Sabar adalah puncak Islam dan iman, sekaligus hakikat agama yang
semestinya. Sabar berarti menahan dan menabahkan diri agar senantiasa berteguh
pada tuntunan syariat. Dari satu sisi, sabar dan syukur masih satu makna. Akan
tetapi, di sisi lain, sabar merupakan esensi syukur. Syukur tak bakal sempurna
tanpa dibarengi kesabaran. Seorang yang bersabar, berarti ia telah mensyukuri
nikmat-nikmat yang dianugerahkan kepadanya.
Insan mukmin, tatkala harus memilih antara kepentingan individu dan agama,
lalu ia mengedepankan agama dari egonya, maka ia telah melintasi maqam sabar
dalam sikapnya itu. Dalam kitab-Nya yang agung, Allah SWT berulang kali
menyitir dan menyanjung kesabaran serta pelakunya. Begitu pula baginda Rasul,
dalam hadis-hadisnya, juga para pesuluk jalan Allah SWT.
Sabar memiliki beragam arti. Setiap laku menuntut kesabaran tersendiri. Ada
sabar dari godaan maksiat dan hawa nafsu, sabar menjalani ibadah, sabar tatkala
didera musibah, dan ada sabar untuk tidak berkeluh kesah kepada sesama makhluk.
Adapun menyambat kepada Sang Kuasa itu adalah perbuatan elok.
Dalam salah satu firman, Allah SWT menyitir munajat Nabiyullah Ayub
kepada-Nya,
أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
“(Ya Tuhanku), Sesungguhnya Aku Telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah
Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua penyayang”.
Allah SWT kemudian memuji dan mengakui ketabahan Nabi Ayub A.S,
إِنَّا وَجَدْنَاهُ صَابِرًا
“Sesungguhnya kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar.”
Kedua ayat tersebut mengilustrasikan bahwa Allah SWT memberikan cobaan
kepada makhluk yang dicintai-Nya karena Ia memang ingin mendengar ratapannya,
hanya kepada-Nya.
Ada begitu banyak faedah kesabaran. Ayat-ayat suci serta hadis nabawi
berulang kali menyebutkan keutamaan sabar. Allah SWT berfirman,
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala
mereka tanpa batas.”
Ketahuilah, pahala kesabaran tiada batas maupun ukuran. Orang sabar bakal
mendapat balasan terbaik dari-Nya. Allah SWT berfirman lagi,
وَلَنَجْزِيَنَّ الَّذِينَ صَبَرُوا أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Sesungguhnya kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
Mereka, orang-orang yang memiliki sikap sabar, adalah panutan umat. Dalam Al
Quranul Karim, Allah SWT menyebut maqam sabar di lebih dari tujuh puluh ayat.
Mengenai keistimewaan sikap sabar, Rasulullah SAW menyabdakan, “Sabar adalah
separo iman.” Beliau menambahkan pula, “Barangsiapa telah memperoleh keyakinan
dan sifat sabar, maka kelak tak dipertanyakan lagi apakah ia kerap bangkit
untuk salat malam atau banyak melakukan puasa sunnah.”
Sabar adalah investasi akhirat. Ketika ditanya tentang keimanan, Rasulullah
pernah memberikan jawab, “Iman adalah sabar dan mudah memaafkan.”
“Pangkal dari rasa syukur adalah
kesenangan, adapun pangkal dari kesabaran adalah kesedihan. Namun, terkadang,
keduanya bermuara dari satu hal yang sama: musibah, salah satunya.
Untuk sebagian orang, musibah tak ubahnya suatu kenikmatan, dan karena itu,
ia mensyukurinya. Betapa tidak. Musibah adalah azab yang ditimpakan lebih cepat
di dunia. Dan itu berarti anugerah. Sebab kelak ia akan terbebas dari siksa
akhirat—yang sejatinya lebih pedih dan lebih abadi. Musibah juga merupakan
wujud tarbiyah Allah SWT kepada hamba-Nya yang beriman. Seakan-akan, dengan
musibah itu, Allah SWT mengingatkan manusia: untuk apa kau mencintai dunia? Apa
yang bisa diharap dari kesenangan dunia? Kenapa hatimu merasa nyaman dengan
dunia?
Inilah perhatian dari-Nya. Tiada bimbingan yang lebih indah dari
bimbingan-Nya. Karenanya, tiap insan patut mensyukuri. Di balik bencana yang
tampak oleh mata, tersimpan serpihan-serpihan hikmah yang luhur dari-Nya.”
Habib Ahmad bin Zein al-Habsyi
Posting Komentar