Abu Sulaiman Ad-Darani pernah mengatakan, “Allah memiliki beberapa orang hamba, mereka menyibukkan diri dengan ibadah kepada Allah, bukan karena takut neraka atau berharap surga. Lalu, bagaimana mungkin mereka disibukkan oleh dunia dan meninggalkan Allah?”
Maka, wajar saja jika ada seorang murid dari Ma’ruf
Al-Karkhi bertanya kepada gurunya, “Apa yang membuatmu beribadah dan
meninggalkan pergaulan dengan manusia yang lain?”
Sejenak Ma’ruf Al-Karkhi terdiam. Lalu menjawab, “Aku ingat
mati.”
“Ingat apanya?” tanya muridnya lagi.
“Aku ingat kuburan dan barzakhnya,” jawab Al-Karkhi.
“Ingat kuburan? Bagian yang mana?” tanya murid itu lagi.
“Rasa takut pada neraka dan berharap surga,” jawab
Al-Karkhi.
“Bagaimana bisa begitu?”
“Sesungguhnya dua malaikat ini ada dalam kekuasaan-Nya. Jika
engkau mencintai-Nya, maka engkau akan melupakan itu semua. Jika engkau
mengenal-Nya, maka cukuplah itu semua!”
Ma’ruf Al-Karkhi mengingatkan kita bahwa perasaan takut dan
berharap masuk surga adalah harapan rendah bagi orang yang beribadah. Sebab,
orang yang benar-benar beribadah kepada Allah dan mengharap perjumpaan
dengan-Nya, pasti merindukan-Nya dengan penuh cinta, dan pasti akan melupakan
segalanya. Dia hanya berharap memandang wajah-Nya.
Dalam sebuah kisah
disebutkan bahwa Nabi Isa AS bersabda, “Jika engkau melihat seorang pemuda
mencari Tuhannya, maka sungguh dia akan lupa segala-galanya!”
Abu Sulaiman berkata, “Siapa saja yang hari ini sibuk dengan
dirinya sendiri, maka besok dia juga akan sibuk dengan dirinya sendiri. Siapa
saja yang hari ini sibuk dengan Tuhannya, maka besok dia akan sibuk dengan
Tuhannya.”
Sofyan Ats-Tsauri suatu ketika bertanya kepada Rabi’ah
Al-Adhawiyah, “Apa hakikat imanmu?”
Lalu dia menjawab, “Aku tidak menyembah-Nya
karena takut neraka atau berharap surga. Aku tidak seperti buruh yang
jahat, jika dibayar bahagia, jika tak dibayar bersedih. Aku menyembah-Nya
semata-mata karena cinta dan rindu kepada-Nya.”
Imam Al-Ghazali dalam kitab Al-Mahabbah wa al-Syawq wa
al-Uns wa al-Ridha
Posting Komentar