Dari Abi Hurairah RA dia berkata: ketika
turun ayat "afamin hadzal haditsi……" menangislah para shahabat (ahli shuffah)
hingga mengalirlah air mata mereka membasahi pipi, dan ketika Rasulullah
mendengar tangisan mereka, beliaupun menangis bersama mereka, maka kamipun
menangis karena (terdorong oleh) tangisannya.
Beliau bersabda: tidak akan masuk neraka
orang yang menangis karena takut kepada Allah dan tidak akan masuk surga orang
yang terus menerus berbuat dosa. Sekiranya kamu tidak berdosa pasti Allah akan
mmendatangkan orang-orang yang berdosa kemudian Dia mengampuni mereka.
Memperhatikan hadits ini jelas sekali bahwa
menangis karena takut neraka adalah akhlak Rasul dan para shahabat. Dan
orang-orang yang tidak mau menangis tidak berarti tidak ada yang ditangisi atau
tidak pernah berdosa melainkan meeka termasuk golongan yang terus menerus
berbuat dosa. Dan Allah menyediakan ampunan bukan bagi orang yang tidak
berdosa, karena setiap manusia pasti berbuat dosa , akan tetapi Dia menyediakan
ampunan bagi orang yang suka menangisi dosa.
Bila tidak mau menangisi dosa berarti sama
dengan memeliharanya. Dan orang yang memelihara dosa tentu akan dijauhkan dari
surga. Karena Allah sediakan surga bagi orang yang bertaubat. Allah SWT telah
memberi kepada setiap manusia potensi untuk menangis dan tertawa. Keduanya
adalah amanat yang mesti dimanfaatkan untuk taqarrub kepadaNya.
Dan kebanyakan manusia lebih banyak tertawa
dibanding dengan menangis. Bahkan mereka berusaha untuk membuat-buat ketawa.
Dalam realitas kehidupan telah ditemukan bahwa sebagia manusia ada yang mampu
membuata orang lain tertawa dan ada pula yang mampu membuat orang lain mnangis.
Sekiranya menangis dan tertawa ini kita lakukan untuk kepentiangan hari
akhirat, pasti kita akan banyak menangis dan jarang tertawa selama di dunia ini.
Dan sekiranya hal tidak dilakukan, maka
tertawa didunia tetap hanya sebentar sebab hidup di dunia tidak lama lagi akan
berakhir. Dan orang yang tidak mau menangis di dunia akan menangis di akhirat.
Karena itu Allah mengingatkan dengan firman-Nya:
فَلْيَضْحَكُوا قَلِيلًا وَلْيَبْكُوا كَثِيرًا
جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ(2)
Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan
menangis banyak, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan. Ada
seorang hamba yang berkata: saya tidak menenagis karena saya bukan orang yang
emosional melainkan saya adalah orang yang banyak berfikir.
Penyataan ini bila ditinjau dengan kaca mata
Islam sangat perlu diperbaiki, karena berlawanan dengan kandungan hadits Rasul
yang menegaskan bahwa semakin luas wawasan seseorang dan mendalam ilmunya pasti
akan semakin sering menangis dan jarang tertawa. Mari kita perhatikan sabda
Rasulullah SAW:
عن عبد الله بن عمرو قال قال رسول الله صلى
الله عليه وسلم : لو تعلمون ما أعلم لبكيتم كثيرا ولضحكتم قليلا ولو علمتم ما أعلم
لسجد أحدكم حتى ينقطع صلبه ولصرخ حتى ينقطع صوته ابكوا إلى الله فإن لم تستطيعوا
أن تبكوا فتباكوا
Dari Abdillah bin Amr, ia berkata: Rasulullah
bersabda: sekiranya kamu mengetahui apa yang aku ketahui pasti kamu banyak
menangis dan jarang tertawa, sekiranya kamu mengetahui apa yang kuketahui pasta
ada diantara kamu yang bersujud hingga pataah tulang rusuknya, dan pasti
berteriak mengais hingga habis suaranya. Menangislah kamu kepada Allah, apabila
kamu tidak bisa menangis, maka usahakan sampai mampu.
Menurut hadits ini orang yang berilmu akan
lebih banyak dan lebih mudah untuk menangis, karena dia mengetahui siapa
dirinya dan dimana dia berada. Dan sebaliknya bila seseorang banyak tertawa dan
jarang menanggis berarti dia kurang mengetahui hakikat dirinya dihadapan Allah,
sehingga dia selalu merasa tenang tanpa ada rasa kehawatiran kalau dirinya
dekat dengan kemurkaan Allah, seakan-akan dia adalah orang yang sudah dijamin
akan mendapat surga dan selamat serta jauh dari bahaya neraka.
Padahal tidak ada seorangpun yang mengetahui
masa depan yang akan dihadapinya esok hari apalagi hari-hari sesudah mati.
Karena itu, semakin mendalam dan luas ilmu seseorang tentang Islam maka akan
semakin sering menangis. Bila kita susah manangisi dosa berarti kita sedang
berada dalam kegelapan. Bila kita berada dalam kegelapan, bukan saja dosa kecil
yang tidak terlihat akan tetapi dosa besar pun susah diketahui.
Posting Komentar