Ternyata untuk selanjutnya perkembangan kata hizib dalam tradisi thariqah
atau yang berkembang di pesantren adalah untuk “menandai” sebuah bacaan-bacaan
tertentu. Misalnya hizib yang dibaca hari jum’at; yang dimaksud adalah
wirid-wirid tertentu yang dibaca hari jum’at. Untuk selanjutnya, makna hizib
adalah wirid itu sendiri. Atau juga bisa bermakna munajat, ada hizib Ghazaly,
Hizib Bukhori, Hizib Nawawi, Hizib Bahri, Hizib Syeikh Abdul Qadir Jailani,
Ratib Al-Ahdad, yang masing-masing memiliki sejarah sendiri-sendiri. Hizib
adalah himpunan sejumlah ayat-ayat Al-Qur’anul karim dan untaian
kalimat-kalimat zikir dan do’a yang lazim diwiridkan atau diucapkan
berulang-ulang sebagai salah satu bentuk ibadah untuk mendekatkan diri kepada
Allah SWT.
As Syaikh Abul Hasan Asy Syadzily terkenal sebagai seorang yang memiliki
banyak rangkaian doa yang halus dan indah, disamping kekayaan berupa khazanah
hizib-hizibnya. Salah satu hizib beliau yang terkenal sejak dulu hingga
sekarang adalah hizib Bahr dan hizib Nashor. Kedua hizib tersebut banyak
diamalkan oleh kaum muslimin diseluruh dunia, terlebih ulama-ulama besar, kendati
sebagian dari mereka tidak mengikuti thoriqot asy syaikh.
Hizib Bahr adalah hizib yang di terima Syaikh Abu Hasan asy Syadzili
langsung dari Rasulullah SAW berkaitan dengan lautan yang tidak ada anginnya.
Sejarah diterima hizib bahri adalah sebagai berikut :
Pada waktu itu asy syaikh Abul Hasan Asy Syadzili tengah melakukan perjalan
ibadah haji ke tanah suci. Perjalanan itu diantaranya harus menyeberangi laut
merah. Untuk menyeberangi lautan itu sedianya beliau akan menumpang perahu
milik seseorang yang beragama nasrani. Orang itu juga akan berlayar walaupun
berbeda tujuan dengan asy syaikh. Akan tetapi keadaan laut pada waku itu sedang
tidak ada angin yang cukup untuk menjalankan kapal. Keadaan seperti itu terjadi
sampai berhari-hari, sehingga perjalannapun menjadi tertunda. Sampai akhirnya
pada suatu hari, asy syaikh bertemu dengan baginda Rasulullah SAW. Dalam
perjumpaan itu, Rasulullah SAW secara langsung mengajarkan hizib Bahri secara
imla’ (dikte) kepada syaikh. Setelah hizib Bahri yang baru beliau terima dari
Rasulululah SAW itu beliau baca, kemudian beliau menyuruh si pemilik perahu itu
supaya berangkat dan menjalankan perahunya.
Mengetahui keadaan yang tidak memungkinkan, karena angin yang diperlukan
untuk menjalankan perahu tetap tidak ada, orang itupun tidak mau menuruti
perintah asy syaikh. Namun asy syaikh tetap menyuruh agar perahu diberangkatkan.
“Ayo, berangkat dan jalankan perahumu ! sekarang angin sudah waktunya datang “,
ucap asy syaikh kepada orang itu. Dan memang benar kenyataannya, angin secara
perlahan-lahan mulai berhembus, dan perahupun akhirnya bisa berjalan.
Singkat cerita alkisah kemudian si nasrani itupun lalu menyatakan masuk
islam. Berkata syaikh Abdurrahman al Busthomi, “Hizbul Bahri ini sudah digelar
di permukaan bumi. Bendera hizbul bahri berkibar dan tersebar di masjid-masjid.
Para ulama sudah mengatakan bahwa hizbul bahri mengandung Ismullohil ‘adhom
dan beberapa rahasia yang sangat agung. Dalam kitab Kasyf al-Zhunun `an Asami
al-Kutub wa al-Funun, Haji Khalifah seorang pustakawan terkenal asal
Konstantinopel (Istanbul Turki) menulis berbagai jaminan yang diberikan asy
Syaikh Abul Hasan Syadzili dengan Hizib Bahrinya ini. Di antaranya, menurut
Haji Khalifah, Asy Syaikh Syadzili pernah berkata: Seandainya hizibku (Hizib
Bahri) ini dibaca di Baghdad, niscaya daerah itu tidak akan jatuh. Mungkin yang
dimaksud Asy Syaikh Syadzili dengan kejatuhan di situ adalah kejatuhan Baghdad
ke tangan Tartar,Wallahu a’lam.
Bila Hizib Bahri dibaca di sebuah tempat, maka termpat itu akan terhindar
dari malapetaka, ujar Syaikh Abul al-Hasan, seperti ditulis Haji Khalifah dalam
Kasyf al-Zhunun. Haji Khalifah juga mengutip komentar ulama-ulama lain tentang
Hizib Bahri ini. Ada yang mengatakan, bahwa orang yang istiqamah membaca Hizib
Bahar, ia tidak mati terbakar atau tenggelam. Bila Hizib Bahri ditulis di pintu
gerbang atau tembok rumah, maka akan terjaga dari maksud jelek orang dan
seterusnya. Konon, orang yang mengamalkan Hizib Bahri dengan kontinu, akan
mendapat perlindungan dari segala bala’. Bahkan, bila ada orang yang bermaksud
jahat mau menyatroni rumahnya, ia akan melihat lautan air yang sangat luas. Si
penyatron akan melakukan gerak renang layaknya orang yang akan menyelamatkan
diri dari daya telan samudera. Bila di waktu malam, ia akan terus melakukan
gerak renang sampai pagi tiba dan pemilik rumah menegurnya.
Banyak komentar-komentar, baik dari Asy Syaikh Syadzili maupun ulama lain
tentang keampuhan Hizib Bahri yang ditulis Haji Khalifah dalam Kasyf al-Zhunun
jilid 1. Selain itu, Haji Khalifah juga menyatakan bahwa Hizib Bahri telah
disyarahi oleh banyak ulama, diantaranya Syaikh Abu Sulayman al-Syadzili,
Syaikh Zarruq, dan Ibnu Sulthan al-Harawi. Seperti yang telah disampaikan dalam
manaqib Asy Syaikh Syadzili, bahwa menjelang akhir hayat beliau, asy syaikh
telah berwasiat kepada murid-murid beliau agar anak-anak mereka, maksudnya para
murid thariqah syadziliyah, supaya mengamalkan hizib Bahri.
Namun untuk mengamalkan Hizib ini seyogyanya harus melalui talqin atau
ijazah dari seorang guru yang memiliki wewenang untuk mengajarkannya. Seseorang
yang tidak mempunyai wewenang tidak berhak mengajarkannya ataupun memberikan
hizib ini kepada orang lain. Hal ini merupakan adabiyah atau etika dilingkungan
dunia thariqah
http://www.facebook.com/note.php?note_id=450129728099 oleh Mbah Jenggot
Posting Komentar