Salah satu rahasia penting para wali songo menyebarkan Islam
di Jawa adalah dalam rangka menyelamatkan akidah Ahlus Sunnah wal Jamaah. Para
Wali tersebut, yang sebagian asal usul keturunan berasal dari negeri di Timur
Tengah, kemungkinan tahu dan sadar bahwa Ahlu Sunnah wal Jamaah kemungkinan
akan tercerabut dari asalnya. Dan hal tersebut terbukti saat ini, dimana negeri
di Mana Rasul dilahirkan, dibesarkan dan kemudian di wafatkan ternyata dikuasi
oleh kaum wahabi. Kaum yang menganggap haul adalah bidah dholalah dan para
pengamalnya sering mereka tuduh sebagai ahli neraka (inti Ceramah KH Baidlowi
Muslih – Pengasuh Ponpes Gading Kasri Malang – Ketua MUI Malang).
Kemudian, terkait dengan hal tersebut, KH Ma’ruf Amin (Ketua
MUI, Rais Syuriah PBNU , keturunan Syekh Nawawi al Bantani) menekankan bahwa
kita harus memegang teguh akidah ahlus sunnah wal Jamah yang asli, bukan yang
palsu. Karena, menurut beliau, sekarang banyak yang ngaku aswaja, namun tidak
mengikuti ajaran yang dibawa oleh Rasullullah, para Shohabat, dan juga
mengabaikan bahkan menganggap akidah sebagaimana diajarkan oleh Imam Asyari dan
Imam Maturidi adalah ajaran yang sesat. Padahal, kita sepakat bahwa, Ajaran
kedua Imam tersebut menjadi pilar dan ciri penting dari akidah ahlus sunnah wal
jamaah.
Kemudian, salah satu ciri penting lainnya dari akidah ahlus
sunnah wal jamaah adalah sikap “moderat”, tidak ikut ekstrem kanan ala ISIS dan
pendukungnya atau ekstrem kiri ala “liberal” beserta temena-temannya. Ekstrem
kanan berpotensi mematikan dan mengabaikan peran ijtihadi yang menjadi nyawa dalam
keilmuan di Islam, sementara kalangan liberal, terlalu kebablasan sehingga ada
diantara mereka yang bahkan dengan angkunya mengatakan bahwa Al Qur’an bisa
diamandemen.
Oleh karena itu, Habib Ali Abdurrahman dari Jakarta
memandang begitu besarnya peran penting Ponpes Darul Hadist Al Faqihiyah yang
beraliran Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Akidah Ahlus Sunnah wal Jamaah yang
menjadikan cinta kepada Allah sebagai inti ajarannya, tidak mungkin bisa
diimplementasikan tanpa mengikuti apa yang disampaikan dan diajarkan oleh
RasulNya yang mulia, Muhammad SAW. Ajaran dan kecintaan tersebut tak mungkin
bisa terealisasi dalam kenyataan jika kita tak mencintai habaib dan ulama yang
menjadi pilar penting penyampai ilmu agama setelah ketiadaan sang Rasul
tercinta. Oleh karena itulah, kehadiran ribuan
umat yang memadati haul pendiri Pponpes Darul Hadist, Habib Abdul Qadir
bafaqih dan putranya Habib Abdullah bin Abdul Qadir, menjadi bukti bahwa beliau-beliau
adalah orang-orang yang mulia, yang baik, yang dikenang tak hanya saat hidupnya
namun juga saat kematiannya.
Hal ini juga sekaligus menggarisbawahi apa yang disampaikan
oleh KH Baidhowi Muslih dan juga KH Ma’ruf Amin bahwa salah satu ciri kemuliaan
seseorang bukanlah ketenaran saat kehidupannya, namun juga kemanfaatan setelah
kematiannya. Orang yang telah matipun masih harum namanya, bukanlah orang
biasa, namun salah satu tanda bahwa orang-orang tersebut adalah orang yang
dicintai Allah SWT.
Semoga kita semua termasuk golongan dari orang-orang yang
mencintai Habaib, ikut Ulama, dan tetap berpegang teguh dengan ajaran-ajaran
guru-guru kita, sehingga kelak bersama-sama di akhirat, berkumpul dengan
guru-guru kita yang kita hormati, berkumpul dengan habaib yang kita cintai,
kemudian berjamaah menemui Rasulullah untuk selanjutnya bersama-sama menghadap
Allah SWT di hari di saat kita mungkin gelisah menanti putusan atas apa yang
telah kita perbuat di dunia.
Malang, 26 Maret 2017 oleh Sahabat Facebook Remaja Musholla
RAPI
Posting Komentar