Kasih sayang kepada anak-anak adalah anugerah dari Allah bagi
hamba-hamba-Nya yang terbaik dan identitas mukmin sejati dalam seluruh
hubungannya. Siapa yang tidak menyayangi tidak akan disayangi.
Dari Abu Hurairah RA, dia mengatakan, “Rasulullah SAW mencium Hasan bin Ali,
dan ketika itu Aqra’ bin Habis At-Tamimy duduk bersama beliau. Aqra’ berkata, ‘Aku memiliki sepuluh anak namun aku tidak pernah mencium
seorang pun dari mereka.’ Rasulullah SAW memandangnya kemudian bersabda, ‘Siapa yang tidak menyayangi,
tidak akan disayangi’.”
Dalam sebuah hadits lain yang diriwayatkan dari Aisyah RA dikatakan, sejumlah
orang pedalaman datang kepada Rasulullah SAW lantas mereka bertanya, “Apakah
kalian mencium anak-anak kalian?” Orang-orang itu menjawab, “Ya.” Mereka berkata lagi, “Akan tetapi, demi Allah, kami tidak mencium.” Rasulullah SAW bersabda, “Dan aku layak khawatir bila Allah telah mencabut
kasih sayang dari kalian!” Dalam riwayat lain, “Mencabut kasih sayang dari
hatimu atau hati kalian.”
Rahmat Rasulullah SAW terhadap anak-anak dan canda beliau dengan mereka
tidak menjadi penghalang bagi beliau untuk menyampaikan pembinaan dan bimbingan
kepada mereka. Sebagaimana yang terungkap dalam hadits yang diriwayatkan dari
Abu Laila RA, dia mengatakan, “Aku bersama Rasulullah SAW yang ketika itu di
dada atau perut beliau ada Hasan atau Husain. Aku melihat kencingnya mengucur
ke mana-mana, maka kami segera menghampirinya. Namun beliau mencegah, ‘Biarkan cucuku, kalian jangan membuatnya kaget
hingga dia menyelesaikan kencingnya.” Kemudian beliau mengguyur bekas kencing sang cucu dengan air. Setelah itu beliau bergegas masuk gudang kurma zakat dan cucunya turut masuk
bersama beliau. Anak itu mengambil kurma lantas meletakkannya di mulut Rasulullah SAW. Namun beliau SAW segera mengeluarkan kurma itu dan bersabda, “Sesungguhnya
zakat tidak diperkenankan bagi kami (ahlul bayt).”
Beliau juga amat memotivasi anak-anak untuk siap berjuang dan menumbuhkan
keahlian yang berkaitan dengan kekuatan melalui latihan memanah. Sebagaimana
diungkap dalam hadits yang diriwayatkan dari Salamah bin Akwa’ RA, dia
mengatakan, Rasulullah SAW melewati sejumlah orang dari Aslam yang sedang
melakukan lomba memanah. Rasulullah SAW bersabda, “Memanahlah, hai keturunan
Ismail, sesungguhnya leluhur kalian adalah seorang pemanah….” Salamah bin Akwa’ RA mengatakan, begitu salah satu dari dua kelompok itu
menahan tangan mereka, Rasulullah SAW bertanya, “Mengapa kalian tidak memanah?” Mereka menjawab, “Bagaimana kami memanah, sementara engkau bersama mereka?” Rasulullah SAW bersabda, “Panahlah, sebab aku bersama kalian semuanya.”
Tidaklah mengherankan bila Nabi, petunjuk dan rahmat SAW, memiliki perhatian
yang sangat besar seperti ini terhadap anak-anak sejak usia dini, yaitu sejak
masa perkembangan mereka yang pertama. Rasulullah SAW mengajari umat beliau
bahwa pendidikan sesungguhnya dimulai sejak masa perkembangan anak yang
pertama. Sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Huriarah RA, dia
mengatakan, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada seorang bayi pun melainkan
dilahirkan dalam fitrah (suci). Kedua orangtuanyalah yang membuatnya menjadi
Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Sebagaimana binatang menghasilkan binatang yang
utuh (tanpa cacat). Apakah kamu merasa ada yang terpotong padanya?”
Kemudian Abu Hurairah RA membaca, “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus
kepada agama (Islam), (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan
manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah)
agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS Ar-Rum: 30).
FP Pecinta Rasul
Posting Komentar