Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Doa dan Ijabah

Doa dan Ijabah

Allah SWT Berfirman, “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan dalam kerahasiaan.” (Q.s. A-A’raf. 55). “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. “(Q.s. Al-Mu’min: 60).


Rasulullah SAW telah bersabda, “Doa adalah inti ibadat.” (H.r. Tirmidzi, dari Anas bin Malik).


Sahl bin Abdullah menuturkan, “Allah SWT menciptakan makhluk dan berfirman, ‘Percayakanlah rahasia-rahasiamu kepada-Ku. Kalau tidak, maka melihatlah kepada-Ku. Kalau tidak, maka dengarkanlah Aku. Kalau tidak, maka menunggulah di depan pintu-Ku. Jika tak satu pun dari ini semua yang engkau lakukan, katakanlah kepada-Ku apa kebutuhan-Mu’.”


Sahl juga berkata, “Doa yang paling dekat untuk dikabulkan adalah doa seketika,” yang maksudnya adalah doa yang terpaksa dipanjatkan oleh seseorang dikarenakan kebutuhannya yang mendesak terhadap apa yang didoakannya.


Orang berbeda pendapat mengenai mana yang lebih baik Berdoa ataukah berdiam diri dan bersikap ridha. Di antara mereka ada sebagian yang berkata, “Doa itu sendiri adalah ibadat, sebab Nabi SAW telah bersabda, ‘Doa adalah otak ibadat.’ Adalah lebih balk melaksanakan apa pun yang merupakan amal ibadat daripada melewatkannya. Disamping itu, berdoa adalah hak Tuhan atas manusia. Kalaupun Dia tidak mengabulkan doa si hamba dan si hamba tidak memperoleh manfaat dengan doanya, namun sang hamba telah melaksanakan hak Tuhannya, sebab doa adalah ungkapan lahiriah kebutuhan penghambaan.”
 

Abu Hazim al-A’raj berkata, “Dihalangi berdoa adalah lebih menyedihkan hatiku daripada terhalangi untuk tidak dikabulkan.”


Ijabah atau dikabulkannya do’a, merupakan janji Alloh yang pasti terjadi. Sebenarnya bagi orang yang berdo’a, pelaksanaan do’a itulah yang penting. Soal Ijabah, “iku dudu penggaweane menungso” (itu bukan wewenang manusia). Ijabah, terkabulnya do’a, “iku penggaweane Alloh” (itu wewengnya Alloh). Akan diberikan dalam bentuk apa ijabah itu, dan akan diberikan kapan ijabah itu, itu seluruhnya wewenang Alloh SWT Kita harus bisa mengurai apa tugas hamba dan apa wewenang Alloh.
 
Jika berpikir tentang pemberian Alloh, janganlah dibatasi, jangan terjebak soal bentuk formal, karena bentuk formal berupa uang, itu yang akan “qodkhan bi basyrotika”. Akan membuat mata batin cacat. Artinya tidak sempurna. Mata batin yang seharusnya bisa melihat sesuatu dengan luas, karena cacat menjadi terbatas.
 
Yang lebih berbahaya jika sampai mencurigai Alloh, tidak percaya dengan janji Alloh, bahkan menuduh Alloh tidak punya kasih sayang. Menuduh Alloh tidak mampu merubah nasib.  Terkadang sampai menvonis, “Gusti Alloh ki wes ora kudu ngowahi nasibku, awit cilik kok sampe sak mene tuweke panggah dadi wong mlarat” (sepertinya Alloh tidak akan pernah mau merubah nasibku, dari kecil sampai tua begini kok tetap menjadi orang miskin).
 
Secara tidak sadar dia menvonis Alloh, seolah-olah Alloh tidak mampu merubah nasibnya, kalau sudah sampai ketingkat itu, cahaya hati dan iman sudah padam.
 
Resiko yang kedua, kalau sampai ragu-ragu lalu muncul tuduhan-tuduhan yang tidak enak terhadap Alloh, maka akan menjadi resiko yang kedua, yaitu memadamnya jiwa keimanan kita.




Penulis berasal dari Ponpes Subulus Salam
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger