Allah SWT Berfirman, “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan
berendah diri dan dalam kerahasiaan.” (Q.s. A-A’raf. 55). “Berdoalah kepada-Ku,
niscaya akan Kuperkenankan bagimu. “(Q.s. Al-Mu’min: 60).
Rasulullah SAW telah bersabda, “Doa adalah inti ibadat.”
(H.r. Tirmidzi, dari Anas bin Malik).
Sahl bin Abdullah menuturkan, “Allah SWT menciptakan makhluk
dan berfirman, ‘Percayakanlah rahasia-rahasiamu kepada-Ku. Kalau tidak, maka
melihatlah kepada-Ku. Kalau tidak, maka dengarkanlah Aku. Kalau tidak, maka
menunggulah di depan pintu-Ku. Jika tak satu pun dari ini semua yang engkau
lakukan, katakanlah kepada-Ku apa kebutuhan-Mu’.”
Sahl juga berkata, “Doa yang paling dekat untuk dikabulkan
adalah doa seketika,” yang maksudnya adalah doa yang terpaksa dipanjatkan oleh
seseorang dikarenakan kebutuhannya yang mendesak terhadap apa yang didoakannya.
Orang berbeda pendapat mengenai mana yang lebih baik Berdoa
ataukah berdiam diri dan bersikap ridha. Di antara mereka ada sebagian yang
berkata, “Doa itu sendiri adalah ibadat, sebab Nabi SAW telah bersabda, ‘Doa
adalah otak ibadat.’ Adalah lebih balk melaksanakan apa pun yang merupakan amal
ibadat daripada melewatkannya. Disamping itu, berdoa adalah hak Tuhan atas
manusia. Kalaupun Dia tidak mengabulkan doa si hamba dan si hamba tidak
memperoleh manfaat dengan doanya, namun sang hamba telah melaksanakan hak
Tuhannya, sebab doa adalah ungkapan lahiriah kebutuhan penghambaan.”
Abu Hazim al-A’raj berkata, “Dihalangi berdoa adalah lebih menyedihkan hatiku daripada terhalangi untuk tidak dikabulkan.”
Abu Hazim al-A’raj berkata, “Dihalangi berdoa adalah lebih menyedihkan hatiku daripada terhalangi untuk tidak dikabulkan.”
Ijabah atau
dikabulkannya do’a, merupakan janji Alloh yang pasti terjadi. Sebenarnya bagi
orang yang berdo’a, pelaksanaan do’a itulah yang penting. Soal Ijabah, “iku
dudu penggaweane menungso” (itu bukan wewenang manusia). Ijabah, terkabulnya
do’a, “iku penggaweane Alloh” (itu wewengnya Alloh). Akan diberikan dalam
bentuk apa ijabah itu, dan akan diberikan kapan ijabah itu, itu seluruhnya
wewenang Alloh SWT Kita harus bisa mengurai apa tugas hamba dan apa wewenang
Alloh.
Jika berpikir tentang pemberian Alloh, janganlah dibatasi, jangan terjebak soal bentuk formal, karena bentuk formal berupa uang, itu yang akan “qodkhan bi basyrotika”. Akan membuat mata batin cacat. Artinya tidak sempurna. Mata batin yang seharusnya bisa melihat sesuatu dengan luas, karena cacat menjadi terbatas.
Yang lebih berbahaya jika sampai mencurigai Alloh, tidak percaya dengan janji Alloh, bahkan menuduh Alloh tidak punya kasih sayang. Menuduh Alloh tidak mampu merubah nasib. Terkadang sampai menvonis, “Gusti Alloh ki wes ora kudu ngowahi nasibku, awit cilik kok sampe sak mene tuweke panggah dadi wong mlarat” (sepertinya Alloh tidak akan pernah mau merubah nasibku, dari kecil sampai tua begini kok tetap menjadi orang miskin).
Secara tidak sadar dia menvonis Alloh, seolah-olah Alloh tidak mampu merubah nasibnya, kalau sudah sampai ketingkat itu, cahaya hati dan iman sudah padam.
Resiko yang kedua, kalau sampai ragu-ragu lalu muncul tuduhan-tuduhan yang tidak enak terhadap Alloh, maka akan menjadi resiko yang kedua, yaitu memadamnya jiwa keimanan kita.
Jika berpikir tentang pemberian Alloh, janganlah dibatasi, jangan terjebak soal bentuk formal, karena bentuk formal berupa uang, itu yang akan “qodkhan bi basyrotika”. Akan membuat mata batin cacat. Artinya tidak sempurna. Mata batin yang seharusnya bisa melihat sesuatu dengan luas, karena cacat menjadi terbatas.
Yang lebih berbahaya jika sampai mencurigai Alloh, tidak percaya dengan janji Alloh, bahkan menuduh Alloh tidak punya kasih sayang. Menuduh Alloh tidak mampu merubah nasib. Terkadang sampai menvonis, “Gusti Alloh ki wes ora kudu ngowahi nasibku, awit cilik kok sampe sak mene tuweke panggah dadi wong mlarat” (sepertinya Alloh tidak akan pernah mau merubah nasibku, dari kecil sampai tua begini kok tetap menjadi orang miskin).
Secara tidak sadar dia menvonis Alloh, seolah-olah Alloh tidak mampu merubah nasibnya, kalau sudah sampai ketingkat itu, cahaya hati dan iman sudah padam.
Resiko yang kedua, kalau sampai ragu-ragu lalu muncul tuduhan-tuduhan yang tidak enak terhadap Alloh, maka akan menjadi resiko yang kedua, yaitu memadamnya jiwa keimanan kita.
Penulis berasal dari Ponpes
Subulus Salam
Posting Komentar