Rasul SAW bersabda sebagaimana ucapan Sayyidatuna Aisyah radiyallahu anha
bahwa Rasul kemudian bersabda “khudzuu minal amal ma tuthiqun” ambillah dari
amal pahala itu semampu kalian. Bila mampu 1 bulan penuh berpuasa di bulan
sya’ban, berpuasalah. Bila tidak mampu ambillah semampunya, 1 hari, 2 hari,
berapa pun semampunya ambillah semampunya hal – hal yang sunnah hingga usia
kita dan jasad kita menyaksikan lewatnya hari – hari kita didalam sunnah
Muhammad Rasulullah SAW.
“Innallaha la yamillu
hatta tamilluu” sungguh Allah tiada akan pernah bosan sampai kalian sendiri
yang bosan. Maksudnya apa?
Kalau kita tidak bosan – bosannya maka hal itu
baik. Tetapi Allah Maha Tidak Mungkin bosan.manusia bisa sampai pada sifat
bosan, namun Allah tidak ada padanya sifat bosan. Menunjukkan setiap pendosa
yang selalu bertaubat, Allah tidak akan bosan menerima taubatnya. Setiap orang
yang bersalah memohon maaf kepada Allah, Allah tidak akan bosan memaafkannya.
Setiap hamba yang berdoa siang dan malam, Allah tidak akan bosan mendengar
doanya. Hamba yang beribadah siang dan malam, Allah tiada akan pernah bosan
untuk menerima ibadah hamba-Nya. Manusia memiliki sifat bosan. Kita berharap kepada Allah agar Allah membenahi kita untuk
tidak bosan beribadah, untuk tidak bosan bertaubat, untuk tidak bosan membenahi
diri kita.
Rasul SAW bersabda “ahabbusshalat ilannabiy
shallallahu alaihi wa sallam ma duwima alaihi” amal yang paling dicintai oleh
Sang Nabi SAW adalah shalat sunnah yang dikerjakan berkesinambungan. Bahwa
Rasul itu kalau melakukan suatu shalat sunnah, tidak lagi meninggalkannya.
Sering bisikan syaitan membisikkan telinga kita untuk tidak banyak beramal. Jangan
banyak – banyak beramal, nanti kau tidak bisa mendawamkannya. Sungguh
itu bisikan syaitan, kita layaknya mengambil amal yang semampunya, seringannya
untuk tidak kita tinggalkan dan boleh menambahkan amal sebanyak – banyaknya di
waktu senggang kita, walaupun sering tertinggalkan tapi lebih baik daripada
tidak sama sekali. Tetapi ada amal – amal yang sangat ringan, yang selalu kau
jaga, yang tidak pernah kau tinggalkan baik dalam keadaan safar atau dalam
keadaan di rumah, dalam kesibukkan kerja, dalam keadaan sakit, tetap
dikerjakan. Ada yang menjaga shalwat kepada Nabi SAW yaitu 100X setiap harinya,
shalawat 100X tidak akan makan waktu 10 menit dari 24 jam. Tidak sempat pagi,
siang, sore, maghrib, isya, subuh, lewat 1 hari 1 malam, bisa di qadha esoknya.
“Ahabbusshalat ilannabiy shallallahu alaihi wa sallam ma duwima alaihi”
amal yang paling dicintai oleh Sang Nabi SAW adalah shalat sunnah yang
dikerjakan berkesinambungan. Kita mempunyai waktu 24 jam, lihatlah mana
waktu yang paling senggang pada hari – harimu. Saya lebih santai di waktu
maghrib, ambil 2 rakaat ba’diyah Isya, saya tidak punya waktu shalat sunnah
qabliyah - ba’diyah, shalat fardhu saja curi – curi waktu karena sibuk bekerja,
ambil 2 rakaat saja, barangkali qabliyah subuh 2 rakaat atau ba’diyah maghrib 2
rakaat. Waktu yang jelas engkau disitu tidak sibuk, ambil 2 rakaat saja. 2
rakaat dulu jangan ditinggalkan, kalau ada waktu boleh qabliyah dhuhur 4
rakaat, ba’diyah dhuhur 4 rakaat, qabliyah ashar 4 rakaat, maghrib tambah
awwabin 6 rakaat, qabliyah isya 4 rakaat, ba’diyah isya 4 rakaat, boleh
ditambah tapi punya 1 waktu yang tidak kita tinggalkan dari hal yang sunnah
Nabi Muhammad SAW. Yang 2 rakaat jangan tinggalkan, yang lainnya di saat
senggang, lakukan atau disaat kita sibuk bisa kita tinggalkan karena hal itu
sunnah. Tetapi ada amal – amal yang kita pegang walaupun hal itu ringan tapi
itu tidak kita tinggalkan sebagai pencapaian cinta Nabi Muhammad SAW yang pasti
padanya kecintaan Allah Swt.
“Wa kana idza shalla shallalah dawama alaiha” Rasul SAW itu kalau sudah
melakukan 1 shalat sunnah, tidak meninggalkannya. Sebagaimana riwayat
Shahih Bukhari, Rasul SAW melakukan shalat witir dan tidak pernah
meninggalkannya. Dimanapun beliau SAW berada bahkan disaat safar beliau
melakukan shalat witir di atas kendaraannya. Shalat sunnah itu, kalau
kita di dalam perjalanan tidak wajib menghadap kiblat, bisa ke Barat,
Timur, kemana saja arahnya kendaraan kita, boleh kita melakukan shalat padanya,
bisa berdiri, bisa duduk. Demikian didalam shalat sunnah. Kalau shalat yang
fardhu tentunya harus menghadap kiblat.
Demikian ringan dan mudahnya Nabi SAW mengajarkan kepada kita, maka kita sudah berada di akhir bulan Rajab untuk membenahi kehidupan dan hari – hari kita sebaik - baiknya, membenahi jiwa kita sebaik – baiknya, mempersiapkan diri masuk ke bulan sya’ban dengan kemuliaan, mempersiapkan diri sampai ke gerbang Ramadhan dengan seindah – indah keadaan.
Habib Munzir Al Musawwa
Posting Komentar