”Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah (syuhada), (bahwa mereka itu ) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.” (QS Al Baqarah [2]: 154 )
”Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang
yang gugur di jalan Allah (syuhada) itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi
Tuhannya dengan mendapat rezki.” (QS Ali Imran [3]: 169)
“Orang-orang yang dikaruniai nikmat oleh
Allah adalah: Para nabi, para shiddiqin, para syuhada’ dan orang-orang shalih,
mereka itulah sebaik-baik teman“. (QS An Nisaa [4]: 69)
Imam al-Baihaqi telah membahas sepenggal
kehidupan para Nabi. Ia menyatakan dalam kitab Dalailun Nubuwwah: “Para nabi
hidup di sisi Tuhan mereka seperti para syuhada.”
Al-Baihaqi mengeluarkan hadis dari Anas ra:
Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya para nabi tidaklah
ditinggalkan di dalam kubur mereka setelah empat puluh malam, akan tetapi
mereka shalat di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala sampai ditiupnya
sangkakala.” Sufyan meriwayatkan dalam al-Jami’, ia mengatakan: “Syeikh kami
berkata, dari Sa’idbin al-Musayyab, ia mengatakan, “Tidaklah seorang nabi itu
tinggal di dalam kuburnya lebih dari empat puluh malam, lalu ia diangkat.”
Al-Baihaqi menyatakan, atas dasar inilah
mereka layaknya seperti orang hidup kebanyakan, sesuai dengan Allah menempatkan
mereka. ‘Abdur Razzaq dalam Musnadnya meriwayatkan dari as-Tsauri, dari Abil
Miqdam, dari Sa’id bin Musayyab, ia berkata: “Tidaklah seorang nabi mendiami
bumi lebih dari empat puluh hari.” Abui Miqdam meriwayatkan dari Tsabit bin Hurmuz al-Kufi, seorang syeikh yang shaleh, Ibn Hibban dalam Tarikhnya dan
Thabrani dalam al-Kabir serta Abu Nua’im dalam al-Hilyah, dari Anas ra berkata:
Rasulullah saw bersabda: “Tidaklah seorang nabi pun yang meninggal, kemudian
mendiami kuburnya kecuali hanya empat puluh hari.”
Abu Manshur ‘Abdul Qahir bin Thahir
al-Baghdadi mengatakan: “Para sahabat kami yang ahli kalam al-muhaqqiqun
berpendapat bahwa Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wasallam hidup setelah
wafatnya. Adalah beliau shallallahu alaihi wasallam bergembira dengan ketaatan
ummatnya dan bersedih dengan kemaksiatan mereka, dan beliau membalas shalawat
dari ummatnya.”
Ia menambahkan, “Para nabi alaihi salam tidaklah dimakan oleh
bumi sedikit pun. Nabi Musa alaihi salam sudah meninggal pada masanya, dan Nabi
kita mengabarkan bahwa beliau melihat ia shalat di kuburnya. Disebutkan dalam
hadis yang membahas masalah mi’raj, bahwasanya Nabi Muhammad shallallahu alaihi
wasallam melihat Nabi Musa alaihisalam di langit ke empat serta melihat Adam
dan Ibrahim. Jika hal ini benar adanya, maka kami berpendapat bahwa Nabi kita
Muhammad shallallahu alaihi wasallam juga hidup setelah wafatnya, dan beliau
dalam kenabiannya.”
Ust.
Yulizon Armansyah
Posting Komentar