lebah pun tidak akan
berbuat apa-apa terhadapnya. Seperti itu pula watak, perilaku, dan sikap
seorang mukmin. Terhadap orang yang meredam kemungkaran, tidak menunjukkan
kemunafikan, dan tidak mempertontonkan kejahatan, ia tidak akan memata-matai atau
menelisik jejaknya. Terhadap orang yang sebaliknya, ia akan mengingatkan dengan
lisan dan mencegah dengan tangan (kekuasaan).
18. Lebah, kita lihat, selalu terbang di
taman-taman bunga dan mengitari tempat-tempat yang wangi di pinggir-pinggir
sungai atau di warung-warung yang menjual makanan manis. Demikian pula halnya
dengan seorang mukmin. Engkau akan melihatnya selalu berada di majelis-majelis
ilmu dan zikir serta di rumah para ulama, ahli hikmah, dan ahli makrifat yang
berzuhud.
19. Lebah, bila hinggap di atas sekuntum
bunga, tidak akan beranjak sebelum benar-benar kenyang mengisap sari bunga. Ia
lebih memilih mati di taman bunga daripada pulang sebelum memperoleh apa yang
dicarinya. Seperti itu pulalah seorang mukmin. Ketika mereguk manisnya takarub
dengan Tuhan dan bertemu dengan seorang ahli hikmah, ulama yang memberinya
nasihat agama, atau ahli makrifat yang menceritakan pengalaman rohani, ia akan
merasa betah bersama mereka. Ketika melakukan amal saleh pun, ia enggan
berhenti sampai kematian menghentikannya.
20. Di musim semi dan musim panas lebah
memindahkan cadangan makanannya dari luar ke dalam sarang hingga penuh,
sedangkan ia sendiri tinggal di luar sarang. Di musim dingin, ia masuk ke
sarangnya dan berdiam di dalamnya sambil menata kembali tata ruang sarang.
Demikian pula seorang mukmin. Di musim semi dan musim panas ia bekerja untuk
memenuhi keperluan pangannya dan kebutuhan keluarganya yang bersifat primer.
Begitu masuk musim dingin, ia segera mendatangi majelis-majelis ilmu dan zikir,
mengunjungi para ahli ilmu dan ahli hikmah, beriktikaf di masjid, serta giat
beribadah, mengevaluasi diri, dan menata kembali amal-amalnya.
21. Lebah makan dari hasil kerja kerasnya
sendiri dan memberi yang lain dari jerih payahnya sendiri. Ia tidak pernah
mengganggu milik hewan lain, bahkan matanya tidak pernah melirik sesuatu yang
bukan miliknya. Seperti itu jugalah seorang mukmin. Ia makan dari usahanya
sendiri, memberi orang lain dari hasil kerjanya sendiri, dan tidak pernah
meminta-minta kepada orang lain betapapun butuhnya.
22. Ketika di dalam sarangnya tidak ada
sesuatu yang bisa dimakan, lebah tidak akan masuk ke sarang lebah yang lain
untuk mencari makanan. Jika di dalam sarangnya ada sesuatu yang bisa dimakan,
ia makan. Jika tidak, ia pun menahan lapar. Demikian pula seorang mukmin.
Betapapun ia membutuhkan bahan makanan, ia tidak akan mendatangi rumah orang
untuk meminta-minta. Ia tidak akan berani mengambil milik orang lain dengan
cara paksa atau lewat kekerasan, betapapun sulitnya ia mendapatkan bahan
pangan. Jika ada orang yang memberi dengan suka rela, tanpa unsur pemaksaan,
barulah ia menerima. Jika tidak, ia pun menahan lapar.
23. Lebah tidak bekerja berdasarkan
pendapat sendiri atau menurut keinginan pribadi, melainkan berdasarkan petunjuk
sang pemimpin. Ia hanya mengikuti apa yang telah digariskan oleh sang raja dan
tidak keluar dari aturannya. Demikian juga seorang mukmin. Ia tidak beramal
berdasarkan nalarnya sendiri atau menurut selera pribadinya, melainkan
mengikuti imam dan ulama tepercaya.
24. Lebah tidak akan melaksanakan
pekerjaannya sebelum menutup pintu sarangnya. Selagi masih ada celah, lubang,
atau kebocoran dalam dinding sarangnya, ia terlebih dahulu memperbaikinya
sebelum menggarap pekerjaannya. Begitu jugalah seorang mukmin. Ia tidak
merasakan manisnya ibadah dan giatnya amal kecuali dalam kondisi tertutup
ketika tidak ada yang melihatnya kecuali Allah SWT. atau, paling-paling,
anggota keluarganya. Amal yang dilihat oleh anggota keluarga ketika berada di
rumah atau oleh teman ketika berada dalam perjalanan, tidak mengurangi nilai
ikhlas.
Dikutip oleh PISS-KTB dari Kitab Qut al Qulub
Posting Komentar