Dalam Kitab Al Hikam, Syaikh Ibnu Ataillah Assakandary menjelaskan, “Jangan tinggalkan dzikir hanya karena tidak bisa fokus/berkonstrasi kepada Allah (merasakan kesadaran hudhur) ketika berdzikir.Sebab, justru kelalaianmu (terhadap Allah) ketika tidak berdzikir jauh lebih buruk daripada kelalaianmu ketika berdzikir.
Semoga Allah berkenan mengangkatmu
dari dzikir penuh kelalaian menuju dzikir penuh kesadaran, dan dari dzikir
penuh kesadaran menuju dzikir yang disemangati kehadiran-Nya, dan dari dzikir
yang disemangati kehadiran-Nya menuju dzikir yang meniadakan segala sesuatu
selain-Nya. ‘Dan yang demikian itu bagi Allah tidaklah sukar,””(QS 14: 2)
Sahabatku, pasti kita ingin merasakan hudhur bersama Allah
saat shalat dan dzikir, ingin selalu fokus dan konsentrasi ketika sedang
berdzikir, namun tentunya rasa seperti itu tidak setiap saat datang.
Allahlah
yang menentukan segalanya. Maka, saat kehadiran kesadaran semacam itu tak
didapatkan, jangan tinggalkan dzikir! Lanjutkan dzikirmu dan jangan patah
semangat! Lawanlah nafsumu sendiri.
Setiap salik pemula pasti ingin merasakan kedamaian,
ketenangan dan merasakan kehadiran Allah saat berdzikir, maka jangan tergoda
oleh ketidakberdayaan kita sendiri. Pencerahan batin dan kesadaran-kesadarannya tentu memiliki derajat-derajat dan
tingkatan-tingkatannya, tingkat yang satu akan mengantar ke tingkat yang
lainnya.
Kesadaran akhir yang pasti diinginkan adalah kesadaran bahwa
Allah adalah sumber dari semua makhluk dan eksistensi. Kesadaran ini yang perlu
kita raih, tujuan dan akhir dari semua praktik spiritual, yakni menyadari bahwa
Dialah Sumber dan Maha Pemelihara Eksistensi. Demikian menurut Syekh Fadhlalla
Haeri.
Ust. Halim Ambiya
Posting Komentar