Allah SWT berfirman, “Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang
dikehendaki-Nya.” (QS Fathir: 1). Mereka menafsirkannya dengan akhlak yang
mulia dan suara yang indah.
Diriwayatkan dalam Hadis Nabi SAW bahwa beliau pernah bersabda, “Allah tidak
pernah mengutus seorang nabi kecuali ia memiliki suara yang indah.” (HR
Tirmidzi).
Rasulullah SAW juga bersabda, “Allah SWT tidak pernah mendengarkan dengan
serius terhadap sesuatu sebagaimana Dia mendengarkan seorang nabi yang memiliki
suara yang indah.” (HR Bukhari-Muslim, Abu Dawud dan Nasa’i dari Abu Hurairah).
Nabi SAW juga bersabda, “Sungguh Allah SWT lebih serius mendengarkan seorang
pembaca al-Qur’an dengan suara merdu daripada seorang pemilik biduan perempuan
mendengar nyanyian biduannya.” (HR Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Hakim
dari Fudhalah bin Ubaid).
Dalam sebuah Hadis disebutkan, bahwa Nabi Dawud AS dianugerahi suara yang merdu
sehingga ketika ia membaca Kitab Zabur, jin, manusia, binatangbuas dan burung
khusyuk mendengarkan bacaannya. Bahkan seperti diriwayatkan dalam sebuah Hadis,
bahwa kaum Bani Israel pernah berkumpul untuk mendengarkan suara Nabi Dawud,
sementara itu ada empat ratus jenazah orang-orang yang telah mati di situ
diboyong dari majelisnya. (Imam al-Hafizh al-Iraqi mengatakan, bahwa Hadis ini
tak memiliki sumber yang jelas).
Sebagaimana pula diriwayatkan dan Nabi SAW bahwa beliau bersabda, “Sungguh
Abu Musa diberi terompet (seruling) dan terompet keluarga Nabi Dawud AS karena
ia telah diberi suara yang merdu.” (HR Bukhari-Muslim).
Disebutkan dalam sebuah Hadis, “Bahwa pada saat Pembukaan Kota Mekkah, Nabi SAW
membaca surat al-Fath, beliau membaca panjang bacaan mad dan mengulanginya
kembali.” (HR Bukhari-Muslim dan Abu Dawud dari Anas dan Ubaidillah bin
Mughafal).
Dari Mu’adz bin Jabal, bahwa ia pernah berkata kepada Rasulullah SAW,
“Andaikan aku tahu bahwa engkau orang yang mendengar, niscaya aku akan
memperindah suaraku dalam membaca al-Qur’an.” (HR Muslim dan Nasa’i).
Diriwayatkan pula dari Nabi SAW yang bersabda, “Hiasilah al-Qur’an dengan
suara kalian yang merdu.” (HR Abu Dawud, Nasa’i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan
Hakim).
Hadis di atas dimungkinkan memiliki dua pengertian dan hanya Allah Yang
Mahatahu:
Pertama, yang dimaksud Hadis di atas adalah menghiasi bacaan al-Qur’an
dengan mengeraskan suara ketika membacanya, kemudian memperindah suara dan
lagunya. Sebab al-Qur’an adalah Kalam Allah dan bukan makhluk, maka ia tidak
perlu dihiasi dengan suara makhluk atau diperindah dengan lagu yang direkayasa.
Kedua, makna yang dimaksud dengan menghiasi bacaan al-Qur’an dengan suara
yang indah adalah mendahulukan mana yang harus lebih dahulu dalam makna dan
mengakhirkan mana yang harus di akhir, seperti dalam firman Allah SWT, “Segala
puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya al-Kitab (al-Qur’an) dan
Dia tidak menjadikan di dalamnya suatu yang menyimpang, sebagai bimbingan yang
lurus.” (QS al-Kahfi: 1-2).
Artinya, dalam uslub mendahulukan mana yang harus didahulukan dan
mengakhirkan mana yang terakhir adalah bahwa Allah SWT menurunkan al-Qur’an
kepada hamba-Nya sebagai bimbingan yang lurus dan Dia tidak menjadikan suatu
yang menyimpang (bengkok). Sementara ayat-ayat seperti ini banyak kita jumpai
dalam al-Qur’an.
Allah SWT mencela suara yang tidak disukai (buruk), sebagaimana dalam
firman-Nya, “Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (QS Luqman:
19). Tentu saja ketika Allah mencela suara yang buruk, Dia akan memuji suara yang
indah.
Orang-orang bijak telah banyak berbicara tentang suara yang indah dan alunan
lagu yang merdu. Misalnya Dzun-Nun Rahimahullah
pernah ditanya tentang suara yang bagus, maka ia mengatakan, “Itu adalah
pembicaraan-pembicaraan dan isyarat-isyarat yang ditujukan kepada al-Haq yang
dititipkan pada segala kebaikan.”
Syeikh Abu Nashr As-Sarraj
Posting Komentar