Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. (QS 3:110, Ali
‘Imran)
Seorang manusia dapat disebut muslim setelah dia mengucapkan syahadah, bahwa
tidak ada Tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah Rasulullah. Dengan ucapan
persaksian ini dia telah menjadi bagian jama’ah muslimin dan bersaudara karena
agama. Selanjutnya dia terpelihara darah, kehormatan dan hartanya.
Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka barang siapa
yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir)
biarlah ia kafir. "Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang yang
dzalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta
minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih
yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat
yang paling jelek. (QS 18:29, Al Kahfi).
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas
jalan yang benar dari pada jalan yang salah. Karena itu barang siapa yang
ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah
berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS 2:256, Al Baqarah).
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan
kepadamu ni'mat-Ku, dan telah Kuridloi Islam itu jadi agama bagimu. (QS 5:3, Al
Maaidah)
Sesungguhnya agama (yang diridloi) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada
berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang
pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka.
Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat
cepat hisab-Nya. (QS 3:19, Ali 'Imran).
Barang siapa yang mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah
akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang
yang rugi. (QS 3:85, Ali 'Imran).
Islam adalah jalan hidup (way of life) yang dihadirkan untuk umat manusia.
Keislaman seseorang tidaklah cukup hanya dalam ucapan syahadah saja, atau lebih
luas dengan apa yang disebut sebagai rukun Islam. Islam harus diterima secara
kaffah atau totalitas, tidak menerima sebagian dan menolak sebagian ajaran
Islam yang lain karena tidak sesuai dengan hawa nafsunya.
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan,
dan janganlah kamu turut langkah-langkah Syaitan. Sesungguhnya Syaitan itu
musuh yang nyata bagimu. (QS 2:208, Al Baqarah)
Demikian pula setelah beriman seorang mukmin harus tetap istiqomah (konsisten)
di dalam keimanan itu. Meskipun cobaan dan rintangan datang silih berganti
dalam kehidupannya.
Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-sekali kamu termasuk
orang-orang yang ragu. (QS 2:147, Al Baqarah).
Wahai orang-orang yang beriman , tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah
turunkan sebelumnya. Barang siapa yang kafir kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian,
maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya . (QS 4:136, An Nisaa').
Jama’ah Masjid/ musholla tidaklah cukup disebut muslim, tetapi dia harus
mukmin. Artinya, Islam yang telah dipilihnya harus menjadi suatu keyakinan yang
terimplementasi, bukan sekedar formalitas tanpa tindak lanjut atau bukti
keimanan. Sebagaimana makna iman itu sendiri sebagai kepercayaan yang diyakini
dalam hati, diucapkan secara lesan dan diimplementasikan dalam amal perbuatan.
Orang-orang Arab Badui itu berkata “Kami telah beriman”. Katakanlah (kepada
mereka): “Kamu belum beriman, tetapi katakanlah ‘kami telah tunduk’, karena
iman itu belum masuk ke dalam hatimu, dan jika kamu ta’at kepada Allah dan
Rasul-Nya, Dia tiada akan mengurangi sedikitpun (pahala) amalanmu; sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS 49:14, Al Hujuraat).
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan: "Kami
telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?. Dan sesungguhnya Kami
telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah
mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang
yang dusta. (QS 29:2-3, Al Ankabuut).
Bukti daripada keimanan itu adalah taqwa yang nampak dalam perilaku amal
shalih. Taqwa menjadi ukuran dan kriteria sejauh mana keimanan seorang muslim.
Taqwa inilah yang menjadi sasaran upaya pembinaan jama’ah. Dengan ketaqwaannya
mereka akan berusaha mengikuti perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu
di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS 49:13, Al Hujuraat).
Sumber: Portal Immasjid
Posting Komentar