Shalat merupakan identitas sejati seorang muslim.
Shalat inilah yang menjadi pembeda Islam dengan syirik. Lebih dari itu, shalat
adalah kendaraan yang disediakan Sang Khalik bagi tiap pribadi muslim agar bisa
“terbang” dan berkomunikasi dengan-Nya tiap hari.
Sesuai tuntunan baginda Nabi SAW, Shalat adalah
kinerja hati dan jasmani yang laras, bukan gerak raga yang kosong, sekalipun
masih ditolerir dalam syara’. Berdiri, ruku’, i’tidal dan sujud adalah refleksi
ketaqwaan dalam ranah fisik. Adapun khusuk, hudhur dan tadabbur, itulah dialog
sebenarnya antara muslim dengan Rabbul ‘Alamiin.
Berikut kami ketengahkan ulasan yang dalam
mengenai hakikat shalat dari seorang ulama yang telah mencapai puncak
pengetahuan pada abad keduabelas Hijriyah, Habib Ahmad bin Zein al-Habsyi.
“Ketahuilah, Islam laksana rumah yang dibangun dengan lima pilar utama,
syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji.
Pada pilar pertama terdapat satu gerbang dengan
dua lorong yang berfungsi sebagai jalan untuk memasuki rumah. Setelah syahadat,
shalatlah yang utama. Menyusul puasa ramadhan, zakat dan haji. Tunaikanlah lima
kewajiban ini didasari kesadaran hati. Sebab sarana paling utama bagi seorang
hamba untuk mendekatkan diri kepada penciptanya adalah kelima kewajiban ini.
Jagalah shalat lima waktu dan kenalilah hak-haknya.
Pelajari teori-teori hukum fikihnya, yang wajib
maupun yang sunah. Anda harus mengetahui kedudukan shalat dalam agama, laksana
kepala dalam rangkaian raga kita. Manusia mustahil hidup tanpa berkepala,
begitu pula bila shalat ditinggalkannya, maka cahaya iman di kalbu seorang
muslim pun niscaya padam. Sholat adalah tiang agama. Hadis lain menyebutkan
bila seorang hamba berdiri untuk shalat, Allah SWT menyingkap tirai penyekat
antara diri-Nya dengan hamba. Allah SWT akan menyambutnya dengan hadirat-Nya
yang mulia. Sedangkan para malaikat di sekeliling-Nya sontak berdiri, lalu
beterbangan ke langit-langit untuk larut bersama si hamba dalam shalat.
Kemudian mereka mengamini doa-doa yang dipanjatkan si hamba seusai shalat.
Berbagai kebaikan akan dikucurkan dari
kolong-kolong langit ke ubun-ubun hamba yang tengah mendirikan shalat. Lalu
terdengar seruan lantang, “Andaikata orang yang sedang bermunajat menyadari,
kepada siapakah ia bermunajat, niscaya ia takkan menolehkan pandangannya. Sesungguhnya
pintu-pintu langit dibuka bagi orang-orang yang melaksanakan shalat. Dan di
hadapan para malaikat, Allah SWT senantiasa membangga-banggakan ketulusan orang
yang shalat.”
Dalam Taurat, Allah SWT berfirman, “Wahai anak
Adam, janganlah kalian enggan mendirikan sholat di hadapan-Ku sembari menangis
sedu. Sesungguhnya Aku ini adalah Allah ‘azza wajalla yang senantiasa
bersemayam di hati kalian, dan di alam ghaib nanti, kalian akan menyaksikan
cahaya-Ku.”
Disebutkan pula bahwa ketika seorang muslim melaksanakan
shalat dua rakaat, sepuluh ribu jenis malaikat merasa takjub kepadanya, tiap
satu jenis terdiri dari sepuluh ribu malaikat. Dan Allah akan membanggakan
muslim itu di hadapan seratus ribu malaikat-Nya.
Dalam kitab Jami’ Asbabil Khairat, karya Syaikh
Muhammad al-‘Imrani, tercantum sebuah hadis riwayat Ibnu Abbas yang berbunyi,
“Islam ini ibarat sebatang pohon berbuah rindang di pelataran rumah. Iman
adalah akarnya, salat batangnya, puasa dahannya, zakat rantingnya, jihad kuncup
bunganya Dan budi pekerti adalah buahnya. Tunaikanlah salat dengan bagus.
Raihlah kesempurnaannya dengan memenuhi syarat-syarat, rukun-rukun,
sunah-sunah, serta adab-adabnya. Juga dengan mengetahui kepastian waktunya,
senantiasa mengingatnya, dan berupaya melaksanakannya di awal waktu.
Dalam shalat kita juga harus khusuk, hudhur dan
ikhlas. Jangan memecah fokus shalat kepada hal lain. Tuangkan seluruh pikiran,
gerakan, dan konsentrasi pada satu titik, yakni Allah SWT semata. Berusahalah
seoptimal mungkin melaksanakan shalat dengan cara demikian seraya memohon
kepada-Nya agar selalu diberi petunjuk dan kekuatan.
Sumber: Kalam Habib Ahmad bin
Zein al-Habsyi
Posting Komentar