Dewasa ini ada sekelompok umat Islam, yang ajaran pokoknya
adalah mensyirikkan dan mengkafirkan umat Islam yang lain, lalu membunuh dan
membantai mereka dengan alasan telah kafir tersebut. Hal ini seperti yang
dilakukan oleh kelompok IS dan ISIS, penganut setia dan penyebar ajaran
kitab-kitab Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab an-Najdi dan murid-muridnya.
Berkaitan dengan lahirnya kelompok teroris-takfiri tersebut, telah dinubuatkan
oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits shahih berikut ini:
ﻋَﻦْ ﺣُﺬَﻳْﻔَﺔَ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻗَﺎﻝَ : ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮْﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻﻠﻰ
ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ : ﺇِﻥَّ ﻣَﺎ ﺃَﺗَﺨَﻮَّﻑُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺭَﺟُﻞٌ ﻗَﺮَﺃَ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥَ ﺣَﺘَّﻰ
ﺇِﺫَﺍ ﺭُﺋِﻴَﺖْ ﺑَﻬْﺠَﺘُﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ، ﻭَﻛَﺎﻥَ ﺭِﺩْﺋﺎً ﻟِﻺِﺳْﻼَﻡِ، ﻏَﻴَّﺮَﻩُ ﺇِﻟﻰَ
ﻣَﺎ ﺷَﺎﺀَ ﺍﻟﻠﻪُ، ﻓَﺎﻧْﺴَﻠَﺦَ ﻣِﻨْﻪُ ﻭَﻧَﺒَﺬَﻩُ ﻭَﺭَﺍﺀَ ﻇَﻬْﺮِﻩِ، ﻭَﺳَﻌَﻰ ﻋَﻠﻰَ ﺟَﺎﺭِﻩِ
ﺑِﺎﻟﺴَّﻴْﻒِ، ﻭَﺭَﻣَﺎﻩُ ﺑِﺎﻟﺸِّﺮْﻙِ، ﻗُﻠْﺖُ : ﻳَﺎ ﻧَﺒِﻲَّ ﺍﻟﻠﻪِ، ﺃَﻳُّﻬُﻤَﺎ ﺃَﻭْﻟﻰَ
ﺑِﺎﻟﺸِّﺮْﻙِ ، ﺍﻟْﻤَﺮْﻣِﻲُّ ﺃَﻡِ ﺍﻟﺮَّﺍﻣِﻲْ ؟ ﻗَﺎﻝَ : ﺑَﻞِ ﺍﻟﺮَّﺍﻣِﻲْ . ( ﺣَﺪِﻳْﺚٌ
ﺻَﺤِﻴْﺢٌ ﺭَﻭَﺍﻩُ ﺍﻟْﺒُﺨَﺎﺭِﻱُّ ﻓِﻲ ﺍﻟﺘَّﺎﺭِﻳْﺦِ ﺍﻟْﻜَﺒِﻴْﺮِ ﻭَﺍﻟْﺒَﺰَّﺍﺭُ ﻭَﺍَﺑُﻮْ
ﻳَﻌْﻠَﻰ ﺍﻟْﻤَﻮْﺻِﻠِﻲُّ ﻓِﻲْ ﻣُﺴْﻨَﺪِﻩِ ﻭَﺍﻟﻄَّﺤَﺎﻭِﻱُّ ﻓِﻲْ ﻣُﺸْﻜِﻞِ ﺍﻟْﺂَﺛَﺎﺭِ
ﻭَﺃَﺑُﻮْ ﻧُﻌَﻴْﻢٍ ﻓِﻲْ ﻣَﻌْﺮِﻓَﺔِ ﺍﻟﺼَّﺤَﺎﺑَﺔِ ﻭَﺻَﺤَّﺤَﻪُ ﺍﺑْﻦُ ﺣِﺒَّﺎﻥَ ).
“Hudzaifah radhiyallaahu ‘anhu berkata:
“Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya sesuatu yang aku takutkan
atas kalian adalah seorang laki-laki yang membaca al-Qur’an, sehingga setelah
ia kelihatan indah karena al-Qur’an dan menjadi penolong agama Islam, ia
merubahnya pada apa yang telah menjadi kehendak Allah. Ia melepaskan dirinya
dari al-Qur’an, melemparnya ke belakang dan menyerang tetangganya dengan pedang
dengan alasan telah syirik.”
Aku bertanya: “Wahai Nabi Allah, siapakah di
antara keduanya yang lebih berhak menyandang kesyirikan, yang dituduh syirik
atau yang menuduh?”
Beliau menjawab: “Justru orang yang menuduh syirik yang
lebih berhak menyandang kesyirikan.”
Hadits tersebut diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam
Shahih-nya, (hadits no. 81), Abu Nu’aim dalam Ma’rifat al-Shahabah, (hadits no.
1747) dan al-Thahawi dalam Musykil al-Atsar, (hadits no. 725). Hadist tersebut
dishahihkan pula oleh al-Albani, dalam Silsilat al-Ahadits al-Shahihah, (hadits
no 3201).
Hadits tersebut memberikan pelajaran tentang kaum takfiri,
yang ciri-cirinya adalah:
1. Membaca al-Qur’an.
Di sini mungkin ada yang bertanya,
bukankah umat Islam juga membaca al-Qur’an? Memang begitu. Tapi maksud hadits
tersebut, kaum takfiri ini fokus kajiannya adalah menghafalkan al-Qur’an dan
bacaannya menjadi daya tarik banyak orang, tanpa mendalami ilmu agama yang
lain, terutama fiqih dan akidah.
2. Selain bacaan al-Qur’an mereka yang menjadi daya tarik,
mereka juga kelihatan militan dalam membela Islam, melebihi militansi kebanyakan
orang.
3. Mereka mengkafirkan dan mensyirikkan banyak orang, sebab
pemahaman mereka yang dangkal terhadap agama.
Sudah barang tentu, orang yang
mudah mengkafirkan orang lain, akan lebih gampang membid’ahkan dan menganggap
sesat banyak orang. Bid’ah dan sesat, lebih ringan daripada syirik dan kafir.
4. Setelah mensyirikkan dan mengkafirkan banyak orang, maka
mereka membunuh umat Islam dengan alasan telah kafir dan syirik.
Sebenarnya merekalah yang lebih layak mendapat label syirik,
sebab mereka mensyirikkan orang-orang Muslim yang tidak syirik.
Ust. Idrus Ramli
Posting Komentar